Bagian 6

38.4K 2.5K 126
                                    

⚠️ Publikasi ulang banyak typo



Aca mendorong pintu rumah kasar, ia masih kesal dengan pembicaraannya bersama bagus tadi. Aca tak pernah mempermalukan Silfi, dia sendiri yang mempermalukan dirinya di tempat umum seperti tadi. Lalu kenapa Bagus menyalahkannya?

"Aca sayang, kamu kenapa?"

Aca terlonjak kaget saat sebuah suara langsung menyambutnya, Aca segera menghapus air matanya karna takut-takut orang-orang di ruang tamunya itu melihatnya menangis. Tapi ternyata terlambat, sebuah tangan mencekal tangannya agar tak menangis.

"Hey, kamu nangis sayang? Cerita sama mami kenapa? Kamu ada masalah sama Bagus?" tanya Nia.

Aca menatap kearah orang-orang yang sedang berdiri menatapnya. Ibu  ayah, dan papinya menatap penuh tanya kearah Aca. Aca menggeleng untuk menjawab pertanyaan Mami Bagus itu.

"Kamu gak bisa bohong sayang, kamu abis nangis ini." Nia menghapus air mata Aca yang mengakir di pipinya.

"Aca gak papa mi, Aca cuma mau istirahat." ucap Aca dengan suara seraknya.

Nia menghela nafas lalu merapikan rambut Aca lalu mengangguk memberikan izin pada Aca, dengan cepat Aca segera berlari kekamarnya dan menutu pintunya kasar. Heran, maminya sangat baik begitu tapi anaknya gak punya hati!

Aca melempar tasnya asal, merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur lelah. Sudah cukup, sudah cukup emosinya terkuras hari ini. Memang Aca sangat bodoh, bisa-bisanya ia jatuh cinta pada lelaki seperti Bagus, dan bisa-bisanya Aca memiliki sahabat seperti Silfi.

Kalau Aca memang jahat dan ingin mempermalukan Silfi didepan orang banyak, kenapa tidak Aca membeberkan jika Silfi itu orang miskin yang dulunya sok kaya lalu kaya beneran karna mamahnya menikah dengan orang kaya. Tapi Aca tau, membalas seseorang yang mendzoliminya itu bukan hal baik. Dan tidak ada untungnya juga bukan jika Aca melakukan itu.

Tak terasa tetesan demi tetesan air mata kembali meleleh dari ekor matanya, sesak, sakit, itu yang Aca rasakan. Aca bukan masih mengharapkan Bagus, bahkan detik disaat Bagus membeberkan semuanya pada Aca rasa cinta dan sayangnya menguap begitu saja. Hanya saja, Aca masih belum terbiasa. Belum terbiasa melakukan segalanya sendiri, dan Aca akui Aca manja dan itu membuat Bagus tak suka padanya. Tapi kemana saja selama dua tahun itu? Kenapa baru sadar sekarang-sekarang untuk memutuskan Aca.

"Bodoh Aca, bodoh! Hiks.." Aca duduk dan menghapus air matanya, bodoh sekali Aca memikirkan Bagus. Padahal Bagus saja tak pernah memikirkannya.

Aca mencari ponselnya lalu mencari satu nama yang akan ia hubungi, Aca butuh teman bicara. Sudah cukup Aca menyimpannya sendiri, jika ada yang mau mendengarkan kenapa tidak. Bukankah memendam masalah tidak menyelesaikannya?

"Hallo."

"Hemm." terdengar jawaban dari sebrang sana.

"Dimana?"

"Lagi bobo eh lo ganggu, kenapa? Kangen?" Ocehnya membuat Aca mendengus kesal.

"Gue mau ketemu."

"Jiaaah dia emang beneran kangen"

"Serius Anjing!"

"Ya tuhan bahasanya tolong!"

"Yaudah sih gue pengen ketemu!" Kesal Aca

"Yaudah gue Shareloc ya"

"Katanya lagi tidur."

"Gak, gue lagi nongki! Yaudah sini aja gue kirim nanti alamatnya."

"Oke!"

Dan setelah memutuskan sambungan, Aca segera mempersiapkan dirinya untuk pergi. Aca mencari pakaian yang pas untuk ia pakai di lemari, celana jeans hitam dan atasan berwarna putih. Rambutnya ia biarkan tergerai dan Aca segera mengambil tas dan kunci mobilnya, mobil yang sudah lama tak ia pakai karna segala sesuatu yang Aca kerjakan tak lepas dari Bagus.

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang