13. Another Beautiful

491 61 11
                                    

***

Mingyu panik saat ini. Pasalnya ibunya tidak pulang sudah hampir satu minggu, bahkan tak menjawab pesan atau telefon darinya.

Iya berniat bertanya pada ayahnya namun sayangnya Jinyoung juga tidak ada dirumah beberapa hari lalu karena perjalanan bisnis.

Akhirnya ia bertanya pada wali kelasnya, karna ia dengar wali kelasnya adalah teman ibunya dulu.

"Apa anda tahu dimana ibuku?" tanya Mingyu panik.

Mark nampak diam beberapa saat kemudian ia menggeleng.

"Terakhir aku bertemu dengannya, satu minggu yang lalu. Dan saat itu ia tak pernah sekalipun menjawab telefon ku" ujarnya dengan nada berat.

Mingyu dapat membaca ekspresi itu. Ekspresi penyesalan dalam diri wali kelasnya.

"Apa... terjadi sesuatu..?" tanya Mingyu hati-hati.

"Sebenarnya saat itu ibumu mendatangiku, ia mengatakan kalau dia akan segera menceraikan ayahmu"

Mingyu terkejut sesaat. Pasalnya ia melihat bahwa ibunya tidak pernah sampai bertekad sampai sejauh itu. Ia pikir ibunya sangat amat mencintai ayahnya, tapi memang ia sendiri tak pernah melihat cinta di mata ayahnya.

"Kalau begitu... saya permisi dulu pak"

Mingyu pergi begitu saja. Mark hanya bisa menatap nanar punggung putra kandungannya.

"Maafkan ayah..."

SKIP!

Nayeon tengah membersihkan rumahnya. Hari ini ia mengambil cuti untuk beberapa waktu. Ia hanya terlalu khawatir pada putrinya.

Pasalnya gadis itu tidak berhenti melakukan hal yang tak biasa ia lakukan. Apalagi permintaannya yang selalu tak masuk akal. Membuatnya pusing tujuh keliling.

Nayeon mengerti Tzuyu sedang dalam tahap mengidam yang tentunya akan dialami pada wanita hamil pada umumnya. Hanya saja, cara mengidam putrinya cukup aneh.

Bayangkan saja, seseorang yang tidak biasa makan pedas sepertinya hampir setiap malam meminta dibuatkan ramyun super pedas. Jika tidak dituruti, ia akan marah dan bahkan membentak Nayeon.

Sifat tak lazim seperti ini sebenarnya turun temurun dari dirinya, hanya saja Nayeon selalu memperlakukan Tzuyu agar seperti ayahnya yang selalu rajin, telaten dan disiplin.
Ia hanya ingin membangun image yang bagus untuk putrinya, ia hanya tak ingin putrinya mengulangi kesalahannya dulu.

"Eomma!"

Nayeon tersentak dari lamunannya, ia menatap siluet putrinya yang sepertinya baru bangun.

"Terlambat bangun lagi huh?"

"Mianhae eomma... Akhir2 ini aku tidak bisa tidur" Tzuyu mengusap matanya.

"Hmm yasudah, lekaslah mandi. Bukankah hari ini kau harus checkup?"

"Ah ne~"

Tzuyu pun segera bergegas untuk bersiap-siap.





























Setelah pulang dari rumah sakit, Mingyu dan Tzuyu tidak langsung pulang.
Mereka pergi ke sebuah cafe tak jauh dari rumah sakit tadi.

"Kau mau sesuatu?" tanya Mingyu ketika ia tengah melihat menu makanan.

Tzuyu terdiam, sorot matanya menatap kearah seorang anak kecil yang tengah bermain diluar.

Mingyu yang sadar akan hal itu mengikuti arah pandang Tzuyu.
Ia tersenyum melihatnya, mungkin Tzuyu sedang membayangkan anak yang ada di perutnya nanti akan tumbuh sebesar itu.

"Mingyu.."

"Hmm?"

"Apa nanti.. Dia akan jadi sebesar itu?" tanya Tzuyu sembari menunjuk kearah anak kecil tadi.

Mingyu tersenyum lebar, menampakan deretan gigi rapihnya.

"Tentu saja dia akan jadi sebesar itu, jika kau membesarkannya bersamaku"

Tzuyu tersipu mendengarnya. Wajahnya memerah.

"Kau lucu sekali. Aku menyukai saat dimana kau malu seperti ini. Kau nampak manis"

"Hentikan, aku lapar"

"Baiklah. Mau pesan apa jadinya?"






-Apology-

Mark tengah menatap layar ponselnya sejak satu jam yang lalu.
Menunggu Sana menjawab panggilannya, yang nyatanya wanita itu tak kunjung menghubunginya ataupun menjawab panggilan dari Mark.

Mark khawatir, apalagi setelah tahu kalau Sana akan bercerai dengan Jinyoung.

"Kau dimana? Apa kau baik-baik saja? Aku khawatir Sana, begitupun dengan Mingyu"

Itulah pesan yang selalu Mark kirim pada wanita yang dicintainya selama belasan tahun lamanya.

Mark memijat pelipisnya sembari menunggu ponselnya berdering, namun juga tak kunjung berdering.

"Hhhh apa yang harus kulakukan sekarang?"







Hampir tiga jam berlalu, mata sembab Mark sudah membuktikan segala kelelahannya.
Namun ia masih setia dengan ponselnya, tak menyerah sama sekali.

Drrrt~


Mata Mark membulat lebar setelah mendapatkan pesan masuk.

From : Sana

"Mark.. Maaf aku tak bisa melanjutkannya. Aku menyerah Mark"


"Apa maksudnya??!" Mark panik, nalar dan pikirannya berpikir terlalu jauh.

Mark segera menghubungi Sana.








*TIT*

"Halo?"

"Mark..."









-To Be Continued-

did u miss me?
maaf klo baru bisa update, jujur aja aku lagi gak bisa konsen sama dunia wattpad ini.
if u wanna trash this story from your library, i suggest to remove it now.
karna aku juga gamau kalian terphp terus atau terlalu bosan nunggu cerita ku ini.

but, i can't promise if i'll be able to fast update :"(

terimakasih yang masih mau baca ini 💖

APOLOGY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang