Be alone

1.8K 105 0
                                    

Beberapa saat yang lalu Luna sudah lupa dengan apa yang menjadi tugas-tugasnya di kantor. Dia bahkan tak berfikir bagaimana jika ada salah satu karyawan masuk ke ruangannya dan menjumpainya sedang melakukan aktifitas suami-istri di ruangannya. Dan kini dia mengutuk keteledorannya yang dengan mudah terbawa nafsu yang di sebarkan Daniel padanya.

"Kau sudah membuang waktu berhargaku," dengus Luna kesal setelah dia membersihkan sekaligus merapikan dirinya.

Daniel hanya terkekeh kecil sambil mengunyah makanan yang di bawanya.

"Ayolah, akui saja kalau kau juga menyukainya. Kau bahkan mendesak agar aku menuntaskan permainan," pria itu meledek kecil.

Huuuhhh menyebalkan!!!

Memang Luna mengakui kalau beberapa saat lalu dia seperti wanita liar yang haus belaian seorang pria, sampai dia lupa harga dirinya sendiri.

Luna mendudukkan tubuhnya di samping Daniel dengan tangan bersilang di depan dada. Daniel menyambut istrinya dengan kecupan lembut di pipi kanannya dan itu masih sempat membuat wajah Luna merona. Tanpa menunggu aba-aba, Daniel lalu menyuapkan sesendok makanan ke mulut wanita itu. Dan Luna tak menolak perlakuan itu.

"Setelah ini aku akan kembali ke cafe. Mungkin aku pulang agak larut. Jadi kau tak perlu menungguku untuk makan malam," Daniel mengulas perlahan.

"Aku tidak tanya! Dan aku juga tak perduli," seru wanita itu kembali dingin sambil memalingkan wajahnya.

"Aku hanya memberi tahumu, siapa tau kau menungguku."

"Tidak akan pernah. Kau tak pulang pun aku tak akan mencarimu."

"Oh, ya? Bagaimana kalau aku memang benar-benar tidak pulang?" Daniel mencoba memancing. Matanya melirik sekilas pada wanitanya. "Oh...iya, aku lupa, bukankah Grace memberi tawaran padaku untuk nonton?" Daniel bergumam sendiri. Dan kini akalnya untuk menjahili Luna berhasil. Luna menjadi gelisah karenanya.

"Apa mungkin ku terima saja ajakannya ya?"

"Pergi saja dengan wanita jalang itu dan jangan pernah kembali lagi kerumah!!" Luna menghardik lalu dengan kasar dia bangkit dari duduknya. Namun dengan cepat Daniel merengkuh tangannya sehingga mau tidak mau Luna harus jatuh ke pangkuan pria itu.

"Why? Are you jealous?"

"Will never!!"

"Kau tak dapat membohongiku. Lihatlah, wajahmu merah." Luna memalingkan wajahnya yang memang benar-benar merona karena malu.

Daniel kembali terkekeh karenanya. Dia mencubit kecil hidung wanita itu. Sikap Luna benar-benar membuatnya gemas. Dan bersamaan dengan itu muncullah seorang wanita yang tak asing bagi mereka.

Luna terperanjat melihat Ev masuk tiba-tiba. Dia bangkit dari pangkuan Daniel seketika. Dan tentu saja kini Luna tak dapat menyembunyikan rasa malunya. Ev hanya memandang sekilas pada mereka dengan tatapan mencibir.

"Aku sudah mengetuk pintu ruanganmu sejak tadi." Ev bersilang tangan sambil membuang pandangan seolah-olah tak melihat apapun.

Luna hampir saja meluruskan pemikiran sahabatnya yang ia yakini sudah terkontaminasi oleh sikapnya barusan. Namun itu diurungkannya melihat raut wajah Ev yang tampak kusut jauh lebih menarik perhatiannya.

"Maaf, aku tak mendengarmu." Luna masih mengungkapkan keteledorannya karena tak membukakan pintu untuk Ev.

Ev duduk di kursi tunggal di dekat Daniel berada. Matanya hanya sekilas melirik pada pria muda itu. Daniel juga merasa ada yang aneh pada sahabat istrinya tersebut.

"Ehhmm, kurasa aku harus pergi." Daniel bangkit dari duduknya. Dia tau kalau Ev akan membahas sesuatu yang bersifat pribadi kali ini melihat wajahnya yang sangat serius. Dan pria itu menyadari kehadirannya akan mengganggu di situ. "Sampai jumpa nanti malam di rumah, Sayang." Pria itu mengecup bibir istrinya dan di balas dengan singkat oleh Luna.

You are Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang