[1] When The Wind Blows

14 0 0
                                    

Fanfiction


Breath [1]

When The Wind Blows

Main cast: Seventeen's Wen Jun Hui

Rated: T


"Selamat pagi."

Kusapa diriku sendiri. Lalu ku berikan senyum indah setiap paginya kepada bayanganku. Rutinitas pagi seperti ini memang tidak pernah aku lewatkan. Mungkin terlihat aneh bagi sebagian orang karena menyapa diri sendiri. Namun bagiku ini hal yang penting karena sebagai modal semangat hari-hariku.

Pukul 06.00. Hari ini aku bangun lebih awal. Sebenarnya tak jauh berbeda dengan biasanya yang bangun pukul 07.00. Aku kembali menatap cermin dan melihat pantulan diriku. Aku kembali tersenyum memandang bayanganku. Sepertinya aku sudah siap, batinku. Ku ambil jaket denim kesayanganku. Ah jangan lupakan juga kamera saku milikku. Mungkin kalian bertanya-tanya, untuk apa? Photography? Yah mungkin. Photography tentang kenangan masa lalu hahaha..

Sesuai perkiraanku, cuaca hari ini cerah. Mungkin sangat cerah. Aku mendengar nyanyian burung-burung sambil terbang kesana kemari. Pagi yang indah, batinku. Aku berjalan menyusuri daerah perkotaan. Sesekali aku terhenti untuk mengambil beberapa foto. Seperti burung-burung yang bertengger di sebuah daham pohon dan bercicit riang.

Tujuan pertamaku adalah Coffee Shop. Aku mengambil tempat paling pojok dekat jendela. Ini tempat favoriteku bila datang ke sini. Seorang pelayan menghampiriku. "Datang lagi?" Tanyanya. Kami saling melemparkan senyum. Jelas sekali dia hafal denganku karena tiap akhir pekan aku pasti datang kemari. "Seperti biasa." Jawabku lalu disusul dengan kepergiannya.

Aku memandang keluar jendela. Masih sama, masih seperti biasanya. Tidak jauh berbeda dengan 1 tahun yang lalu. 1 tahun yang lalu saat pertama kali aku bertemu dengannya. Malaikatku, yang pernah mengisi ruang kosong dalam hatiku.

Kala itu sedang hujan deras dan ia berteduh di depan toko. Ia merapihkan rambutnya yang basah, bercermin di depan kaca sebelah tempat dudukku. Wajahnya sangat manis saat aku menatapnya. Hingga pandangan kami pun saling bertemu. Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang. Semburat merah muncul di kedua pipinya. Aku memalingkan wajahku bersamaan dengannya yang membalikan tubuh.

Aku menoleh ke arah meja di depanku. Lamunanku buyar ketika pelayan tadi mengantarkan pesananku. 1 cup of Coffe Latte and Chocolate Croisant. Menu sarapan kesukaanku. Pelayan tadi bergegas meninggalkanku setelah meletakan semua pesananku ke meja. Ku tata makanan di mejaku. Lalu aku mengambil kamera milikku dan membidiknya. Selanjutnya aku memakan menu sarapanku.

Setelah merasa cukup kenyang, aku melanjutkan pergi ke tempat tujuan keduaku. Toko buku yang letaknya tidak jauh dari sini. Sesampainya di sana, aku langsung pergi ke bagian novel. Banyak hasil karya penulis-penulis profesional yang di jual di sini. Aku memandang sebuah novel bersampul biru yang sangat familiar dengar mataku. Kuambil novelnya dan aku amati.

"Junhui."

Ku tolehkan kepalaku ke samping kanan. Mataku menangkap seorang wanita berambut pendek. Ia melambaikan tangannya dan mendekatiku. Eunha, teman SMAku dulu. "Hei, apa kabar?" Sapaku. Eunha tersenyum dan berisyarat bahwa tak ada yang berubah. Aku hanya menganggukan kepala.

"When The Wind Blows. Novel yang bagus. Kau berencana membelinya?" Tanyanya.

Aku menggeleng, "Tidak, aku sudah pernah membacanya. Lagipula ini sudah cetakan ketiga."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BREATHWhere stories live. Discover now