58. Tangisan

1.3K 67 7
                                    

"Jangan menangis sayang, karena tanpa kamu tahu setiap tetes air yang keluar dari matamu itu jatuh di hatiku membentuk genangan luka."

***

Sinar matahari menembus masuk melalui kaca, hingga mengganggu tidur Nada. Gadis itu mengerang dan menguap lalu mengerjapkan mata.

Nada terhenyak, karena ia tidur diapit oleh Echa di sebelah kanan dan Aurel di sebelah kiri. Sedikit senyuman tercetak pada wajah Nada. Lalu ia merubah posisinya menjadi duduk menyender tembok.

Ingatan akan malam tadi seperti tidak ingin pergi, dan selalu berkeliaran di kepalanya. Nada menutup wajahnya dengan tangan sambil memejamkan mata. Ia harap setelah ini ia amnesia saja. Namun, semakin Nada ingin lupa, semakin potongan-potongan kejadian semalam terpampang jelas di ingatan.

Nada berdecih. Ia merasa sangat kotor hanya karena laki-laki brengsek itu. Setelah ayahnya, hanya Ito pria yang pernah menciumnya, tapi dengan lancang Kevin mencari kesempatan itu.

Nada merasa menjadi wanita paling menjijikan di dunia. Dan tanpa sadar pertahanan air matanya runtuh membanjiri pipi.

Echa dan Aurel terbangun, mendengar suara isakan tangis di sampingnya. Lantas, dengan hangat mereka langsung memeluk Nada menenangkan.

"Nada, lo kenapa? Jangan nangis gue gak suka liyat lo nangis," lirih Aurel sambil cemberut.

"Iya Nada jangan nangis," Echa ikut melerai dan tanpa sadar air matanya mengalir.

Bukannya berhenti, justru Nada semakin terisak. Di lain sisi, Nada bahagia sahabatnya ada di sini, tapi di lainnya lagi, Nada merasa menyesal karena tidak menggubris nasihat mereka.

"Maafin gue Cha, Rel, gue salah, seharusnya gue dulu dengerin ucapan kalian pasti sekarang semuanya bakal baik-baik aja, tapi dengan kebodohon gue, semuanya malah jadi hancur kaya gini," ujar Nada dengan napas tersenggal.

Aurel menatap ke arah Nada dengan air mata mengalir deras. Ia sesenggukan sambil menggelengkan kepala perlahan.

"Lo gak salah Nada, ini semua salah gue, karena lo emang masih bener-bener polos sampe lo gak bisa bedain mana yang baik dan mana yang pura-pura baik, dan harusnya gue itu selalu ada di samping lo, nasihatin lo, bukannya malah ngejauh dan nebar kebencian."

Di saat mereka bertiga, mengharu biru di tengah-tengah kepedihan. Echa turut menyuarakan suaranya.

"Di sini gue yang paling salah, karna gue yang seharusnya nyatuin kalian berdua, bukannya diem gak bertindak apa-apa," keluhnya dengan sesenggukkan.

"Gue sebenernya seneng kalian mau temenan lagi sama gue, tapi gue udah kotor, gue gak pantes deket kalian," ujar Nada tercekat.

Aurel menatap Nada nyalang. "Lo gak kotor Nada, lo masih suci, ini semua emang salah si bangsat itu, tapi lo tenang aja setelah ini gue bakal bejek-bejek dia sampai jadi kaya ayam tulang remuk," dengus Aurel dengan napas sesenggukan.

"Aurel mulai ogeb, yang ada itu ayam tulang lunak bukannya remuk," sergah Echa.

"Gue kan orangnya anti mainstream Cha, udahlah ngomongin ayam gue jadi laper," cerca Aurel sambil merengek.

"Setuju tuh gue juga," Echa ikut-ikut.

"Ya udah kalo gitu gue masak ya!" Mata Aurel berbinar.

"Banyak gaya lu, nyalain kompor aja kaga bisa," sinis Echa dan Aurel tidak mengelak.

"Masak bertiga aja gimana? Pasti seru," usul Echa dan Nada terlihat enggan.

"Ayo lah Nad, lo gak perlu mikirin yang gak penting, mending kita seneng-seneng," Echa menatap Nada dengan hangat. Dan gadis itu membalas dengan senyuman tipis. Mereka bertiga beranjak dari tempat tidur, dan berlalu ke dapur.

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang