Windfall

526 79 12
                                    

trouvaille
(n.) something lovely discovered by chance



Lee Jeno terhitung menjadi bagian kelas 2-C dua minggu lalu. Anak baru yang sukses membuat gaduh satu kelas karena kepindahannya sesudah semester satu serta rupa yang menawan.

Kedatangan pria tinggi semampai dengan rambut blonde ke dalam kelasnya mendapat sambutan baik oleh penghuni kelas, mereka langsung mengeluarkan kata "woah" dengan heboh ditambah senyum lebar di bibir, bahagia mendapat tambahan orang tampan di kelas suram. Sayangnya sambutan baik tidak selalu mendapat respon sepadan, karna Jeno terlihat tidak tertarik dengan perlakuan anak lainnya. Dia hanya menuliskan nama di papan tulis, menundukkan badan, kemudian berjalan kearah kursi yang sudah ditentukan wali kelas. Tidak mengeluarkan kata barang sepatah atau ekspresi wajah yang berubah, tetap datar dengan mata memicing tajam.

Kesan pertama yang buruk tidak menyurutkan semangat siswa-siswi lain untuk segera berkenalanㅡmulanya. Tetapi saat bel istirahat berbunyi semangat tadi menguap entah kemana, tidak ada yang mencoba mendekat untuk sekedar memperkenalkan diri, atau ajakan basa-basi menghabiskan waktu istirahat bersama. Seolah euforia kebahagiaan di jam pertama tidak pernah ada.

Sekali Jaemin tidak sengaja mendengar segerombolan siswi membicarakan teman baru mereka, kalimat bersaut-sautan dengan volume rendahㅡmenjaga obrolan tetap berada di dalam gerombolan, walau gagal karena masih ada orang luar yang mendengar pembicaraan iniㅡ berceloteh tentang bagaimana menakutkannya Lee Jeno. Pria itu terlalu pasif dan pendiamㅡujar salah satu dari mereka, tatapan matanya juga tajam mematikanㅡsatu lagi siswi menyaut menambahkan, kemudian yang lain ikut membuka mulut membuat daftar isi alasan mengapa Lee Jeno dicap menakutkan semakin bertambah.

Diam-diam Jaemin mengagumi siswi kelasnya, masih ada gadis yang tidak terpikat dan malah takut dengan pria setipe Jeno. Taksiran tentang gadis menyukai variestas misterius, berwajah datar dan dingin tidak sepenuhnya benar. Masa bodoh dengan attitude yang penting ia tampan tidak berlaku di kelasnya kalau begitu. Bagus, sih. Berarti Jaemin berbagi kelas dengan gadis cerdas.

Hujan mengguyur kota Seoul dengan hebat sore ini. Sia-sia sudah usaha pria berambut sewarna kayu mahoni menyiram bunga diteras restoran. Helaan nafas berhembus kemudian, atensi sepadan warna rambut masih berfokus pada bunga didalam pot yang terkena jatuhan bulir air. Hujan sialan, makian mengudara tanpa belas kasih.

Seperti rutinitas weekend hari-hari lalu, minggu ini Jaemin kembali membantu bekerja di kafe kecil milik hyung tertuanya. Agaknya ia merasa malas memang, tetapi sayang Jaemin butuh uang untuk sokongan gaya hidup. Tugas yang harus dilakukan juga tidak banyak, hanya melayani pelanggan, membereskan meja kasirㅡyang terhitung sebagai meja makan bagi pelanggan yang ingin duduk di depannyaㅡ lalu membersihkan mana saja yang dirasa kurang bersih. Jika menyiram bunga secara serampangan terhitung mengurus tanaman, maka mengurus tanaman-tanaman di teras kafe juga termasuk tugas untuknya.

"Kenapa mukamu jelek begitu?" Hyungnya meletakkan makanan yang baru ia masak diatas nampan, tidak lupa menambahkan nomor meja agar hidangan tidak tertukar dengan yang lain.

"Aku tadi sudah menyiram bunga di teras, lalu tiba-tiba saja hujan deras begini! energi berhargaku jadi terbuang percuma, kesal."

"Berlebihan banget, kulihat juga kau malas-malasan menyiram bunga di luar. Apanya energi berharga. Kurasa sekarang tanaman di teras sedang bersorak gembira, merasa nutrisi mereka tercukupi, tidak seperti orang tadi yang memberi mereka makan dengan setengah hati. Sudahlah, cepat antar ini." Hyungnya mendorong nampan berisi makanan tadi kearahnya, memberi perintah tidak terbantah untuk segera melakukan tugas.

trouvaille | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang