12. Mesin Waktu Leonard [2]

37 9 10
                                    

  "Pria ini sudah lama hadir. Dia memberikan berbagai ilmu tentang teknologi yang sangat berguna hingga sekarang, salah satunya yah... Mesin waktu itu. Sayangnya tak banyak orang yang tahu namanya. Tapi kami para Profesor senang memanggilnya Leonard."

~🍁~

  "Apa Mr. Leonard akan marah jika dipanggil seperti itu?" Carry bertanya.

  Mayra, darahnya mulai naik sejak mengurusi anak yang bernama Carry Weaselly itu, "Hei, kau itu. Tak hanya memanggilku dengan nama blueberry, nama ilmuwan saja kau dengan senangnya menyebut."

  Carry meringis membuang malunya dengan percaya diri.

  Setelahnya, Profesor Ell membiarkan murid-muridnya belajar dengan sendirinya sementara dirinya masih terus mengawasi.

  "Kau tahu? Jangan-jangan Mr. Leonard memiliki nama lain. Misalnya Archer, Libra, Aqua,..." Carry berangan-angan.

  "Kenapa kau tidak jadi astrolog saja, hah!?" Bentak Mayra.

  "Di sini tak ada ilmu tentang bintang. Buku astrologi di perpustakaan juga tidak ada. Tapi Mayra, kurasa kau ada benarnya kalau aku akan jadi astrolog kelak. Beruntung pamanku menyimpan buku tentang langit—"

  "Bermimpi kau Carry! Tak ada..."

  Elisa membiarkan Carry dan Mayra terus bersdu mulut. Dirinya mendekati lukisan artistik lain. Beberapa ada yang memunculkan tulisan keterangan dengan sendirinya.

  Carina atau Cassandra? Nama yang cocok untuk diriku yang hina ini. Perjalananku ke dunia sebelah sangatlah rumit di mana hanya aku seorang yang tak bisa masuk kembali pulang. Padahal aku ke sana hanya ingin sekedar melihat, bagaimana isi dunia itu sebenarnya yang nyaris tanpa sihir kalau tak ada aku? Namun berada di lukisan ini seolah aku telah hadir di San Large. Kau beruntung gadis kecil, karena aku telah menceritakannya padamu.

  Kemudian tulisan di lukisan itu hilang dengan sendirinya ketika Elisa selesai membaca. "Terima kasih, Cassandra." Katanya kemudian berpindah ke lukisan lain.

  Elisa kembali menatap lukisan tanpa nama itu, pria yang telah membuat 'Mesin Waktu Leonard' begitulah kata Profesor Ell. Lukisan itu menulis:

  Halo, gadis kecil. Kau tumbuh dengan cepat, ya 'kan? Banyak harapan dariku. Aku beri tahu mesin waktu itu, hanya butuh satu per, kabel ular, dan debu abu saja maka akan menyala kembali.

  Sementara di sebelahnya ada lukisan Wanita-Kabut-Putih, yang diincar Vanessa selama ini. Apa yang istimewa? Hanya lukisan wanita menawan dengan mata yang dapat berubah menjadi mata Fleks –mata indah yang berbentuk kelopak bunga tajam bersinar biru rembulan yang dipikat kekuatan hebat. Namun wanita itu tidak menyampaikan apa pun pada Elisa. Hanya menunjukkan mata Fleks-nya itu.

  "Akhirnya ada yang mau belajar juga. Apa karena Profesor Ell yang mengajar?"

  Elisa memandang Hegemony yang memecahkan suasana, "Apa maksudmu? Jangan buat keributan di sini, aku tak mau..."

  "Membuat Profesor Ell marah? Ya, aku tahu itu."

  "Bukan itu maksudku! Aku tak mau karena keributan kita akan merusak bagian di museum ini. Terutama kau yang selalu mudah terbawa emosi."

  Hegemony melotot, "Apa? Kau—"

  "Ya kan? Kau emosi."

  Hegemony meredam kemarahannya, kau ada benarnya juga. Tapi ingat, ini belum berakhir. Besok Profesor Ney yang mengajar. Kau ingat peristiwa di ladang binatang?"

  Elisa ingat, ketika Profesor Ney meminta Hegemony menangkap cacing buas untuk di ambil sarinya, Hegemony berhasil namun Elisa mendapat cakaran dan gigitan tajam cacing itu. Ia tak berbuat apa-apa tapi seolah ia dibuat menangkup kesengsaraan dari Miss Cyrus itu!

  "Tidak," Kata Elisa bohong. Wajahnya sedikit pucat.

  "Ah, aku pikir kau ingat. Itu keberhasilan pertamaku mendapatkan sari cacing juga pin bintang emas dari Profesor Ney!" Seru Hegemony, lalu meninggalkan Elisa.

  "Cih! Dasar nona pamer! Dia pikir dia sudah mendapat pita hitam atau apa? Baru mendapat pita biru muda yang mulai menua... Berarti Hegemony meningkat. Apa dia sudah bisa menarik buku Ilmu Sihir 6 dari lemarinya?"

  "Elisa! AWAS!" Teriak Carry tiba-tiba.

  Elisa tak mengerti, tapi sebelum ia menanyakannya suara runtuhan bangunan terdengar. Kemudian seseorang dengan cepat meraih tangannya dan menariknya menjauh. Kejadian itu cepat sekali. Dan ketika Elisa menarik tangannya kembali –tak mau disentuh– ia tersadar tembok itu runtuh seolah seperti baru diledakkan.

  Apa Vanessa berhasil masuk ke museum? Tapi, ia belum sempat masuk di sana sebelum dikeluarkan. Lalu yang barusan meledak... Pikiran itu menhiasi kepala Elisa. Sementara ia diliputi kecemasan karena ia baru saja disentuh seseorang. Tapi anehnya ia tak apa-apa. Ia tak merasakan ada masalah dalam dirinya. Dia malah merasa lebih tenang.

  Elisa memandang sekitar. Mesin waktu masih aman, lukisan tanpa nama, Wanita-Kabut-Putih, semuanya aman. Namun sayang ia melihat teropong spiral berubah bentuk menjadi acak-acakan. Ketua-Asrama mencoba membantu murid lain keluar. Teman-temannya langsung mengikuti arahan Mayra. Sementara ia berdiri mematung.

  "Apa, apa yang terjadi?" Katanya pada dirinya sendiri.

  Profesor Ell menghampiri Elisa dengan cemas, "Elisa, kau tidak apa-apa?"

  Elisa menoleh, "Ya, aku—aku. Ya, aku baik-baik saja."

  "Sungguh? Kau tak mau ke ruang kesehatan sebentar?"

  "Profesor, aku baik-baik saja."

  "Baiklah, kalau begitu segera bergabung dengan temanmu. Tempat ini harus segera diblokir untuk sementara."

~🍁~

  Mayra menjaga pintu masuk asrama semalam penuh hari ini. Mengingat kejadian di museum, berarti tak ada lagi ruang yang bisa dikatakan steril dari peledak. Semua orang bertanya-tanya bagaimana peledak itu bisa masuk?

  Elisa tak bisa tidur. Ia selalu mendengar orang-orang yang berlalu-lalang, pembicaraan tentang museum, bahkan ia mendengar suara Profesor Knowles yang mengingatkan Mayra agar tidak tertidur, juga guru-guru yang lain yang masih merasa was-was.

  Elisa bangun dalam posisinya dan duduk di ranjangnya, "Carry! Kau bisa tidur?"

  "Tidak. Menurutmu apa yang sedang dilakukan profesor-profesor itu saat ini?"

  "Aku tak tahu," Elisa menunduk terhanyut dalam rambutnya yang kelihatan lebat dari biasanya.

  "Bagaimana caranya dia masuk?" Tanya Carry.

  "Entahlah."

  "Apa dia punya sihir khusus? Sebelum ia pergi dari sini aku sering melihatnya berlatih sendirian. Ternyata dia lebih hebat dari Andersen. Namun apakah itu cukup untuk membuka pintu museum? Kelihatannya tidak bisa kan? Bahkan pitanya baru berwarna biru muda. Biru yang sangat muda."

Tbc.

Note:
Maaf banyak typo-nya. Dimohon untuk vote dan comment :)

The Ice Moon : Year 1717Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang