Part 2

12.9K 1K 63
                                    

Up lagi 👏👏
Suka baca komen2 kalian 😘😘

Happy Reading 💝💝💝

"Bernyanyilah dengan benar, Paman! Aku tidak bisa mengikuti nada suaramu jika seperti ini."

Perkataan Anastasia yang sedang menggerutu kesal membuat Shawn tidak mampu menahan tawanya. Pasalnya sudah hampir satu jam yang dilakukan Anastasia adalah berusaha keras memainkan tuts pianonya agar bisa mengimbangi suara Shawn yang sengaja dibuat fals. Sangat menyenangkan bagi Shawn menggoda gadis kecil itu.

Jika Shawn sedang memiliki waktu senggang, maka biasanya ia akan menggunakan waktunya itu untuk bertemu dengan Sharon dan Anastasia. Bahkan bisa dibilang ia menghabiskan waktu lebih banyak dengan Anastasia, karena Sharon harus bekerja.

Seperti halnya saat ini. Ketika Shawn belum mendapatkan jadwal jaga, ia memilih untuk mengajak Anastasia bermain. Mulai dari pergi ke danau, taman bermain serta ke pasar untuk membelikan mainan baru untuk Anastasia. Sore harinya, Shawn mengajak Anastasia ke rumahnya seperti keinginan gadis kecil itu untuk berlatih bermain piano dengannya.

Awalnya Shawn tidak menyangka jika keinginan Anastasia untuk bermain piano akan mengeluarkan bakat terpendamnya. Hanya memerlukan waktu lima kali latihan, Anastasia bisa menguasai semua kunci nada dan menghasilkan alunan musik yang luar biasa.

Anastasia memang tidak bisa melihat, tapi ia memiliki kemampuan hebat menarik dunia untuk bisa melihat kehadirannya. Dengan kemampuannya bernyanyi, menari dan bermain piano akan membuat siapapun yang melihat kehebatannya bertepuk tangan takjub. Dia juga selalu mampu membuat orang-orang disekitarnya tersenyum karena sifat periangnya yang menggemaskan. Dan yang paling membuat Shawn mengaguminya adalah Anastasia tidak pernah mengeluhkan kondisinya yang buta.

"Ayolah, Anna! Tidak baik mengejek orang yang lebih tua." Shawn masih terkekeh geli seraya mengusap-ngusap puncak kepala Anastasia, membuat bibir gadis kecil itu mengerucut kesal.

"Tidak baik juga menggoda anak kecil seperti yang kau lakukan padaku tadi, Paman." balas Anastasia yang membuat kekehan Shawn terdengar semakin keras. Astaga, Anastasia benar-benar anak yang bijak. Sangat berbeda dengan anak-anak lain seusianya.

"Baiklah, baiklah. Ayo kita ulangi lagi!" bujuk Shawn seraya mencubit gemas pipi Anastasia yang menggembung.

"Tidak mau," tolak Anastasia dengan gelengannya. Ia mengambil tongkat di samping kursinya lalu berdiri melangkah hendak menuju dapur. Tentu saja kerena ia sudah hafal dengan situasi rumah ini. "aku ingin makan es cream, Paman. Kau tahu, selama kau tidak ada, maka tidak ada juga es cream yang bisa ku nikmati."

Sharon memang selalu melarang Anastasia untuk memakan es cream. Entahlah, terlalu banyak larangan yang diberikan wanita itu untuk putrinya.

"Kau akan mendapatkannya, Sweety. Tapi tidak saat cuaca hujan seperti ini. Paman tidak ingin kau terserang flu." Shawn meraih tubuh kecil Anastasia yang baru berjalan lima langkah lalu membawanya ke sofa khusus menonton TV.

"Apa sekarang sedang hujan?" tanya Anastasia takjub. Bola mata abunya yang lebar terlihat semakin lebar karena rasa antusiasnya.

Shawn melihat ke arah jendela yang menunjukkan rintihan hujan sebelum mengangguk walaupun anggukannya tidak dapat dilihat oleh lawan bicaranya, "kurasa sebentar lagi akan berhenti."

"Benarkah? Kalau begitu sebentar lagi pelangi akan muncul. Aku suka, aku suka." seru Anastasia girang. Shawn tahu jika gadis kecil itu begitu menyukai pelangi. Setiap hujan turun dan muncul pelangi, maka Anastasia akan meminta seseorang di dekatnya menceritakan tentang keindahan pelangi itu.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang