60. Jangan Sedih

1.2K 69 3
                                    

Laki-laki dengan baju biru khas penghuni rumah sakit itu terbaring tak berdaya. Semua terasa sakit dan memalukan. Mana mungkin seorang Kevin Rezan Naratama, kalah dari seorang Ito, adik kelasnya. Disaat semua orang satu sekolahan tidak ada satupun yang berani membuat masalah dengannya. Ito malah dengan mudah, membuat dirinya menjadi babak belur.

Sialan. Kevin tidak terima atas semua ini. Biarpun ia tahu jika kakeknya sudah mengeluarkan Ito dari sekolah. Namun, tetap saja semuanya terasa belum impas.

Hidung Kevin harus diperban lantaran tulangnya patah. Pipinya juga sudah berubah menjadi merah keunguan, akibat dihantam keras oleh Ito. Dengan hati memanas, Kevin mengambil ponselnya di atas nakas. Setelah itu ia langsung mencari kontak nomer yang akan dituju menghubungkannya ke panggilan.

"Halo, Vin," suara dari sebrang sana.

"Lakuin rencana A sekarang," titahnya keras.

"Sekarang banget nih Vin? Lagi mager gue."

"Sekarang anjing, gak usah banyak tanya," gertaknya.

"Tapi kalau ada apa-apa lo yang tanggung kan?"

"Gue bilang gak usah banyak tanya bangsat,"

"Iya dah," lirihnya.

"Inget, harus sampai mampus!" ujar Kevin penuh penekanan.

Kevin memutuskan panggilan itu sepihak. Dan tanpa sadar bibir atasnya terangkat, membentuk seringaian. Rencananya akan segera terlaksana. Sungguh ia sudah tidak sabar menantikannya.

***

Nenek Nada

Nek!
Nenek cantik!

Ito sekarang tengah bersantai di atas kasur dengan punggung menyender dinding. Ia tidak mau kalut dalam masalahnya tadi. Biarlah ia keluar dari SMA itu, toh masih banyak SMA yang lain.

Cowok itu tersenyum menantikan balasan pesan dari Nada. Namun, ya seperti biasanya gadis itu hanya membaca pesan WhatsAppnya.

Bales kali nek, Ito kangen sama nenek tau.

Dari tempat lain, Nada sedang duduk di kursi sambil mengamati bulan lewat jendela. Ia merasa tenang ketika melihat sinar bulan yang menerangi langit. Dari tadi ia memang belum keluar sama sekali dari kamarnya. Ia masih merasa malu dan takut dengan semuanya.

Ketika ponselnya berbunyi, Nada sebenarnya enggan untuk menilik. Ia memang membiarkan ponselnya menyala, tapi tidak ada keinginan untuk melihatnya. Namun, semakin lama ia semakin jenuh dengan suara notifikasi yang ada.

Ito

Nenek lagi lihat bulan ya?
Bulannya cantik ya, kaya nenek.
Kalau nenek bulan, Ito mau jadi matahari.
Nenek tahu kenapa?
Tahu nggak?
Enggak ya?
Yaudah Ito kasih tahu ya.
Kalau nenek jadi bulan, Ito mau jadi matahari aja. Biarpun kita nggak pernah bertatap muka, alias terpisah, karena nenek adanya malem, sedangkan Ito siang. Tapi tanpa matahari, bulan gak akan bersinar. Dan tanpa bulan, matahari tidak akan bisa membantu langit malam agar terlihat indah.
Nek, Ito rindu.
Ito kesana ya, tunggu 15 menit lagi Ito sampai.
See you my lovely grandma ♡
Satu lagi, jangan tidur dulu ya nek.

Senyum Nada merekah ketika membaca pesan Ito. Dari dulu cowok itu selalu memanggilnya dengan sebutan nenek, dan itu malah membuatnya merasa lebih istimewa.

Nada meletakkan ponselnya di meja, lalu ia mendongakkan kepala menatap bulan lagi.

"Katamu jika aku bulan maka kamu adalah matahari, kalau begitu selamat matahari, bulan sangat mencintaimu."

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang