Tentang Ersya

34 8 8
                                    

Kenalin nama gue Ersya Dilla Hardiana, Hardiana merupakan nama belakang dari bokap gue yaitu Dodi Kusuma Hardiana. Gue sekarang tinggal bersama bokap dan kakak laki-laki gue yang bernama Fero, akan tetapi kak Fero sudah jarang sekali kembali ke rumah. Ia kadang kembali hanya dua kali dalam setahun atau bahkan sekali dalam setahun. Yah benar, dia sibuk. Dia sangat sibuk dengan pekerjaannya di luar kota, sampai-sampai gue merasa seperti bertemu dengan orang asing ketika dia kembali ke rumah. Jika kalian bertanya dimana nyokap gue, gue akan beritahu kalian sekarang juga. Nyokap gue sudah meninggal 4 tahun lalu akibat serangan jantung yang di deritanya. Gue sangat terpukul ketika mendengar kabar bahwa nyokap meninggal, bagaimana tidak? Gue mendengar berita duka itu ketika gue sedang fokus belajar di sekolah dan tiba-tiba pak Bagas salah satu guru BK masuk ke dalam kelas kemudian mendekat dengan berbisik menggunakan nada yang begitu memelas. Gue masih begitu ingat bagaimana hancurnya perasaan gue ketika mendengar bisikan dari pak Bagas, gue nangis sejadi-jadinya. Rasa malu pun hilang pada saat itu juga, kedua mata sembab, tangan pak Bagas berusaha menenangkan ketika gue mulai tidak bisa mengendalikan diri. Gue masih ingat, yaahhh masih sangat ingat.

Tapi sekarang mari kita lupakan sejenak tentang hal yang tengah membuat kita jatuh begitu luka. Gue kini berusia 17 tahun yang tengah duduk dibangku SMA, kepribadian gue bisa dikatakan berbeda dengan teman-teman perempuan lainnya. Eiissttt... tapi bukan berarti gue tidak menyukai seorang pria, tenang saja kalau hal itu gue masih normal. Hanya saja yang membedakan gue dengan teman-teman perempuan lainnya ialah gue tidak begitu menyukai polesan make-up sedikitpun. Pernah pada saat itu salah satu teman gue mencoba merayu untuk menggunakan make-up yang di iming-iming kalau gue akan terlihat sangat cantik, ah persetan dengan omong kosong itu. Gue berlari sekencang mungkin untuk menghindari teman gue yang meminta untuk menggunakan benda-benda berwarna tersebut. Mungkin itu terdengar sedikit aneh karena seorang anak perempuan tidak menyukai make-up, jika kalian bertanya apakah gue tomboy? Jawabannya tidak. Karena gue masih menyukai boneka terutama boneka monkey, gue juga masih menyukai wedges, dan gue pun masih sangat menyukai warna jingga, hanya saja gue tidak menyukai make-up karena gue lebih menyukai wajah natural. Tetapi mungkin itu untuk saat ini gue tidak menyukai make-up, tidak tahu jika esok atau lusa.

Tinggal di salah satu kota termacet di Indonesia itu memanglah bukan hal menyenangkan, bagaimana tidak? Hampir setiap hari gue harus menunggangi taxi kemudian beralih ke ojek dan terkadang harus berlari mencari jalanan yang sekiranya tidak begitu padat hanya untuk sampai ke sekolah, belum lagi bau keringat dan asap kendaraan, ini benar-benar keterlaluan. 

"Pagi Ayah," sapa Ersya sembari duduk di kursi meja makan bersama sang ayah.

"Oh pagi juga nak," jawab ayah Ersya sembari melahap potongan roti yang telah diirisnya.

"Bagaimana sekolahmu Sya?" sambung ayah Ersya.

"Hah? Sekolahku? Baik kok baik," jawab Ersya sedikit terkejut sembari mengoles selai kacang ke dalam roti.

"Kok baik? maksud ayah bagaimana itu apa ada nilai kamu yang buruk atau gimana gitu loh Sya," ayah Ersya tertawa kecil mendengar jawaban putrinya.

"Iya maksud Ersya pun begitu ayah, semuanya baik-baik aja kok. Nilai Ersya juga semuanya aman, ayah tenang aja Ersya akan belajar dengan giat di sekolah," Ersya melahap rotinya sedikit demi sedikit.

"Jangan hanya di sekolah, tetapi di rumah juga," pungkas ayah Ersya.

"Hmmm iya ayah iyaa," Ersya menghela sedikit nafas.

Setelah sarapan selesai, Ersya pun pamit untuk pergi ke sekolah

"Ayah, Ersya berangkat dulu yah. Ayah nanti hati-hati berangkat ke kantornya, lalu ingat pesan Ersya jangan sampai ayah telat makan siang dan diminum obatnya!" ujar Ersya sembari mencium tangan ayahnya untuk pamit ke sekolah.

"Iyaaaa sayang, ayah akan selalu ingat pesan putri ayah," kemudian Ersya pun pergi ke Sekolah. Seperti biasa ia harus menunggu taxi di depan rumahnya.

Kenapa gue selalu ngingetin bokap untuk terus minum obat? Itu semua karena dulu bokap gue sempat terkena stroke ringan, tetapi berkat kuasa Tuhan bokap gue pun sembuh seperti sedia kala. Namun tetap saja dia harus menjaga kondisinya karena sekarang gue hanya memiliki mereka berdua yaitu bokap dan kakak gue si Fero, gue gak mau merasakan kehilangan untuk kedua kalinya setelah nyokap meninggal. Lantas siapa pula yang ingin merasakan kesedihan jika dibalik itu semua masih tersimpan sejuta harapan.


Jangan lupa tinggalkan jejak dengan Vote dan Comment yah ^_^

Terimakasih ^_^

LOSINGWhere stories live. Discover now