7 ; Get Caught

26 5 0
                                    

alo-alo

pakabar?

wkwk, syra mah baik-baik bae

sebelum membaca, bisa pencet bintang di pojok sebelah kiri ya!

h3h3

selamat membaca!

.

.

.

Yoongi menatap gadis di depannya yang sedang lahap memakan sarapan. Tak bisa berbohong, Yoongi mengakui bahwa hanya melihat gadis itu sarapan sudah membuat perutnya penuh. Yoongi tak bisa menahan senyumnya. Ia membiarkan ujung bibirnya untu tertarik keatas. Mata hitamnya terus saja memperhatikan setiap gerak gerik gadis itu.

"Oppa... kau tak sarapan?" tanya gadis itu. Begitu merasa di tatapi, gadis itu mendongakkan kepalanya. Wajah nya yang tanpa make up bahkan membuat gadis itu tampak lebih cantik dan muda. Wajah gadis itu seakan menunjukkan bahwa umurnya tak lebih dari seorang murid menengah pertama.

Mendengar pertanyaan gadis itu, Yoongi menggeleng.

Yuri menatap Yoongi sekilas, lalu kembali memakan sarapannya. Ia tak tahu kenapa, namun Yoongi telah menatapinya sekitar... setengah jam?

Tak lama, Yoongi tersadar. Ia memukul pipinya pelan. Astaga, apa yang kulakukan?

Yoongi berdiri, lalu meninggalkan Yuri sendiri di ruang makan. Yuri menatap Yoongi heran. Tak biasanya Yoongi seperti ini. Yuri berusaha tak memikirkannya, lalu kembali melahap roti bakar yang merupakan sarapannya.

Sebuah bau gosong merasuki indera penciuman Yuri. Memaksa gadis itu untuk beranjak dari kursinya, lalu memerhatikan sekitar. Ia memperhatikan stopkontak, kabel, hingga matanya berhenti pada sebuah panci di atas kompor. Seingatnya, ia sedari tadi tak ada memegang kompor. Ia berlari menuju dapur, mematikan kompor. Ia membiarkan sebentar panci itu di atas kompor, menunggu panci menjadi dingin, hingga jika di letakkan di wastafel pencucian piring akan aman.

Yuri mengurut dahinya. Ia berjalan keluar ruangan lalu menuju ruang kumpul. Tampak disana ada Jimin, Seokjin, Namjoon dan Jungkook. Mereka semua mengalihkan perhatiannya kepada Yuri ketika Yuri menyeru.

"Siapa yang memasak air tadi?" seru Yuri. Jika sudah kesal begini, Yuri hampir melupakan honorifics nya. Yuri menatapi satu persatu manusia yang berada di ruang kumpul itu. Ia mencari raut wajah yang menunjukkan pelakunya. Hingga matanya menuju ke satu lelaki yang sedang membaca buku dan mengenakan kacamata bulat.

Menyadari arah tatapan Yuri, Seokjin ikut menatap lelaki itu. "Namjoon-ah, kau lupa sedang memasak air lagi?"

Namjoon menghela napasnya. Ia meletakkan buku tebalnya dan kacamatanya, lalu beranjak dari sofa berbentuk U itu. "Mian," ucapnya. Ia melalui Yuri, lalu berjalan menuju dapur. Tubuh Yuri berputar, agar bisa melihat apa yang Namjoon lakukan. Matanya menatap setiap pergerakan Namjoon dengan teliti.

"Heol! Bagaimana bisa airnya tidak panas?" seru Namjoon. Ia berbalik, lalu menatap Yuri sebentar. Sedikit merinding, karena kalau lagi kesal, tatapan Yuri memang berkali-kali lebih tajam dari Yoongi. Ia mendengus, lalu menaruh air di paci itu ke panci lain. Ia meletakkan panci itu diatas kompor, menyalakan api, setelah itu duduk di kursi ruang makan. Menunggu air tersebut panas, untuknya membuat teh.

"Yak! Apakah kau memakai panci kesayanganku?" sahut Seokjin dari ruang tamu. Ia bertanya kepada Namjoon, namun sepertinya telinga pria jangkung itu tak menangkapnya. Yuri menghela napasnya sekali lagi, lalu mengulang ucapan Seokjin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang