"Jangan pernah bermain-main karena aku selalu serius dengan kamu" -Lexi
Pagi ini Kae pergi sekolah diantar oleh mamanya. Pantat Kae masih sakit akibat accident kemarin bersama mantannya yang sialan itu.
"Kae, hati-hati ya gak usah aktif banget di sekolah. Di kelas aja duduk, mama udah bawain bekal di tas kamu" kata mamanya khawatir melihat kondisi mengenaskan Kae.
Sebenernya Kae tidak masalah dengan rasa sakitnya tapi dia malu. Hal itu membuat mama Kae kasihan melihat anaknya yanng kelewat malu.
"Ma, udah ah dari kemarin juga mama ngeliatnya gitu banget" Kae cemberut.
"Yaa mama gak tega liat kamu jalan kayak nenek-nenek gitu. Pantat mundur ke belakang sambil tangan megangin pantat. Gitu lagi jalannya tetak-tetak. Gimana mama nggak khawatir?"
"Mamaaaaaa... Kae nggak papa kok. Mama nggak usah khawatir ya. Kae berangkat Assalamualaikum" ucap Kae sambil meraih tangan mamanya dan menciumnya. namun Kae berbalik ke arah mamanya lagi. "Ma, telpon papa gih. kayaknya mama galau gara-gara papa gak ngehubungin mama kan?" Kanya tersenyum. "Ciee galau.. Kae tau kok tadi malem mama tidur sambil meluk foto papa" Kae berlalu sambil cekikikan tidak jelas.
Mama Kae menatap putri bungsunya yang kian menjauh sambil tersenyum. Kaeleasha benar, ia sangat rindu dengan Madison, suaminya. Mengapa ia tidak memberi kabar sama sekali? Awas saja kalau pulang nanti, batinnya.
Sepanjang perjalanan Kae menuju kelas banyak sekali yang melihat ke arah Kae. Jelas saja, pasti mereka heran melihat kondisi Kae yang seperti itu. Kae hanya bisa menunduk melihat lantai koridor sekolahnya. Kae mempercepat langkahnya yang tertatih-tatih itu.
"Eh Kae" teriak sosok lelaki dibelakangnya.
"Apa?" jawab Kae ketus, enggan melohat ke arah cowok yang meneriakinya tadi.
"Gue bantu sini" cowok ganteng tadi menggandeng Kae menuju kelasnya. Kae hanya bisa pasrah karena memberontak pun Kae tak ada daya.
Cowok itu memapah Kae menuju kelasnya tapi tiba-tiba Kae oleng dan mengakibatkan Kaeleasha jatuh di dada bidang cowok ganteng itu. Mereka pun bertatapan cukup lama.
"Ehmm.. Sorry" ujar cowok ganteng itu mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
"Gue yang minta maaf udah ngerepotin lo, pake acara jatoh segala"
"Gak! Lo gak ngerepotin" jawab cowok itu cepat. Kae sempat terkesima dengan kegantengan cowok di depannya. Ganteng banget sih. Seriusan gue mimpi apa semalem bisa digandeng ini cowok. Ini sih menggoda jiwa liar gue arghhh mikir apasih gue, batinnya.
"Gue minta maaf perihal kemarin Kae. gue beneran gak sengaja"
"Iya gapapa" Kae menjawabnya dalam hati dan yang keluar malah "Lo sih bego, kucing doang ditakutin."
Cowok ganteng itu berhenti lalu menatap Kaeleasha dengan tajam. Kaeleasha kicep seketika. "Ya mangkanya lo hati-hati dong, kalo niat ngebantu itu jangan setengah-setengah" ujar Kae pedas.
Cowok yang dikatai Kae bego itu pun melanjutkan memapah Kae menuju kelasnya dan mengabaikan segala ocehan Kae sepanjang kereta ai itu hingga Kae kesal dibuatnya.
"Jangan banyak bicara Kaeleasha"
"Kenapa sih? Suka-suka gue, mulut-mulut gue apa masalah lo cobak" ujar Kae maih sewot. Pasalnya dia kesal karena omongannya sedari tadi hanya dianggap nyanyian burung di pagi hari oleh Lexi.
"Lo kelihatan cantik kalo lagi ngomel" ujar Lexi yang masih memapah Kae dengan penuh kesabaran. Kae yang diberi pujian atau entah apalah namnaya jadi salah tingkah sendiri. Jantungnya seperti melompat-lompat ingin keluar dari tubuh Kaeleasha. Jangan ngomong gitu dong, lo kan jadi makin ganteng kalo ngomong kayak gitu, batin Kae.
"Perhatikan jalannya Kae, jangan liatin gue mulu" seketika Kae kicep dan langsung meluruskan pandangannya ke depan.
Tepat di depan kelas Kae sudah ada perempuan cantik yang menghadang Kae dan cowok ganteng tadi.
"Lo gak ada kerjaan lain ya selain jadi pelakor?" ucap perempuan bak model itu. Tangannya bersedekap dan matanya berkilat-kilat menunjukkan bahwa kemarahannya berada pada level medium."..."
"Lo gak punya malu? Atau lo tuli?"
Kae hanya diam dan menatap perempuan itu sinis. Sedangkan perempuan itu wajahnya sudah memerah menandakan kemarahannya sudah berada di level high angry bird. Perempuan itu hendak menghampiri Kae namun dicegah oleh cowok ganteng tadi.
"Tessa stop" ucap cowok ganteng itu sambil menatap intens perempuan yang bernama Tessa.
"Apa sih? Kamu kok belain dia? Dia udah dekat-dekat dan pegang-pegang kamu. Aku gak suka" Tessa sengaja menekankan kata gak suka pada cowok ganteng di depannya.
"Aku yang udah buat dia kayak gini Sa. Jadi aku mau tanggung jawab"
"Tanggung jawab? Emang kamu ngehamilin dia sampek mau tanggung jawab segala?" Tessa menatap sinis ke arah Kae. "Dan lo, lo kok gatau diri gitu sih deketin cowok gue. Tampang pas-pas an juga sok-sok an deketin Lexi"
"Sa.. udah Sa malu diliatin banyak anak. Aku cumak mau minta maaf aja karena udah bikin Tessa jatuh kemarin sore."
"I DON'T CARE!!!" jawab Tessa sambil menarik cowok ganteng itu pergi dari hadapan Kae. Kae hanya bisa pasrah dibuatnya. 'Apalah daya aku yang seperti ini' batinnya. Sebelum itu, Tessa berbalik ke arah Kaeleasha mengatakan sesuatu pada Kae.
"Ini peringatan terakhir. Kalo lo gak berhenti juga, lo habis"
Kae memandang kepergian Tessa dengan pandangan kosong. Itu sebuah peringatan belaka atau sebuah ancaman? Tiba-tiba Kae merasa akan terjadi sesutu yang buruk.
Haiss, mikir apa sih. Mending gue masuk kelas aja. Nih gue kayak orang encok aja sih. Kaeleasha ngedumel dalam hati yang kemudian ia melangkahkan kakinya memasuki kelas XII IPA 7.
Hayyyyyy, makasih sudah mau baca. Maaf jika masih ada typho nya.
Jangan lupa vote and comentnya ya!! 😍😍😍
Salam putrijawi adeknya Shawn M.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE AFTER MET YOU
Fiksi RemajaK : Aku yang pintar dalam berkamuflase tentang perasaan L : Keahlianku memang paling bisa menghancurkan dibanding memperbaiki M : Aku bukan perebut, aku hanya mengambil apa yang menjadi hakku Setelah K ada L, tapi jangan lupa bahwa setelah L selalu...