Sesampainya dikelas 10 IPA 1, ia mendengar keramaian. Maklum saja kelasnya sedang tidak ada guru. Akhir-akhir ini banyak kegiatan dari diknas, oleh karna itu guru-guru banyak melaksanakan rapat, membuat kelas-kelas tak ada pengajar. Sama dengan kelas Fey.
Saat duduk dikursinya, Aldy merasa ada yang aneh dengan muka Fey. Bekas cakaran terlihat masih baru. Aldy tahu ini kejadian barusan, karna saat istirahat muka Fey masih terlihat normal saja. " Mukanya kenapa? Kok kayak dicakar kucing? " tanya Aldy sok tahu. Fey yang kaget pun langsung menoleh dan menutupi cakarannya. " Ehh.. Hmm. Anu.. Ituu... " kata Fey gelagapan. " Dicakar kucing beneran? " tanya Aldy lagi. " Eh, iya dicakar kucing. " jawab Fey sekenanya. Walau Aldy merasa aneh dengan jawabannya yang tepat, ia tak peduli.
Ia langsung berlari keluar kelas, menuju UKS. Ia meminta handsaplast pada pihak UKS dan segera kembali ke kelasnya. " Nih, pake. " katanya lembut memberikan handsaplast tersebut. " Eh, gausah. Gapapa kok " tolak Fey. Aldy menarik nafas berat. Ia duduk dan membuka handsaplast tersebut. " Kalo sakit ya sakit aja, kamu gausah sok kuat kayak gini. Kasian mukanya " katanya sambil menempelkan handsaplast pada pipi Fey yang tercakar.
Tiba-tiba, Fey menepis tangan Aldy yang ingin memakaikannya handsaplast. " Ck, gue bisa sendiri. Makasih. " katanya sewot. Aldy hanya tersenyum miring melihat perlakuan cewek itu, ia pun memberikan handsaplastnya pada Fey.
Tapi ternyata, saat ia hendak memasangkan handsaplastnya, handsaplastnya tak menempel pada pipi Fey, membuatnya berkali-kali mencoba memasangnya. Aldy terkekeh. " Udahlah, kalo gabisa bilang aja. Aku pasangin sini. " katanya sambil mengambil handsaplast tersebut. Menyadari Fey tak bisa memasangnya sendiri, ia pasrah pipinya dipasangi handsaplast oleh Aldy.
Cukup banyak cakaran yang terukir di pipi Fey, membuat Aldy harus menghabiskan setidaknya 4 sampai 5 handsaplast. " Okee, sudah. " katanya sambil mengeluarkan jempol kanan. " Makasih, maaf ngerepotin. " jawab Fey sambil tersenyum.
" Kedua kalinya bisa ngelihat senyum manis Fey. Gimana bisa gasuka kalo gini caranya Feyyyy " batin Aldy tak sadar sambil memandangi Fey.
Fey yang bingung karna Aldy terus melihatnya pun langsung menampar Aldy pelan. " Heh, jangan ngelamun ntar kesambet. " katanya mengingatkan. Aldy yang tersadar dari lamunannya pun hanya tersenyum sambil mengelus pipi yang ditampar Fey tadi. " Gapapa deh ditampar, asal kamu yang nampar " katanya berbisik lalu menghadap kedepan. Fey yang mendengar langsung menoleh. " Apa? " tanya nya. Aldy hanya menggelengkan kepala, masih mengelus pipinya dan tersenyum. " Sinting. " umpat Fey.
Rey menyapa Fey lewat Line saat malam tiba.
Line.
Reynald :: maaf ya tadi ga ke kelas lo pas pulang, gue OSIS
Fefey :: sans
Reynald :: tapi gue sempet liat, keluar dari toilet pipi lo merah. Dicakar apaan?
Fefey :: hah? Perasaan lo aja kali kak.
Reynald :: tapi beneran lohhh
Fefey :: gapenting ish.
Reynald :: ya maaf
Read by Fefey.Rey merasa ada yang aneh pada Fey, ia jelas-jelas melihat pipi Fey tergores, sangat terlihat bekas cakaran. " Kenapa sih gamau jujur aja, huh " gumamnya kesal. Rey pun menutup hpnya, menchargenya lalu menutup mata, tertidur.
// maafkan aku yang sering telat update:') ini ada fotbar Rey sama Aldy pas dilapangan hehe //
KAMU SEDANG MEMBACA
Live, Food, and Football. Lil Bit Love.
Ficção AdolescenteFeliyah Mei. Biasa dipanggil Fey agar terlihat "keren" Cewek tomboy yang menjadikan Real Madrid sebagai prioritasnya. Cewek ga peka, dingin, dan cuek, tapi ia sangat menghargai perempuan, entah kalau laki-laki. Menemui seorang Ketos ter-pede semasa...