SORE hari merupakan waktu favorit para gagak untuk berkumpul di atas pohon. Kerumunan burung berwarna gelap tersebut melakukannya guna berinteraksi dengan sesama.
Dalam perkumpulan, mereka akan saling bertukar Informasi tentang bahaya, sumber makanan, atau juga hal-hal baru yang mereka temukan.
Seekor Gagak yang juga merupakan seorang pemimpinan kawanan itu, yakni Gato nampak mengambil komando pada pertemuan sore. Ia menanyakan setiap informasi dari tim Gagak Utara, Selatan, Timur, dan Barat yang sebelumnya sudah Ia bagi di dalam kawanan.
Tim Gagak Utara menceritakan tentang keadaan di tempat mereka berburu. Mereka menyatakan aman. Sementara tim Gagak Barat dan tim Gagak Timur menceritakan tentang sumber makanan di sana, yang mereka rasa cukup.
Lain halnya dengan tim Gagak Selatan, yang dipimpin oleh Gari. Ia justru mengeluhkan salah satu rekan timnya yakni Garca.
Ia beranggapan Garca hanya menjadi beban dalam kawanan.Gari mengatakan "Garci ini sungguh lemah, Ia terbang lebih lambat, juga tidak piawai dalam berburu. Ia terlalu lama menerkam mangsa. Aku tidak yakin dia keturunan Gagak, bisa jadi Ia Merpati yang menyamar. Benar 'kan?" perkataan Gari disambut dengan tawa meriah dari Gagak lain lain diikuti sorakan "Wuuuuh" sebagai bentuk olokan.
Ketika suasana mulai bising dengan ocehan semua gagak pada Garca, Gato mengambil suara. Dengan tegas dan gagah dia berucap "Sudah hentikan. Tawa kalian hanya memperburuk suasana hati Garca. Bagaimanapun dia adikku, aku ingin tahu apakah benar seperti itukah dirimu?"
Di dalam relung hati yang terkubur malu, Garca mengakui akan kelemahannya. Terlebih Ia merupakan seekor Gagak yang gagap.
Garca paling banyak hanya mampu berbicara tiga kata untuk mengungkap segala sesuatu yang ingin Ia sampaikan.
"A...a..a...k...u. Bubu... kan...I..tu." dengan susah Ia berusaha menegasi apa yang diceritakan Gari.
"A..a..aku. Cu... cu....kup. Ku..... at" lanjutnya lagi.
"Kau. Saja. Bodoh" dengan tegas.
Mendapat penghinaan, seketika itu Gari bereaksi marah dan langsung mendorong Garca dengan cakarnya yang kuat dan tajam.
Tidak siap dengan serangan Gari, Garca pun tersungkur ke ujung badan pohon. Cakaran Gari melukai tubuh Garca yang langsung mengucurkan darah.
Semua Gagak tidak ada yang mencoba menolong, karena sifat dasar mereka yang tahu bahwa serangan itu pantas dilakukan mengingat Garca adalah Gagak terlemah dalam kawanan.
"Rasakan itu, Gagak Gagap! " ucap Gari sambil perlahan mendekati Garca yang berada 10 langkah dari tempat Ia berdiri.
"Lihat betapa sengsaranya dirimu hanya dalam satu hentakan cakarku"
"Baiklah cukup pertikaian di antara kalian!" Teriak Gato dengan frekuensi yang tinggi.
"Garca sudah mendapatkan hukuman yang pantas. Jika kau masih menyerangnya, maka kau sama lemahnya Gari!" tambah Gato.
"Semua bubar dan kembali ke sarang kalian. Sementara ada hal yang harus aku bicarakan dengan Garca. " tutup Gato dalam pertemuan para Gagak tersebut.
"Lagi, beruntung kau merpati. Aku pergi karena aku menghormati Kakak mu. Lain kali, aku binasakan kau dari kawanan ini." bisik Gari yang langsung diikuti dengan gerakan terbangnya meninggalkan Garca yang masih kesakitan.
Semua gagak pun terbang kembali ke sarang mereka.
Di pohon itu tinggal Garca dan Gato.
"Setidaknya kau tidak harus mempermalukan Kakakmu di dalam kawanan. Aku tidak bisa membelamu, karena kau harus tahu posisiku sebagai pemimpin, Garca." kata Gato
"Bo..bo... doh. A..aku. Ke...cewa..." Garca masih meneruskan maksudnya
A...aku.... Ga.... gak. Ga.... gal" sambil menundukkan kepala dan pergi dalam kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gagak Gagap
Short StorySebuah fabel yang menceritakan tentang seekor Gagak Gagap. Ia seringkali diremehkan karena kelemahannya. Akan tetapi di balik kekurangan yang dimiliki Gagak Gagap ini menyimpan kekuatan yang mampu melawan sifat alamiah. Apakah itu?