Mohon votenya🙏
.
Alvian sendiri kebingungan dengan sikap Muthi yang seperti sangat membencinya tapi dia tetap mengikuti ucapan istrinya itu dengan harapan agar Muthi kembali seperti biasa
Vian hendak membawa susu dan apelnya karena sepertinya Muthia tak mau memakannya
"Tinggalkan itu disini, aku akan memakannya" ucap Muthi
"Em ya sayang tentu, apa aku masih harus keluar dari kamar ini ?"
"Keluar"
"Ok, selamat malam "
Tak ada jawaban dari Muthia, yaampun kesalahan apa yang sudah Alvian buat sampai Muthi marah pada nya
Vian tidur dikamar yang nantinya di tempati Bilma kalau sudah besar dengan banyak pertanyaan dibenak nya akan sikap Muthia
Pagi mulai datang, subuh tepatnya.
Vian bangun dan mengerjapkan matanya berkali kali saat melihat sosok wanita cantik sedang meniupi wajah nya"Hei sayang, selamat pagi.. " ucap Vian saat terlihat jelas kalau itu adalah istrinya
"Kamu ngapain niup wajahku hem ?" Lanjutnya sambil mencoba duduk
"Kamu kotor sekali sepertinya"
"Kotor ?" Ucap Vian mengerutkan kening nya
"Ya, aku tidak suka kenapa wajah mu seperti banyak debu ?"
Vian segera menuju cermin memperhatikan wajah nya baik baik dan saat dilihat semuanya baik baik saja tidak ada debu sedikitpun, wajah itu masih terlihat tampan sangat tampan
"Tidak ada debu sayang, wajahku bersih "
"Oh ya ? Mungkin sudah hilang.. mandi lah subuh hampir berakhir "
"Oh ya ! Aku kesiangan kamu sudah sholat ?" ucap Vian
"udah tadi kamu susah di bangunin nya jadi aku duluan"
dengan tergesa Alvian menuju kamar mandi
Sementara Muthia menggigit bibir bawahnya kecil dan bernapas lega karena hampir saja dia kepergok suami nya sendiri saat meniup niup wajah Vian yang dia sendiri sebenarnya melakukan itu tanpa alasan, hanya ingin meniup nya"Hari ini jangan pergi kerja ya "
"loh kenapa memangnya sayang ?" Ucap Vian sambil mengelap bibirnya dengan tisu setelah selesai sarapan sereal
"Aku mau kamu dirumah aja temani Bilma "
"Memang kamu mau kemana ?"
"Ga kemana mana aku tetep disini, kenapa ? Kamu gamau bantu aku jaga Bilma ?"
Muthia masih saja bersikap jutek, membuat Vian membuang nafasnya kasar
"Yaudah kalo gak mau ! Sana ! pergi !"
"Ok aku gak kerja hari ini, jangan ngambek gitu dong "
Vian memijat pundak istrinya yang entah kenapa tiba tiba bersikap jutek padanya
Vian sedang bersama Bilma di ruang bermain sambil memperkenalkan nya pada huruf huruf hijaiyah, Bilma yang sudah berusia dua tahun memang pintar sekali menyerap apa saja yang diajarkan mama papa nya walau tetap saja sikap ke kanakan nya masih tinggi dia masih sering berlari kesana kemari saat Vian memintanya duduk dan menghafal hijaiyah, alhasil Bilma tetap mengeksplor mainannya namun mulutnya tetap memgucapkan huruf huruf itu satu persatu walau urutannya belum tepat masih kebolak balik, tapi tak apa ini sudah merupakan awal yang baik bukan ?
Prang !!
Alvian tersentak saat mendengar suara gelas jatuh, ada apa dengan bi Sumi atau itu Muthi ?
Vian sedikit berlari kearah dapur meninggalkan Bilma yang masih asik dengan robotnya"Yaampun mut."
Vian segera menangkap tubuh istrinya yang sempoyongan, kakinya seolah tak bertenaga untuk menopang tubuhnya sendiri, Muthia terlihat setengah sadar dalam dekapan Alvian
"Mut.. kamu kenapa sayang ?"
"Arg. Kepalaku.. pus..."
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Muthia sudah jatuh pingsan
Alvian mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke ruang keluarga karena ruang keluarga bersebelahan dengan ruang bermain setidaknya Vian bisa mengawasi Bilma juga sebab bi Sumi sudah pulang tidak ada yang menjaga Bilma jika dia harus membawa Muthi ke rumah sakit saat itu juga"Bagaimana ini ? Ku telpon dokter saja atau panggil ambulance ?"
Beberapa detik berpikir akhirnya Vian lebih memilih untuk mencoba menyadarkan istrinya sendiri, dia berlari mengambil minyak kayu putih dan apa saja yang bisa dijadikan kipas tangan
Vian mengganjal kaki muti diatas bantal kecil hanya agar posisi kakinya lebih tinggi diatas kepalanya, lalu dibaluri minyak di kening dan di ambukan di sekitar hidung, tangan satunya aktif mengipasi Muthia
"Mut.. sadarlah sayang.. mut.. muthi ayo bangun sayang.... "ucap Vian sambil terus mencoba membangunkannya berharap caranya ini berhasil
Tidak sampai lima menit akhirnya Muthi sadar, Vian segera memberinya air mineral dan memijat pundaknya kalau kalau Muthi merasa pegal
"Kamu kenapa sayang ?"
"Kepalaku pusing mas, lemes banget tadi "
"Tapi gak biasanya kamu pingsan hanya karena kecapean. Terakhir kamu pingsan ya karena kamu hamil Bilma, jangan jangan... "
"Apa ?"
"Kamu hamil lagi"
Muthia diam, pasalnya dia juga memang sudah telat dua minggu sebenarnya dia ingin memberi adik untuk Bilma tapi rencananya tidak secepat ini Bilma bahkan belum masuk sekolah usianya baru 2 tahun, baru saja beres Asi.
Tapi kalau memang benar hamil lagi, tentu Muthia senang karena anak adalah titipan tuhan bukan ? Itu artinya Tuhan percaya pada mereka untuk mengurus anak anak untuk mendidiknya menjadi insan yang baikBersambung
Sebenarnya kalian suka tidak dengan cerita ini ?
Boleh dengar pendapatnya ?😊
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Family
Ficción GeneralKeluarga Impian ! keseruan sebuah keluarga kecil yang mungkin menjadi impian setiap keluarga lainnya ?