10. [Cheer Up]

400 71 7
                                    

Seokjin mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak akan menyangka, jika berurusan dengan kantor polisi akan selama ini. Memang sih, langsung selesai, tapi—hey Seokjin juga punya plan lain dijadwalnya. Dan sekarang? Ia jadi telat menjemput Jihoon.

Tak henti-hentinya, Seokjin menekan klaksonnya ketika mobil didepannya berjalan sangat lambat.

"Ayolah! Kenapa dijalanan harus banyak lampu merah sih?" kata Seokjin tanpa sadar. Sudah menjadi kebiasaan Seokjin, jika dirinya panik, pasti Pria berkepala tiga itu akan berkata ngaur. Untung saja, Ia hanya sendiri dimobil, kalau ada orang lain dan berkata seperti itu didepan polisi, sudah pasti Seokjin disangka orang tampan tak berakal.

Perjalanannya tinggal satu blok lagi, barulah Ia sampai ditempat sekolah Jihoon.

Setelah, lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Seokjin menggas mobilnya dan langsung berbelok ke arah kanan, dari awal blok sudah terlihat gedung sekolah Jihoon. Dan ketika dirinya sudah sampai di tempat penungguan murid-murid, disana tidak ada siapapun. Matilah Seokjin!

Buru-buru Ia keluar mobil, kemudian menghampiri Pria yang berada didalam sekolah.

"Permisi, apakah kau mengenal Jihoon? Apa kau melihatnya? Biasanya Ia selalu menungguku didepan sana." Ucap Seokjin sekali tarikan nafas. Wajahnya sangat panik, Ia takut jika Jihoon menghilang tiba-tiba.

Orang yang diajak bicara itu diam, Ia hanya mengedikan kedua bahunya. Tanda tak tahu. Pandangannya kembali menghadap ponsel, menganggap Seokjin angin lalu.

Sontak, sikapnya yang tak acuh itu membuat amarah Seokjin semakin meningkat. "Yak! Tuan, kenapa kau tidak tau? Lalu apa gunanya kau digaji jika tidak memerhatikan anak sekolah? Oh, apa kau memakan gaji buta?!"

"Hey, kau ini berisik sekali! Aku tidak memiliki tanggung jawab disini, satpam yang kau maksud itu sedang pergi ke toilet. Aku disuruh menggantinya sebentar." Kata Pria itu berhasil membuat Seokjin melongo.

Bodoh sekali dirimu, Seokjin. Bagaimana bisa kau tidak melihat bajunya dulu? Lihat saja, mana ada satpam sekolah memakai celana training dan jaket parasut seperti itu.

"Maaf, Ak—aku pikir...kau—"

"Huss, sudah sana pergi! Kau cari saja sekitaran sini, anak kecil tidak mungkin berani pergi jauh-jauh." Katanya lagi memperingatkan.

Seokjin mengangguk, langsung melenggang pergi meninggalkan orang itu. Ia pun segera mencari ke sekitaran sekolah, mulai dari toko supermarket, di sekumpulan orang-orang dewasa, taman, lalu masuk ke sekolah Jihoon lagi dan memastikan kalau semuanya sudah keluar sekolah.

Dan benar saja, sekolah sudah sepi. Tidak ada siapapun, begitu juga guru pembimbingnya.

Seokjin semakin panik, Ia sudah mencari tapi tidak ketemu. Yatuhan-bagaimana jika Jihoon diculik? Ugh, tamatlah riwayat Seokjin!

===

Seluruh tubuhnya lemas begitu melihat darah tak henti-hentinya mengalir di dengkulnya, bibirnya pucat pasih. Bahkan diudara yang dingin seperti ini, pelipisnya mengeluarkan keringat, dirinya sangat panik. Bagaimana tidak? Seseorang tak dikenal mengejarnya tiba-tiba, lalu Ia tersungkur di aspal sampai sebagian dirinya terluka.

Apalagi Ia hanya sendiri, tidak ada Paman Jin, Mamahnya, ataupun Daddy Hasung.

Jika dilihat sekarang, wajahnya sudah memerah ingin menangis. Kedua bolamatanya sudah berkaca-kaca, bibir mengerucut semakin membuatnya terlihat gemas. Susah payah, dirinya tak berontak ketika seorang Pria dewasa ini mengobati lukanya. Sangat sakit, ketimbang melihat Seokjin merusak mainannya.

BETWEEN YOU AND ME [US] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang