Aku, Kamu, dan Es Jeruk

1.6K 198 32
                                    

Matahari merangkak naik hingga tepat di atas kepala. Membuat siapapun yang berjalan di bawahnya memerlukan pelindung untuk sekedar tidak merasakan kontak langsung panasnya sinar matahari dengan kepalanya. Satu hari di musim kemarau ini benar-benar menyengsarakan banyak orang.

Gadis itu menyusuri trotoar di depan fakultas ilmu bahasa, entah sudah berapa lama karena merasa bosan harus duduk dan menunggu di pelataran gedung. Sebenarnya ia bersyukur karena di musim kemarau begini ia bebas bepergian tanpa memerlukan payung karena takut hujan. Tapi siang ini moodnya yang sudah buruk, ditambah hari yang panas membuat harinya semakin buruk.

"Ck kalo tau gini dari tadi mending pulang aja," rutuk gadis itu sembari menendang kerikil di depan kakinya. Ia menutupi kepalanya sendiri dengan punggung tangannya. Dengan mata yang menyipit karena kesilauan, gadis itu melangkah meyakinkan dirinya untuk pulang daripada menunggu lebih lama lagi.

Masih dengan wajah memberenggut kesal, seseorang tiba-tiba menyampirkan sebuah jaket ke atas kepala si gadis. Membuatnya terlonjak sesaat kemudian menoleh ke belakang. Ia membelalak mendapati pemuda yang sedari tadi ditunggunya hanya berjalan santai dengan senyum terpatri di wajahnya.

"Hai, kepanasan, ya?" sapa pemuda itu santai—kelewat santai—hingga tidak menyadari kalau sedari tadi emosi gadisnya sudah berada di ubun-ubun.

Gadis itu melepaskan jaket dari kepalanya dan melemparnya asal kepada pemuda di belakangnya. Dengan sedikit gelagapan, pemuda itu menangkap jaketnya dan langsung mengejar gadisnya yang mempercepat langkahnya.

"Baby tungguin dong!" pemuda itu turut mempercepat langkahnya dan menyejajarkannya di samping si gadis.

"Hei, hei, kok ngambek, sih?" ia mencolek-colek lengan gadisnya yang malah mendapat delikan tajam.

"Hei, kenapa, sih? Katanya mau jalan? Mau gue temenin nyari sepatu, kan?" pemuda itu terus berusaha mendapatkan atensi gadisnya. Kini mengerutkan dahi karena yang ia dapat hanya delikan dan decakan si gadis.

"Roseanne," panggil pemuda itu sembari meraih pergelangan tangan Rose. Menatap gadisnya penuh harap.

"Sorry,"

"Ck, lepasin. Gue mau pulang," gadis itu berusaha melepaskan genggaman tangan lelakinya, namun yang ada cengkeramannya malah semakin erat.

"Pulangnya kan sama gue,"

"Enggak mau lo lama,"

"Ya udah maaf,"

Diam. Gadis itu berhenti melangkah. Mengalihkan pandangan enggan menatap pemuda itu—June.

"Kita duduk dulu, yuk. Kasian lo kepanasan gini," tanpa persetujuan, June langsung menarik lengan Rose menuju kafetaria, yang kebetulan dekat dengan posisi mereka sekarang.





June datang membawa dua gelas es jeruk dan menaruhnya di atas meja. Rose hanya menopang dagu dengan kedua tangan tertumpu di atas meja sembari memandang ke arah lain.

"Hei, nih minum dulu,"

Gadis itu belum menjawab.

"Rosiiee kenapa, sih?" June meraih sebelah tangan Rose membuat gadis itu berdecak.

"Maaf, gue kelamaan, kan?"

Rose menghela napas kemudian menatap June malas. "Gue selesai asistensi jam sepuluh lalu kita janjian jam sebelas tapi lo bikin gue nunggu dua jam, ya lo pikir aja emang gue enggak bete?" gadis itu kini terang-terangan mengutarakan kekesalannya. Walaupun begitu, tetap meraih es jeruknya dan menyedotnya cepat.

One Perfect Rose - I got her [JUNROS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang