Airin POV
Syukurlah, ternyata nggak sesulit apa yang gue bayangin buat deketin Erlang. Buktinya gue berhasil ngajak dia buat malam mingguan, yeah! Insert emot cool, hahahaha. Gue kirain dia anak rumahan yang nggak mau banget keluar rumah. Walaupun sebenarnya agak sulit buat cari topik kalau chat dengan dia, sih. Tapi, hubungan gue mulai berkembang, kan?
Sambil melihat-lihat timeline instagram gue menunggu Erlang di lobi mall ini, rencananya sih sebentar kita berdua Cuma makan-makan aja.
Saat gue melirik ke arah pintu mall, akhirnya orang yang gue tunggu muncul juga dari balik pintu otomatis itu. Dia sedang mengenakan hoodie yang berwarna navy yang tidak di gesper dan sehingga menampilkan kemejanya yang berwarna maroon, selera fashion yang buruk. Ditambah lagi dengan kacamata berframe kotak yang selalu setia bertengger di hidungnya. Tapi dia tetap ganteng, kok. Orang ganteng, kan pakai baju apapun tetap ganteng.
Mungkin ini harus masuk program kerja gue kalau gue jadi pacarnya, gue pengen memperbaiki style berpakaiannya.
Tapi, ada satu hal yang tiba-tiba saja merusak mood gue malam ini. Ada Andien di sampingnya! Akhirnya gagal rencana gue kali ini untuk jalan berdua dengan dia. Lagi pula, kenapa sih dia ikut-ikutan?
Saat mereka berdua hampirin gue, Andien kemudian bertanya dengan ekspresi heran "Kenapa elo ada disini?"
"Seharusnya disini gue yang bertanya. Kenapa elo bisa ikut juga?"
"Gue ajak Erlang, kok." Jawab Andien.
"Dia ajak aku tadi. Jadi, sekalian saja kita jalan bertiga." Kata Erlang. Elo terlalu baik jadi cowok, Lang.
"Ayo kita jalan!" ajak Andien. Rasanya pengen gue hilangin nih nenek sihir dari pandangan gue, padahal gue yang pertama ajak Erlang, lho. Malah dia yang ngatur-ngatur.
Erlang dan gue pun ngikut, rasanya gue pengen pulang saja. Tapi di satu sisi gue nggak rela mereka berdua jalan.
"Kita makan dimana?" tanya Airin ke Elang. Hellow, gue ada di sini.
"Terserah kamu saja." Jawabnya.
"Oke, aku punya tempat yang bagus."
Kami bertiga pun jalan menuju tempat makan yang andien maksud dan selama kami jalan rasanya pengen gue tampar nih cewek. Sengaja elo pengen buat gue cemburu? Dia jalan nempel banget ke Erlang.
Sedangkan gue? Gue ada di sebelah kanannya dan gue masih beri ruang di antara kita berdua. Gue masih slow disini. Tenang! Gue nggak akan keduluan dia. Dijamin!
Hanya Andien saja yang aktif berbicara sepanjang kita jalan, sedangkan Erlang hanya membalasnya singkat. Kadang dia hanya berdehem atau menganggukkan kepala saja. Sedangkan gue? Nggak ada bedanya dengan manekin berjalan.
Yang membuat gue semakin heran sama nih cewek, kata-katanya kebanyakan kode yang menjurus ke rasa sukanya ke Erlang. Mana dia paham!
"Nggak tahu, kenapa. Gue suka banget lihat cowok yang berkacamata."
Aduh, jam terbang lo masih kurang, say.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] My Jenius Boyfriend
Teen Fiction[PERHATIAN] Ini cerita antimainstream! Gue nggak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau gue pacaran dengan cowok yang kecerdasannya jauh melebihi gue. Apakah kalau kita nge-date dia mengerjkakan soal fisika? Atau dia malah bahas sejarah dunia seti...