Erlang POV
Saat ini aku masih berdiam diri di dalam kamar, sudah satu jam aku masih tetap berada di posisiku. Jangan membayangkan aku sedang duduk di atas kasur sambil menangis dan memeluk bantal dengan kertas tisu yang memenuhi kasur. Tidak, aku tidak sedramatis itu. Aku hanya duduk dan bersandar di ranjang sambil memikirkan kejadian di mall tadi. Terlihat ponselku berkali kali berdering dan menampilkan line yang dikirimkan oleh Satria yang pasti mencariku dan juga beberapa panggilan tak terjawab dari Airin. Aku hanya melirik sekilas ke arah ponselku tanpa berniat sama sekali untuk menyentuhnya.
Flashback
Setelah mendengarkan pengakuan dari Airin ke teman-temannya, aku hanya mematung dan menampilkan wajah datar saja. Perasaanku campur aduk saat itu, antara aku kesal dan ingin marah karena mendengar apa yang Airin katakan tadi, tetapi aku tidak dapat mengekspresikan semua itu, aku tidak seperti Bayu yang dapat mengungkapkan semua apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. Aku hanya langsung berbalik dan berniat untuk pulang ke rumah, Airin terkejut karena telah menyadari keberadaanku yang dari tadi berdiri mendengarkan semua percakapannya.
"Lang, denger dulu penjelasanku! ini nggak seperti yang kamu dengar tadi!" sepertinya ia mengejarku. Sontak aku berhenti. Aku tidak mau ini berjalan seperti drama murahan.
"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan, semuanya sudah jelas. Terima kasih, aku pulang dulu."
"Tunggu dulu, Lang!" aku tidak memperdulikan perkataan dia, aku kembali berniat meninggalkan dia tetapi dia mencegatku dengan menggenggam tanganku.
"Apa lagi?"
"Dengar dulu penjelasanku."
"Aku mau pulang. Bisa hargai aku?" Airin tidak berkata apa-apa. Aku pun melepas genggamannya kemudian pergi. Aku ingin pulang menenangkan pikiranku.
Aku terus berjalan cepat menuju pintu keluar mall kemudian mencari taksi, bukan taksi online. Aku tidak sempat untuk memesan taksi online, karena pasti aku harus menunggunya dan mungkin Airin akan berubah pikiran dan menghampiriku lagi.
Setelah sampai di rumah, aku langsung membuka pintu, aku lupa mengucapkan salam, aku hanya terus berjalan menuju kamarku, terlihat ibu sedang menonton ftv. Karena menyadari kehadiranku, Ibu langsung berbalik.
"Ehh, sudah balik. Kok cepat amat? Katanya tadi perginya agak lama." Tanya Ibu.
"Erlang hanya capek saja jadi Erlang duluan pulang." jawabku dengan menampilkan senyuman senormal-normalnya. Aku berusaha menampilkan bahwa aku ini baik baik saja, tidak ada masalah pada diriku agar Ibu tidak curiga. Karena aku juga belum siap menceritakan hal ini, dan juga Ibu belum mengetahui siapa Airin itu.
"Kamu nggak apa apa, kan?"
"Tidak, bu. Erlang hanya ingin istirahat saja" kataku yang kemudian melanjutkan berjalan ke tangga menuju kamarku.
Flashback end
Disinilah aku sekarang, masih memikirkan tentang betapa bodohnya diriku ini, yang bisa terjebak oleh permainan gila para perempuan itu. Aku masih memikirkan kenapa aku bisa jatuh cinta dengan Airin, kenapa aku bisa suka dan memberikan banyak ruang dihatiku sementara dia tidak ada sedikitpun ruang untukku di hatinya, kenapa aku bisa jatuh cinta. Bahkan dengan waktu selama ini?
Kenapa aku tidak pernah terpikirkan perempuan seperti dia bisa jatuh cinta dengan orang sepertiku? Kalau dia jatuh cinta dengan Bayu, aku maklum. Ada banyak sekali alasan perempuan menyukainya. Apa yang kurang dari dia? Tampan, pintar, suaranya bagus, berbakat. Aku ini apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] My Jenius Boyfriend
Teen Fiction[PERHATIAN] Ini cerita antimainstream! Gue nggak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau gue pacaran dengan cowok yang kecerdasannya jauh melebihi gue. Apakah kalau kita nge-date dia mengerjkakan soal fisika? Atau dia malah bahas sejarah dunia seti...