Epilog.

2.6K 318 10
                                    

  ̶ Jeno.  


Gue bodoh dalam hal menjauh. Semenjak kenal dia, gue susah buat menjauh. Gue selalu ingin marah , ketika tau. Diam diam Jaemin perhatian dengan nya. Bodohnya selama ini , dia pun tidak tau dengan sikap gue.

Begitupula gue, pria yang hebat dalam menyembunyikan perasaan. Selama ini, gue tidak mau kehilangan nya, tidak mau melihat dia dengan pria lain, tidak mau dia menjauh.

Alasan nya satu dan cukup sederhana.

Gue sayang Aza.

Wanita yang untuk pertama kalinya, sukses membuat gue mencari. Bertemu dengan nya ketika dibelakang sekolah. Rambut yang terurai panjang sebahu.

Terima kasih Aza, lo bikin gue candu untuk setiap harinya.

Kali ini, gue tidak mau bohong. Gue mesti terus terang sama lo. Gue mau ngungkapin segala nya sama lo. Disaat lo juga menjauh dari gue, gue khawatir

"Kenapa sih? harusnya lo nahan gue"

Gue bahkan berharap seperti itu.

"Lo harusnya bertanya, dasar bodoh tapi aku cinta"

Gila, ini sih beneran candu parah!

"Ayo pulang sama gue" ujar gue. Disaat dia duduk di salah satu halte depan sekolah.

Hari ini turun hujan, gue bahkan tidak menyadari tanda tanda hujan. Apa goblin menangis? ngaco!

"Buat apa?" tanya nya.

Awalnya dia natap gue, lama dan penuh arti. Seperti menjelaskan 'kenapa sih lo baru dateng?'

"Biar gak sakit" kata gue yang sudah mengambil jaket di dalem tas gue.

Dia natap jaket yang gue berikan, cukup lama lagi. Gue tau, dia lagi berpikir. Apa harus nolak? atau diterima? 

Dia tersenyum sarkastik seraya menatap jaket yang sekarang masih menggantung di telapak tangan gue.

"Gak usah, gapapa gue bisa sendiri"

Dia kesal. Kesalnya dia, malah bikin gue geram karena dia menggemaskan. Gue tidak mengerti, sebucin itu ya gue?

"Sayang nya, di option tidak ada pilihan menolak. Hanya ada terima, dan terima"

Gue sengaja, bikin iseng dulu. Lucu soalnya.

"Enggak, Jeno" kata dia pelan, tapi agak kesel nadanya.

"Ayo pulang, nanti kecipratan air hujan tau rasa lo"

Dia berdiri seraya menghentakkan kaki nya, Dia berdiri menjauh dari sekitar halte. Gue justru terkejut, dia memang selalu nekat dan keras kepala. Tubuhnya basah, terkena air hujan.

Namun dari arah kanan, kendaraan bermotor melaju dengan sangat cepat. Hingga akhirnya air hujan terciprat dibaju Aza.

Gue ingin tertawa, tapi tidak pas suasana nya. Mau tidak mau, gue menghampiri dia yang kini sedang mengumpat di bawah rintikan air hujan.

"Kalau dikasih tau itu nurut, jangan kayak anak kecil ngambekan gak dikasih balon. Ayo pulang, kita hujan hujanan bareng"

Kali ini dia nurut sama apa yang gue katakan. Gue menyampirkan jaket ke kedua bahunya, seraya membisikkan sesuatu di telinga nya,

"Gue sayang Aza"

Detik itu juga dia tersenyum, dan memeluk gue dengan erat.

Hari itu saksi, dimana hujan turun melihat semuanya. Kejadian itu, tanggal, bulan, tahun, detik dan menit. Tanyakan pada hujan kalau kalian ingin tau.


Salam dari gue,

Jeno Lee.








̶ Brandalan with Jeno Lee ̶

©csephtza.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[✔] Brandalan ; Jeno Lee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang