Tidak terasa pernikahan ku dengan suami ku yang sempurna dari segi apa saja dibanding aku ini berjalan dua tahun. Walaupun belum dikaruniai anak hubungan kami, orang tua kami berjalan baik-baik aja.
"Masih kerja aja, sayang?" Tanya Jae ketika dia masuk ke kamar ku sekaligus ruang kerjaku sambil mengusap wajahnya yang sedikit basah dengan handuk karena habis mandi.
Aku mengangguk, jam memang menunjukkan pukul satu malam malam. Wajar aja Jae aneh ngeliat aku yang buka laptop di jam segini sambil di temani teh hangat.
Aku mengangguk pelan dan pandanganku fokus ke layar laptop kesayanganku yang udah nemenin aku lebih dari lima tahun sebagai seorang freelance graphic designer.
Mendengar Jae manggil aku dengan sebutan 'sayang' sebetulnya masih agak sedikit membuatku geli dan ga nyaman.
Aku dan Jae menikah sebenarnya bukan murni kami saling sama suka. Lebih tepatnya aku yang belum yakin beneran cinta ga sama dia, tapi tetap aja aku nekat iyain pas dia ngelamar aku dan ngajakin aku nikah.
"Besok aja emang ga bisa ya? Udah tengah malam gini bukanya istirahat" kata Jae yang engga aku hirauin.
Sebenarnya bukan masalah aku yang gila kerja, tapi ya biasalah ada aja klien yang minta revisi 'sedikit' dan akhirnya buat aku ga bisa tidur karena takut kebawa mimpi kalo kerjaan ga selesai.
"Iya, bentar aja kok" kataku singkat.
"Ya udah deh mumpung kamu lagi kerja juga, aku lanjut buat materi anak anak buat besok" kata Jae, lalu dia ikut membuka laptop kerjanya dan duduk di sebrangku sambil senyum-senyum ga jelas.
Jae itu dosen di sebuah kampus swasta tempat kuliahku dulu, dia ngajar untuk jurusan IT lebih tepatnya.
Jae itu jauh dari kata sempurna. Aku yang biasa-biasa aja sering ngerasa insecure kalau ngeliat kenyataan dia.
Dia tuh ganteng, cerdas, pekerja keras, sayang keluarga. Sementara aku? Paras aku biasa-biasa aja, pinter dalam hal akademik engga juga, kerja? Cuma freelance. Aku malu kalau udah ketemu orang-orang yang ngebandingi aku dengan dia.
Ya walaupun Jae ga pernah ngeliat kekurangan aku. Tapi sampai saat ini aku ga tau gimana biar aku bisa sepadan dengan dia.
Di jam -jam segini ide tuh suka datang sendiri jadi ga heran kalo pekerja seni kayak aku jam segini masih kerja.
"Oh ya, aku udah selesai in rundown buat acara Eun woo sabtu besok, udah aku kirim ke email kamu siang tadi. Apa udah kamu buka?" Tanyaku pas tiba-tiba aja ingat kalau lusa udah hari sabtu dimana artinya pekerjaan sampingan kami berdua sebagai wedding planner & organizer harus segera di siapkan.
"Oh ya? Sebentar ya tadi aku ga buka email..."
Aku menatap Jae yang sedang menatap layar laptop nya, seperti biasa dengan ekspresi datarku yang sudah mendarah daging.
Jae mengangguk-angguk, lalu mata kami bertemu dan tersenyum, "Udah oke kok. Besok tolong kirim ke Ayana ya." Kata Jar yang aku iyakan segera.
Ayana itu asisten pribadi kami berdua untuk wedding organizer ini. Mahasiswi semester lima.
Kalau melihat Ayana, aku berasa flashback jaman aku kuliah dulu. Aku kuliah ambil kelas malam karena siang nya sibuk bantu warung makan orang tuaku dan banyak menekuni part time.
Waktu aku kuliah dulu aku juga part time menjadi kru wo dimana wo tersebut punya Jae sendiri.
Kebetulan yang sedikit aneh sih. Selain dia juga dosenku di kampus, dia juga bos ku di tempat kerja, double mampus.
Sudah satu jam kami duduk bersebrangan begini dan teh hangat yang aku habiskan tiga puluh menit lalu ga juga bikin mata ku melek lebih lama. Harusnya aku minum kopi tadi.
"Tidur yuk!" Ajak Jae yang seakan tahu kalau pekerjaan aku juga sudah selesai.
Aku mengangguk pelan, menungu laptop mati aku membawa gelas teh dan menyikat gigiku di kamar mandi.
Setelah itu aku kembali ke kamar dan melihat Jae udah tidur duluan.
Kayaknya aku nyikat gigi, cuci muka sampe berjam-jam deh Jae sampe tidur nyenyak kek gini. Mana shirtless. Jujur aku masih belum terbiasa dengan pemandangan seperti ini.
Menghiraukan pikiranku yang meracau dan detak jantung ku yang ga karuan aku mematikan lampu kamar karena aku sendiri ga bisa tidur kalau lampu terang benderang. Walaupun Jae malah kebalikanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband And Me [END]
FanfictionMemiliki suami yang sempurna luar dalam merupakan ketakutan terbesar-ku. Tidak pernah ada niat untuk menikah karena trauma besar yang kumiliki tetapi Jae adalah obat ketakutan ku selama ini. Tapi...tidak berlangsung lama setelah dia berkhianat sepe...