Libur telah usai. Aku kembali ke kota kelahiranku, kota dimana aku dibesarkan juga. Seharusnya beribu hari yang kuhabiskan di kota ini cukup untuk membuatku cinta. Tapi nyatanya, ingatanku terus saja melambung pada Jogja.
Aku memikirkannya sepanjang waktu, cukup untuk disebut cinta, kan?
Pertanyaan untuk diriku belum sempat kujawab, tapi sudah muncul satu lagi tanya. Tentang siapa yang sebenarnya aku cinta, Jogja atau Ray? begitu aku temukan Ray bersandar di gerbang sekolah, sibuk menekuri telepon genggam di tangannya.
Jangan lihat aku, jangan lihat aku, kumohon! Jangan lihat aku, suara di otakku menjerit kala aku melewatimu. Tanganku saling meremas, bibirku terkatup rapat. Mataku menatap nyalang ke seluruh penjuru, kecuali pada arah Ray berdiri.
Huft, begitu kira-kira bunyi yang kukeluarkan saat mengembuskan nafas lega, karena Ray tak melihatku lew—
"Ka! Tunggu aku!"
YOU ARE READING
Reminisce
RomansSatu benda kadang memiliki banyak fungsi. Seperti kata yang memiliki banyak makna. Atau seperti cerita yang memendam banyak luka.