19. Kantin

739 30 0
                                    

Agatha benar-benar malu dengan kejadian tadi. Hal yang mengenai basket, Agatha selalu mendapatkan masalah. Dulu soal ganti baju sekarang soal ia jatuh di atas tubuh Alga. Pengalaman yang ia ingin tenggelamkan, ia kubur. Setelah ini Agatha akan canggung dengan Alga, bagaimana dengan janji traktiran makannya?

Agatha menusuk somaynya kesal, traktiran eskrim itu akan pupus. Ia memakan somay dengan bibir mengerucut.

"Awas keselek." Satu botol mendarat di depan piringnya. Agatha menoleh, Alga duduk di sampingnya, masih dengan seragam basket. Agatha merutuk.

"Badannya sakit?" Agatha menggeleng. "Lo gakpapa kan?" Agatha mengangguk mengiyakan.

"Kalo gapapa tatap gue." Agatha mendengus, kali ini Agatha malas kontak mata dengan Alga. "Gue baik." Agatha menelan somaynya, tanpa menatap Alga.

"Tha." Agatha mengalah, menatap Alga tapi tidak sepenuhnya, hanya melirik.

Kemudian Amal bergabung dengan semangkok baksonya, tanpa permisi ia duduk di depan Agatha. Alga menaikkan sebelah alisnya.

"Gue mau nemenin lo berdua." Alga menaikkan alisnya lagi. "Gak baik pacaran mulu." Jawab Amal tanpa beban.

"Kita gak pacaran Amal." Balas Agatha. Amal hanya mengedikkan bahu, lalu melanjutkan makannnya lagi.

"Sumpah tadi gue lihat film bagus banget Tha!" Jika mengenai film, Agatha akan melupakan hal di sekitarnya, "Judulnya apa?"

Amal mengedikkan bahu, Agatha mendengus. "Tapi ceritanya menarik," Alga hanya menyimak obrolan mereka.

"Jadi status mereka berdua itu mantan, tapi deket banget. Nah adegan yang tadi gue tonton itu, dimana pas cowoknya habis main basket, cewek itu mau ngucapin selamat tapi dia jatuh gara-gara tali sepatu. Dan alhasil cowok sama cewek itu jatuh barengan."

Agatha menatap Amal datar, Alga terkeleh. Sedangkan Amal tergelak, ia bahagia menggoda Agatha di depan mantannya itu. Menurutnya itu adalah salah satu hobby nya.

"Akhirnya gimana?" Tanya Alga mempanaskan suasana.

Amal menahan tawanya, "Si cowok itu nyamperin ceweknya buat ngajak balikan!" Agatha tersedak, air mineral itu masih dalam segel, belum ia buka dan tanpa ada respon dari Alga dan Amal, Agatha harus membuka segel itu sendiri. Mereka tak berperasaan.

Segelnya masih belum terbuka, pun Alga mengambil alih, kemudian dibukanya botol itu yang langsung Agatha minum hingga separuh.

Amal terkekeh melihat tingkah dua sejoli itu, Alga yang membiarkan Agatha agar tidak terlalu manja. Jika gadis itu memang benar-benar tidak bisa maka Alga yang akan mengambil alih.

Agatha masih terbatuk, lalu terulur tangan Alga menepuk pelan punggung Agatha agar gadis itu berhenti batuk. "Makanya kalo makan hati-hati." Seru Amal melahap baksonya.

"Gue kesel sama lo Mal." Agatha mengambil satu butir bakso miliknya. "Kesel kok ngomong?" Agatha menatap datar.

"Ga, lo ngapain masih disini?" Agatha menatap Alga sekilas. Alga melirik Amal, "Lo ngapain disini?"

"Dua orang lawan jenis itu gak baik berduaan."

"Lo bau kringet Ga! Mending lo ganti!" Ujar Agatha, ia tahu jika ia tidakencoum bau keringat, tapi ia harus berbicara seperti itu agar Alga pergi.

"Wangi kan? Buktinya tadi lo betah meluk gue." Agatha menutup matanya. "Alga!!"

"Anak kecil gak baik disini, pergi sana!" Usir Alga pada Amal mengabaikan ocehan Agatha.

"Agatha lebih bocah."

"Makanya gue jaga dia. Lo pergi." Agatha menusuk somay kesal. "Lo aja Alga! Lo bau!"

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang