----
Tok tok
"Sebentar!"
Cklek
"Ah, Namjoon!"
Hoseok terkejut mendapati sosok yang dinantinya beberapa bulan ini dan membuatnya uring-uringan setiap hari karena tak kunjung memberinya kabar setelah kembali ke Inggris untuk melanjutkan study-nya itu, ia langsung berhambur memeluknya, mendekapnya erat takut kalau sosok itu hanya ilusinya semata.
"Aku merindukanmu, aku fikir kau lupa padaku dan menemukan cinta yang lain disana."ujarnya dengan nada bergetar dan sialnya matanya mulai memanas, cengeng sekali. Namjoon bergeming, hanya diam bahkan tak membalas pelukannya. Dahinya mengerut, ada yang salah disini.
"Joon, apa kau sudah memberikan undangannya padanya ?"
Pelukannya dilepas paksa oleh Namjoon kala sosok cantik itu datang menghampiri mereka, tersenyum ramah membuatnya kebingungan lalu ucapan Namjoon menamparnya telak. Ia memang telah kehilangan Namjoon, selamanya.
"Seok, kuharap kau bisa datang kepernikahanku bersama Hyena. Akhir minggu ini."ujarnya dengan nada tenang lalu melempar senyum kearah sosok cantik itu yang tampak malu-malu, Hoseok membeku. Meraih benda persegi dengan hiasan cantik itu dengan tangan bergetar, mengulas senyum manis yang dipaksakan.
"Selamat ya, aku pasti akan datang."ujarnya dengan nada setenang mungkin membuatnya mendapat dekapan singkat dari sosok cantik itu saking senangnya membuatnya tak tahu harus bersikap seperti apa, lagi-lagi hanya senyuman yang ia tampilkan alih-alih menangis meraung dihadapan sepasang kekasih yang berbahagia itu. Ia tak ingin melunturkan aura bahagia sosok cantik itu. Hyena begitu baik untuk tersakiti. Biarlah ia saja yang merasakannya. Hoseok memang sebaik itu.
"Kalau begitu kami pa--"
"Bolehkah aku bicara dengan Namjoon sebentar ?"pintanya sembari menatap keduanya bergantian, Namjoon terlihat enggan namun anggukan Hyena membuatnya luluh lalu mengekori Hoseok menuju halaman samping rumah itu sedangkan Hyena memilih menunggu didalam mobil. Duduk bersisian dikursi kayu panjang yang ada disana.
"Joon..."
"Kau mau bicara apa, jika tidak ada yang penting aku mau pulang."ujarnya datar membuat Hoseok tersenyum pedih, meraih tangan besar Namjoon lalu menempatkannya diatas perutnya yang berbalut Hoodie berwarna hijau lembut membuat pria itu tertegun sembari menatap Hoseok dengan pandangan tak terbaca.
"Kau merasakannya ? Aku tahu kau tak bodoh untuk tidak bisa membedakannya."ujarnya dengan tatapan menyendu membuat Namjoon terpekur.
"I..ini..?"
"Aku hamil, Joon. Sudah 6 bulan."
Untuk pertama kalinya Namjoon benci senyuman hangat Hoseok, karena hanya kesakitan yang terhias disana.
Namjoon bungkam, terlalu syok. Hoseok tersenyum tipis lalu menggenggam erat tangan besar Namjoon yang masih bertengger diatas perutnya.
"Kau tak perlu menganggapnya seserius itu, Joon. Hyena tetap jadi proritasmu kok. Aku sanggup merawatnya, ya setidaknya sampai ia lahir kedunia. Sebelum aku menyusul ibu dan ayah kerumah Tuhan."ujarnya bersama dengan lelehan airmata dipipinya, sudut hati Namjoon berdenyut nyeri. Menatap Hoseok yang kini mengusap pipinya lembut.
"Seok..."
"Kau tahu betul bagaimana kondisi pengidap kanker sepertiku, Joon. Kumohon jangan seperti kak Yoon dan dokter Seokjin yang terus menyuruhku untuk berhenti memperjuangkannya demi terapi yang bahkan hanya bisa mengurangi sedikit rasa sakitku. Aku ingin dia hidup. Aku menyayanginya...