TENTANG RENCANANYA

2 1 0
                                    

Sejak kita masih kecil, orangtua kita selalu mengajarkan jadilah anak yang baik dimanapun kapanpun bagaimanapun,dan yang terpenting jadilah anak yang taat dengan Tuhan dan rajinlah beribadah. Pertanyaan wajar dari anak usia 5 tahun adalah kenapa kita harus taat dengan yang tidak pernah kita lihat,yang tidak pernah kita ajak bicara,yang tidak memeluk kita saat kita menangis,yang tidak mengobati kita saat sakit seperti dokter?

Orangtua selalu memberi jawaban sederhana : Ya karena Tuhan yang memberi kita kehidupan, Tuhan memberi segala yang kita butuhkan, Tuhan yang memahami perasaan kita, menyembuhkan kita bukannya dokter. Tuhan yang tetap ada saat semua orang meninggalkan kita termasuk orangtua kita. Saat usia kita 6-10 tahun,orangtua mengajarkan tata cara beribadah dan itupun akhirnya menjadi kebiasaan tanpa kita paham makna sebenarnya.

Saat kita mulai dewasa,menginjak usia 10-17 tahun saat di sekolah, di tempat bermain bersama dengan anak-anak sebaya kita. Mereka semangat beribadah dan mengajak kita ibadah bersama.  Kitapun jadi ingin ikut ke tempat ibadah. Kita mengikuti ibadah, mengikuti hari raya layaknya sebagai sebuah tradisi dan kewajiban karena orangtua dan teman teman kita melakukannya, jadi kita harus melakukannya juga. Saat kita mulai jatuh cinta, kitapun menceritakan rahasia kita lewat doa kepada Tuhan, berdoa agar orang yang kita sukai menerima kita.

Menginjak usia 20 tahunan, kita sadar bahwa ibadah bukan hanya tradisi atau kebiasaan saja. Ibadah kita gunakan sebagai jalan untuk mencurahkan segala isi hati kita kepada Dzat yang maha segalanya. Saat kita bersedih kita ceritalan masalah kita kepada Tuhan. Saat hati kita berbunga-bunga,kitapun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan. Seolah sejak usia ini, Tuhan lebih nyata daripada orangtua kita, lebih bisa dipercaya daripada sahabat terdekat kita,lebih memahami kita daripada manusia yang mencintai kita.

Kita jadi punya anggapan sejalan dengan bertumbuhnya pemahaman kita kepada Tuhan bahwa Ia memang yang merencanakan segalanya. Kita lahir dari orangtua siapa,keluarga seperti apa, siapa teman teman kita,kekasih kita, dimana kita bersekolah,bekerja, dimana kita tinggal, bahkan dimana kita sakit dan mati semua itu rencana Tuhan.

Saat kita menghadapi berbagai beban dan tantangan hidup, kita jadi mengandalkan iman kita kepada Tuhan. Kita memiliki kepercayaan yang besar bahwa Tuhan tidak pernah merencanakan hal buruk dalam hidup kita, Ia pasti memberi kebahagiaan setelah penderitaan. Itulah yang membuat kita kuat menjalani kehidupan. Itulah yang bisa kita andalkan saat semua orang mengecewakan kita.

Jika segalanya berjalan lancar,mudah,semua baik baik saja, segala hal yang kita inginkan terwujud,tentu saja iman kita semakin besar kepada Tuhan karena kita bahagia. Masalahnya jika justru sebaliknya? Kita lahir di keluarga miskin, orang tua yang pilih kasih kepada anaknya dan selalu mengajak bertengkar, sahabat yang penghianat, cinta yang selalu bertepuk sebelah tangan, perjalanan karir,dan rumahtangga yang selalu diganggu orang lain, iman kita mungkin akan luntur.

Kenapa Tuhan selalu memberi hal-hal yang buruk kepada orang baik. Kenapa Tuhan selalu memberi hal-hal baik kepada orang jahat. Kalau Tuhan baik kenapa Ia membiarkan banyak kriminalitas terjadi, banyak kemiskinan,kelaparan,dan berbagai macam kesedihan?. Kenapa Tuhan tidak membuat jalan orang baik lurus,aman-aman saja, kenapa Ia membuat jalan orang baik berliku-liku dan penuh penderitaan? Bukankah kata para ahli agama,Tuhan berada di pihak kebaikan, Bukankah Ia yang mengatur segalanya?

Satu hal sederhana yang harus kita pahami dalam kehidupan ini adalah, bagaimana mungkin Tuhan yang tidak terbatas bisa benar² dipahami dengan pikiran manusia yang terbatas. Bahkan seorang professor doktor bisa lupa kejadian yang ia alami sendiri 2 hari lalu, orangtua kita mungkin akan lupa pada anaknya saat usia mereka sudah sangat tua. Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali satu yaitu Tuhan. Jalan Tuhan berbeda dengan jalan kita, itulah sebabnya banyak hal yang kita pertanyakan kenapa harus begini,harus begitu.

Saya tidak menulis ini untuk mengubah pikiran siapapun, atau menghina siapapun apalagi menghina Tuhan. Saya menulis ini bukan berarti tidak pernah bersedih, justru kalau dihitung saya mengalami lebih banyak kesedihan daripada kebahagiaan selama ini. Saya menulis ini hanya agar anda yang beriman, tetaplah berjalan di jalur iman anda, yakinilah bahwa setiap usaha dan doa tidak sia-sia dan pasti dikabulkan Tuhan.  Mungkin di jalan itu banyak halangan, mungkin kita sudah merasa sangat lelah,atau mungkin sudah merasa sangat sakit karena kaki kita terluka tapi jangan berhenti. Pahamilah Tuhan dengan benar dan anggaplah tempat bahagia memang ada. Ada happy ending. Apa yang anda tanam itulah yang anda tuai, jadi tidak adil rasanya jika kita menanam padi tapi malah menuai tanaman gulma.

Tapi bagi anda yang tidak percaya lagi kepada Tuhan, saya sungguh tidak menyalahkan anda karena saya paham sekali rasanya. Saat saya meletakkan semua telur hanya dalam satu keranjangNya Tuhan, lalu semuanya pecah. Hal seperti itu benar-benar bisa mengubah kehidupan manusia. Ada pepatah mengatakan karakter manusia teruji dalam penderitaannya, jika dia memang baik maka dalam penderitaanpun dia tetap baik. Masalahnya dimana kebahagiaan bagi orang baik? KAMI MASIH BAIK KARENA KAMI MASIH MENUNGGU KEBAHAGIAAN

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TENTANG RENCANANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang