Chapter XXX - The Fury Of The King

32K 3.3K 192
                                    

Yo, jumpa lagi dengan Steven-Yunani

Happy reading :)

Kedua tangan berpaut, ditumpukan pada dagu basah. Sejak semalaman hanya rintihan kalimat-kalimat permohonan yang diucap oleh bibir. Tidak membiarkan sedikitpun dari tenaganya beralih pada pekerjaan lain selain untuk kesembuhan sang putra. Jika masih diijinkan, Serra berjanji akan mulai menerima kekurangan Putranya.

Setidaknya untuk satu minggu.

"Sayang, bangun..."

Katakan dengan jujur, ada di sebelah bumi bagian mana seorang ibu yang kuat menatap Anak semata wayangnya nyaris meregang nyawa. Bahkan untuk induk sekejam Serra sekalipun, dia tetap tak tahan.

Dokter sudah mengetahui sebab muasal tragedi ini. Dilihat dari efek dan gejala, sudah jelas ada sangkut pautnya dengan Wolfsbane. Tanaman itu teridentifikasi langsung dari sisa sup yang dimakan Alpha. Dosisnya memang sedikit, tetapi tetap berdampak besar untuk ukuran Werewolf.

"Luna Serra, anda harus istirahat."

Manik madu teralihkan atensinya karena suara lembut yang muncul tiba-tiba. Ada getaran air mata dalam tatapannya. Luna melirih.

"Kim..."

Wanita di ambang pintu tersenyum getir. Sejenak, dia menggerakkan roda-roda kursinya.

"Maaf, ibu. Aku baru bisa datang sekarang. Ayahku tak mengizinkanku keluar sejak peristiwa tadi malam." Pekat dengan nada penyesalan di dalamnya. Kimberly berinisiatif memeluk wanita calon mertuanya. Meski kesulitan sebab keadaan masih menuntutnya tak dapat berdiri tegak.

"Aku mengerti. Dengan peristiwa ini, keselamatanmu juga ikut terancam."

Kim menyadari itu. Sejak dia memperhatikan Steven diam-diam memang tampak jelas ada yang mengganjal. Sial! Makhluk mana lagi yang berani ambil kesempatan untuk lebur dalam kematian? Rogue kumal itu, bagaimana bisa mengelabui seluruh Warrior elit semudah membuang ludah? Bahkan ketika pilar kekuatan utamanya telah dibinasakan.

Ini pertanda buruk.

Sudah pasti, serangan-serangan lanjutan akan segera gencar dilakukan. Kemarin dirinya yang calon Ratu terimbas. Namun sekarang, mereka bahkan dapat menyentuh Raja.

"Ibu, ijinkan aku yang merawat Steven. Kau istirahatlah."

"Tidak." Serra menolak tanpa berpikir ulang. "Aku ingin menunggunya."

Si iris hijau mendengus mendapati kegigihan calon mertuanya. Dia mengambil jalur bujukan yang lain.

"Tapi... aku ingin berdua dengan Mateku?"

Berhasil. Nyonya Aecryll tampak mengalihkan atensinya dari rupa sang Putra. Dia merengut sebentar sambil lalu menghembuskan nafas. "Ya, aku pikir kalian berdua memang membutuhkan waktu. Lagipula kau Matenya. Ikatan di antara kalian berdua sepertinya jauh lebih kuat dariku." Mantan Ratu tersebut bangun. Mengecup pelan pipi dari belahan jiwa sang putra. "Aku titipkan dia padamu. Buatlah dia sadar secepatnya."

Si wanita pirang tersungging. Dia mengamati langkah Serra dalam hening. Lalu ketika pintu benar-benar tertutup lagi, dia mendekat ke sisi kanan ranjang mewah.

Wajahnya meneleng. Menelisik setiap celah wajah rupawan kekasihnya kini. Pucat, tak sesegar biasanya namun tetap terlihat tampan. Kim mengingat-ingat wajah itu ketika penuh peluh setiap pergulatan mereka. Wajah yang sampai kini terus didambanya.

Tubuhnya merendah. Terus mendekati wajah agung terindah yang setia memejamkan mata. Seringan mungkin mengecup bibir pucat kesukaannya. Bibir yang entah kapan terakhir kali memanjakannya.

YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang