Kim Taehyung, sebagaimana kata media adalah pewaris tunggal dari TATA Corporation yang menguasai lima perusahaan terbesar di Korea Selatan. Pria muda itu kini adalah seorang mahasiswa jurusan seni rupa tingkat dua yang baru saja transfer universitas untuk kesekian kalinya. Bukan sekali-dua kali saja ia berpindah dari satu universitas ke universitas lain untuk mempelajari berbagai ilmu. Mungkin jika dihitung-hitung, ini adalah jurusan ketigapuluhnya.
Satu rahasia besar yang tak banyak orang tahu adalah bahwa Kim Taehyung sebenarnya bukanlah pewaris dari TATA Corporation, melainkan pemilik sekaligus otak dibalik kelima perusahaan yang diampunya. Presdir di depan media adalah sosok yang diakuinya sebagai ayah, meski pada kenyataannya posisi itu tergantikan setiap 20 tahun sekali. Dirinya tak pernah turun tangan sendiri untuk mengurus perusahaan karena tak mau kebebasannya terenggut. Taehyung tidak menyukai manusia. Bekerja bahu-membahu dengan mereka adalah hal yang paling dihindarinya.
"Tuan, saya membawa berkas baru." Seorang pria paruh baya, tinggi, dan tampan dengan rupa yang sedikit mirip dengannya, masuk melewati pintu kayu besar, membawa setumpuk map tebal dengan kedua tangannya. Pria itu meletakkan tumpukan berkas di meja, sembari mengamati Taehyung yang tengah berkutat dengan cat minyak dan selembar kanvas kosong di tengah ruangan.
"Apakah Anda berniat melukis?" tanyanya.
Tak menjawab, Taehyung justru meletakkan paletnya. Pria itu menghampiri lelaki tengah baya di meja kerjanya.
"Aku tak punya inspirasi. Kurasa membaca berkas lebih baik."
Ia dudukkan pantatnya pada kursi kerja, lalu mulai membuka-buka berkas.
"Apakah kekuatan Anda belum pulih?" tanya pria itu. Terdengar nada khawatir pada kata-kata yang dilontarkannya.
Taehyung menggeleng pelan. Gumaman lirih terlepas dari bibirnya yang terkatup.
"Anda melakukan ritual dalam kondisi yang kurang baik. Seharusnya menunggu saja beberapa tahun lagi."
"Kalau begitu orang-orang akan semakin penasaran mengapa ayah tidak segera pensiun dan kugantikan, apalagi mereka tahu kalau aku sudah mendapatkan gelar master sejak tahun lalu."
"Saya hanya khawatir dengan kesehatan Anda."
Taehyung memberinya tatapan penuh arti. Pria paruh baya itu adalah ayahnya sekarang, juga presdir baru di perusahaannya. Umurnya baru 43 tahun, masih cukup muda untuk jadi seorang pemimpin di perusahaan besar.
"Aku akan baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Apa semuanya baik?" Taehyung mengulas sebuah senyuman.
Pria itu mengangguk pelan.
"Ya. Saya masih beradaptasi dengan semua ini." Pria itu menjeda sejenak, lalu melanjutkan. "Terima kasih sudah memberi saya kepercayaan sebesar ini. Saya berjanji tidak akan mengecewakan Anda."
"Kau hanya perlu bersikap sebagaimana seorang ayah saat berada di depanku. Tidak perlu seformal ini. Anggap saja aku sebagai anakmu."
"Terima kasih banyak." Pria itu mengangguk.
Setelah obrolan akrab selama lebih dari satu jam, pria itu undur diri. Taehyung membereskan berkas-berkasnya dan berderap ke sofa besar di pojok ruangan. Ia terkadang terlalu malas untuk kembali ke kamar tidurnya yang hanya berjarak beberapa puluh langkah, sehingga kerap kali memilih tidur di ruang kerja. Setelah menghidupkan lampu tidur dan mematikan lampu utama dengan remot kecil di saku piyamanya, Taehyung pun membaringkan tubuhnya. Ia mengarahkan remotnya pada AC untuk menyetelnya ke suhu yang paling dingin selagi sebelah tangannya menarik selimut tebal hingga ke dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELF (KookV / KookTae)
Fiksi PenggemarKim Taehyung, keindahanmu terlampau tak nyata. Tolong hentikan libidoku yang membuncah hanya dari memandang sosokmu yang rupawan. Jeon Jungkook, berhentilah mengejarku. Bagi kami makhluk abadi, cinta kalian adalah sesuatu yang teramat kami hindari...