Where?

340 45 9
                                    

Di suatu malam yang tenang. Angin berhembus. Sinar rembulan terpancar dengan sangat indah. Ditemani bintang yang terus memancarkan sinarnya. Tapi keadaan itu tak lagi sama ketika....

"Enyah kau dari sini. Dasar bodoh." Ucapnya tak sedap didengar. Wanita yang sudah mencapai kepala tiga itu menggeram. Marah? Tentu saja.

Sementara,yeoja itu tersungkur di tanah. Menangis dengan sangat memilukan. Ia tak tau harus apa. Dia pasrah. Walaupun hati kecilnya ingin melawan. Pikiran dan hatinya sangat bertolak belakang. Namun apa dayanya.

"Kumohon.. hiks.. aku akan hikss.. tinggal dimana.. hiks..lagi" Ujarnya terisak sambil memohon didepannya. Dia bahkan tak ragu ragu bersujud dikakinya. Tangan mulusnya tergerak untuk memegang kakinya. Kepalanya ia sujudkan sehingga menyentuh punggung kakinya.

"Aku tak peduli... PERGI DARI SINI." bentaknya acuh. Lalu menendang kepala yeoja itu. Dia tidak peduli meskipun yeoja itu akan mati sekalipun. Mengapa?

Karena ia menganggap yeoja itu hanya hama,benalu,dan juga penumpang yang seharusnya sudah dari dulu ia usir.

Namun ia masih membiarkannya.. karena ayah yeoja itu. Iya,dia adalah ibu tirinya. Ia menikah dengan ayahnya hanya untuk mendapatkan hartanya.

Sekarang ayahnya telah tiada,ini semua sebab kecelakaan yang telah direncanakan oleh wanita itu.

Dan ia telah bebas. Bebas menguasai segalanya. Hak yang seharusnya didapat oleh yeoja itu telah dirampas. Yeoja itu adalah Umji. Anak tirinya yang sangat penurut serta bisa dibilang bodoh. Walaupun sebenarnya Umji tidaklah bodoh. Ia hanya ingin menuruti kemauan orang tuanya. Karena ia anak yang patuh.

Wanita itu.. sebut saja Park Saera. Ia ibu tiri Umji yang kejam. Tak punya hati serta tak mengenal arti kata maaf. Semua hidupnya didasari oleh harta. Hanya harta.

Saera menendang kepala Umji yang bersujud di kakinya. Ia melakukannya tanpa ada rasa beban apapun. Kepala Umji terbentur oleh dinginnya lantai. Rasa ngilu membekas di keningnya.

Setelah melakukan perbuatan buruknya itu. Saera langsung masuk ke dalam dan menutup pintunya serta menguncinya.

Umji terisak. Ia tak bisa bangkit. Badannya tak kuat untuk menahan beban berat hidup yang ia tanggung semenjak Ayahnya meninggalkan dirinya sendirian.

Ibu kandung Umji? Ia tak bisa diselamatkan saat Umji dilahirkan. Sudah hampir 21 tahun Umji tak pernah merasakan yang namanya kasih sayang seorang ibu.

Ibu tirinya bahkan tak pernah menganggapnya ada. Ayahnya menikah dengan Saera saat Umji baru berusia 18 tahun.

Sudah banyak sikap jahat Saera yang ia tanggung. Ia selalu sabar. Karena ia tahu,orang yang bersabar pasti akan menerima suatu anugerah yang pastinya hasil dari kesabarannya. Dan itu komitmen yang Umji pegang.

Umji mendongak,melihat ke arah pancaran sinar rembulan yang terpancar dengan sangat indah diatas penderitaannya.

Ia merasa iri dengan apa yang ia lihat.

Ia merasa kecewa dengan perasaan nya.

Ia merasa dibohongi karena rembulan tak merasakan apa yang ia rasakan. Padahal Umji selalu membagi rasa dukanya dengan rembulan di langit malam.

Umji bergerak memunguti koper serta tasnya yang tergeletak di lantai. Ia berusaha untuk berdiri. Lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya sendiri yang kini bisa dibilang neraka nya sendiri.

Ia berjalan gontai. Tertatih tatih karena beratnya barang yang ia bawa serta rasa pusing yang masih menjalar akibat tendangan Saera.

Umji berjalan dan terus berjalan tak tentu arah. Yang ia tau hanya terus berjalan. Mencari tempat teduh untuk dirinya beristirahat mengingat akan tengah malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moonlight (Sumji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang