DUA

1K 77 3
                                    

Seriusan kenapa cerita gw jadi suami-istri semua inihhh...

Gpp lah ya... Yang penting masih bisa dinikmatin sama readers semuanya... Okay.

Jangan lupa vote dahulu, komen kemudian.

****

Vazza memakan nasi gorengnya dengan cepat. Dia harus pergi ke kampus pagi ini. Tinggal beberapa matkul lagi dan dia bisa mengerjakan skripsi. Vazza menoleh, menatap Mbok Inem yang sedang berdiri di sampingnya.

"Kenapa Mbok?" tanya Vazza.

"Eng... Itu Neng, tadi subuh Nyonya pulang. Cuma langsung pergi lagi." kata Mbok.

"Kenapa pergi lagi?"

"Nggak tahu juga Neng." Sudah seminggu sejak peristiwa siang itu, Vazza selalu menghindari Nanda. Ia tak ingin melihat amarah Nanda. Toh Nanda juga tak menganggapnya saudara.

"Mbok denger, Nyonya pengen cerai dari Tuan. Tapi Tuan nggak mau." Vazza hampir tersedak. Ia buru-buru minum air putihnya dan melihat ke arah Mbok Inem lagi.

"Seriusan Mbok?" tanya Vazza. Mbok Inem mengangguk, "iya Neng. Atumah itu tereaknya kenceng pisan. Pas Eneng masih kuliah kali ya, jadi Neng Vazza nggak dengar." Vazza melongo. Sehebat itukah masalah rumah tangga Nanda dengan Raya?

"Mbok, Vazza mau berangkat dulu ya." Mbok Inem mengangguk.

"Assalamualaikum." kata Vazza.

"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan ya Neng." Vazza berjalan mencari angkot untuk pergi ke kampusnya. Hanya sekitar 15 menit dari rumah Nanda.

Vazza membenarkan letak kaca matanya dan memeluk buku binder tebalnya. Setelah turun dari angkot, ia segera menuju ke kelas. Vazza... Hampir tak memiliki teman karena sifat introvertnya. Mungkin juga karena penampilan kuno Vazza. Semua yang memandangnya selalu menampilkan ekspresi meremehkan dan tak bersahabat. Vazza terima. Ia tidak berusaha memiliki banyak teman juga.

Karena terburu-buru, Vazza tak sengaja menabrak seseorang. Bukunya jatuh menimpa orang yang ia tabrak. Menimbulkan suara teriakan yang membuat Vazza tambah panik.

"Bisa nggak sih kalo jalan nggak usah lari-lari? Lo pikir ini jalanan punya bapak lo?!" Mendapat bentakan, Vazza mulai menciut di tempatnya. Tak ada yang menolongnya. Hanya ia sendiri, lantas tangan gemetarnya mengulur di depan orang yang ia tabrak, mencoba untuk menolong.

"Cih, minggir lo." tangan Vazza ditepis kasar. Orang itu berdiri tegak. Tiba-tiba saja ia menginjak buku Vazza dengan sepatu hak tingginya. Vazza langsung berjongkok hendak mengambil bukunya, namun ia merasakan rambutnya ditarik paksa ke belakang.

"Enak aja lo mau ngambil buku sialan ini. Gara-gara lo dan buku udik lo yang sialan ini, muka gue perih tahu nggak." Vazza meringis. Wanita itu menarik rambutnya sangat keras dan menyeretnya ke belakang gedung dengan sesuka hatinya.

"Lepasin aku." kata Vazza berusaha menarik rambutnya. Namun usahanya tak membuahkan hasil. Tubuhnya di dorong begitu saja ke tanah. Sehingga gadis itu jatuh tersungkur.

"Lo setidaknya harus rasain apa yang gue rasakan."

Wanita itu lagi-lagi menarik rambut Vazza dan menampar pipi kirinya dengan keras. Perih, dan panas... Itu yang Vazza rasakan.

Another Side ¦ Book 1 Of 2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang