Keberanian

115 8 2
                                    

Aku masih terus memikirkan bagaimana caranya memberikan sepatu itu pada Rika, tapi sepertinya Rika sudah tau tentang sepatu ini entah dari siapa. Tiba-tiba saja aku terpikir kenapa tidak aku letakkan saja di lokernya, aku tak perlu susah-susah berhadapan dengannya kan. Setelah kupikir itu rencana yang bagus aku langsung membuka lokernya dengan kunci lokerku yang kebetulan bisa membuka beberapa loker lain, lalu kuletakan sepatu biru itu di dalamnya.

Aku tak langsung pulang, salah satu teman kerjaku mengajaku mengobrol di sebuah warung di dekat tempat kerjaku. Tak berapa lama aku mengobrol denganya kulihat hp ku bergetar ternyata ada pesan dari Rika.

'Makasi ya sepatunya' tulisnya.

Belum sempat aku membalas pesanya kulihat dia keluar mengendarai sepeda motor kesayanganya, dengan reflek mataku langsung tertuju pada kakinya. Dia memakai sepatu pemberianku. Aku tersenyum. Entah kenapa aku bahagia hanya karna melihatnya memakai sepatu pemberianku. Bibirku seakan tak mau berhenti tersenyum. Sambil terus tersenyum kubalas pesan Rika.

' Sepatu apa? Aku gak tau maksutmu'

Cukup lama aku menunggu Rika membalasnya, mungkin dia masi dijalan.

" Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" Celetuk salah seorang temanku.
" Oh, gak papa koq. " Jawabku singkat.

Tak mau berlama-lama disana aku berpamitan untuk pulang duluan.  Lagipula aku ingin dirumah saja berbalas pesan dengan Rika. Tak berapa lama setelah aku pergi meninggalkan teman-temanku kulihat hp ku bergetar. Rika.

' Udah gak usa pura2, akuw tau itu spatu dr km '

Aku kembali tersenyum mengetahui jika Rika tahu tentang sepatu itu. Kembali hp ku kembali bergetar sebelum sempat kubalas pesanya.

' Knp km repot2 beliin akuw spatu? '

Aku bingung tak tahu harus membalas apa, aku tidak mau Rika mengetahui tentang perasaanku yang belum pasti ini. Tapi aku juga tidak mungkin tidak memberikan alasan tentang sepatu itu.

' Gpp, akuw liat spatu yg biasa km pake udah dekil ajah '  Balasku

' Perhatian juga ya sama akuw '

' Gak sich, biasa ajah '

' Perhatian jg gpp koq, mumpung akuw gk ada yg perhatiin '

Pesanya kembali membuatku tersenyum. Entah apa maksutnya, apa dia menyuruhku memperhatikanya? Tapi kenapa? Tak ingin membahas terlalu dalam denganya kualihkan topik pembicaraanya.

' Udah dlu ya, mau bres2 dlu baru nyampe rumah nich '

' Lho kug bru nyampe? Bukanya km udah plg drtd ya '

' Iya ngguin km plg, mw liat km pake spatu kuw ato enggak '

' Tw gtu akuw anter km plg skalian td '

Aku tak membalas pesan terakhirnya, biar saja dia berfikir kalau aku sudah tertidur, padahal aku disini masi belum bisa memejamkan mataku. Kembali kubuka pesan Rika satu persatu di hp ku. Kembali aku tersenyum.

Untuk kesekian kalinya aku kembali berfikir tentang rasa ini. Rasa yang tak seharusnya aku rasakan pada teman wanitaku. Aku tahu ini salah tapi sangat susah bagiku untuk menyangkalnya, semakin aku mencoba menyangkalnya semakin kuat pula rasa ini. Aku tak mau melakukan kesalahan tapi rasa ini membuatku bahagia. Aku tidak ingin terus bimbang seperti ini. Aku harus bisa memutuskan. Ya, aku akan mencoba menjalaninya, aku tidak akan menyangkalnya lagi. Biarlah sekalipun Rika tak memiliki rasa yang sama terhadapku.

Aku Kamu dan DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang