01

42.4K 776 35
                                    

Wanita yang terlihat sangat ceria diusianya yang baru menginjak 21 tahun itu, kini tengah bercocok tanam di sawah ditemani neneknya yang senantiasa memperhatikannya dari jauh seraya menimang cicit pertamanya.

Wanita itu adalah Sri Indah Pertiwi, wanita yang berparas ayu khas pribumi, berkulit coklat manis karena hampir setiap hari terkena sinar matahari, berbeda sekali saat dulu bekerja saat di ibu kota, kulitnya putih bersih terawat. Meski begitu Sri terlihat sangat cantik alami.

"Sri, sini. Aqil nangis." teriak Mila, sang nenek memanggil Sri dari kejauhan karena cicitnya terbangun dari tidurnya dan menangis.

Sri segera menegakkan punggungnya saat sedang membersihkan kebonnya dari rumput liar. Ia membenarkan topi yang melekat di kepalanya seraya melihat sang nenek melambaikan tangannya di belakang rumah sederhananya. Sri pun tersenyum seraya berteriak.

"Iya, nek. Sebentar!" dengan cepat Sri meninggalkan kebon tersebut dan berlari menghampiri Mila. Tidak lupa Sri membersihkan kedua tangannya terlebih dahulu di keran air dekat Mila menimang Aqil yang masih menangis. Sri dengan cepat membersihkan tangannya yang kotor bekas rumut liar yang ia cabut dari kebonnya.

"Sini, nek." Sri menyalurkan kedua tangannya untuk mengambil Aqil dari dekapan Mila, sang nenek. "Cup, cup, cup, Dede Aqil mau nenen ya? Iya, nenen dulu ya. Cup, cup, cup."

Ajaibnya, Aqil cepat berhenti menangis saat sudah berada di gendongan Sri.

Mila yang melihat cucunya yang begitu hebat dalam menangani Aqil. Mila pun tersenyum. Diusia tuanya ternyata ia masih bisa melihat keturunannya hidup dengan sehat dan bahagia. Meski saat Sri pulang dari ibu kota membawa kabar berita yang membuat hatinya hancur berkeping-keping, saat Sri mengatakan kalau ia tengah hamil.

Mila sangat marah mendengar kabar buruk tersebut dari mulut sang cucu sendiri. Namun, mau bagaimana lagi, Sri adalah cucu satu-satunya dan keluarganya yang tersisa. Selama tiga hari Mila tidak mau berbicara dengan sang cucu. Akan tetapi saat Sri tengah malam sedang memasak di dapur, Mila tidak tega melihat sang cucu tidak ada yang mendukungnya. Kalau bukan ia siapa lagi? Orang lain hanya bisa mencemooh perbuatan Sri. Tapi, mereka hanya bisa mencibir orang, padahal belum tentu mereka benar.

Hingga kini, Sri belum pernah menceritakan apapun siapa ayah dari Aqil. Mila hanya bisa mendo'akan cucu dan cicitnya agar sehat selalu.

"Sri, nenek mau ke vila dulu sebentar. Kata Pak Darma ada pemilik vila yang akan berkunjung."

"Iya, nek."

"Kamu masuk sana, malu. Takut dilihat orang kamu sedang netein Aqil di belakang rumah gini." Sri hanya nyengir lebar dengan memperlihatkan deretan giginya seraya mengangguk.

"Sri masuk dulu, nek." Mila tersenyum dan menganggukan kepalanya. Setelah Sri masuk dari pintu belakang rumahnya. Mila segera pergi menuju vila yang tidak jauh dari rumahnya tinggal. Ia memang bekerja di vila tersebut sehari-harinya saat Sri pergi ke ibu kota untuk bekerja di sana.

--ooo--

Seorang laki-laki bule keluar dari dalam mobil mewahnya dan melihat bangunan vilanya dengan tersenyum seraya menghirup udara segar di daerah tersebut.

"Welco...mm...," Pak Darma menghentikan sambutannya saat David memberikan kode pada Pak Darma agar berhenti. Sontak saja Pak Darma menghentikan ucapannya.

"Sudah berapa kali, jangan menyambutku dengan Bahasa Inggris, kayak tidak biasanya saja." ujar David dengan logat ciri khas seorang bule yang masih belajar dalam berbahasa. Namun begitu, David sudah lancar bicara berbahasa, akan tetapi masih ada logat kebarat-baratannya.

Sick Of Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang