23. QUALITY TIME

48 4 2
                                    

*Cerita ini memiliki hak cipta ©All Rights Reserved by zeriandrifin. So, don't you dare to plagiarize this story. Or, you will know the consequences.

*Picture of this part by kompasiana.com


"Tok Tok Tok!!!"

Sepertinya ada seseorang yang sedang mengetuk pintu rahasia dan aku yakin kalau itu pasti Zac, siapa lagi kalau bukan dia.

Sontak aku berlari menuju pintu rahasia dan ku buka pintu itu. Benar saja, Zac sedang berdiri tegak di balik pintu itu.

"Kamu segera siap-siap. Aku tunggu 30 menit. Setelah itu kamu harus siap!" seru Zac singkat.

"Hah? Hey mau kemana emang? Hey!!" teriakku. Kulihat Zac malah pergi masuk ke kamarnya lagi.

Aku sebenarnya bingung, emangnya si Zac mau mengajakku kemana di sore hari kayak gini. Kutengok jam dinding menunjukkan pukul 3 sore. Tapi masa bodo lha. Daripada hari sabtu kayak gini melongo aja di rumah mending keluar sama Zac.

Akhirnya aku langsung mandi dan merias diri sebagus mungkin agar bisa tampil mempesona di depan Zac. Apalagi ini kali pertamanya Zac ngajak aku keluar, jadi aku harus bisa tampil menawan.

Aku menggunakan pakaian short dress warna putih dengan motif bunga warna biru tua. Aku sangat nyaman sekali menggunakan dress ini karena rasanya begitu adem kalau dipandang mata. Rambut hitamku kubiarkan terurai. Kupakai sepatu angkle strap heels warna hitam yang tidak begitu tinggi. Kubawa dompet kecil berwarna biru tua yang sebagai tempat penyimpanan dompet dan ponselku. Aku mengaca pada cermin dan memutar-mutarkan badanku dengan memegang dress-ku. Aku merasa sangat senang dan tak sabar segera bisa pergi dengan Zac.

Namun, seketika aku ingat. Aku mengingat kalung pemberian Clara sebelum aku berangkat ke Amerika. Mungkin kalung itu sangat cocok dengan pakaianku saat ini. Semakin membuat aku tampil menawan. Benar saja, saat kupakaikan kalung berwarna silver berbentuk hati itu di leherku terlihat sangat serasi sekali dengan short dress warna putihku.

Setelah selesai berdandan, aku pun segera bergegas keluar kamar untuk menemui Zac. Baru saja ku buka pintu kamar depanku ternyata sudah ada Zac yang dengan gaya cool-nya sedang berdiri bersandar pada tembok lorong untuk menungguku.

"Sudah siap?" tanya Zac.

Aku menganggukkan kepala. Kulihat Zac tampil agak beda. Biasanya dia hanya memakai celana pendek dengan kaos saja namun kali ini dia tampil lebih rapi. Zac memakai kemeja warna biru tua dengan jaket kulit warna hitam. Dia juga mengenakan celana jeans warna abu-abu dengan sepatu sneakers Adidas warna hitam. Tampilannya yang seperti itu membuat dirinya terllihat sangat macho.

Zac dan aku mulai berjalan menuju garasi untuk segera masuk mobil dan berangkat ke suatu tempat yang masih dirahasiakan oleh Zac. Zac berjalan dengan menggandeng tanganku. Tapi secepat kilat aku langsung mengibaskan tangannya. Bukannya gak mau digandeng, tetapi kalau sampai ada penghuni rumah ada yang tahu maka bisa jadi kacau.

"Zac, jangan gini ah. Nanti ada yang tahu." Protesku.

"Siapa? Di rumah gak ada siapa-siapa. Mommy Daddy kan belum pulang." Jawabnya enteng.

"Lena?" protesku lagi.

"Lena tadi lagi kencan sama pacarnya. Udah keluar sejak siang tadi." Jawabnya santai.

Mendengar jawaban Zac seperti itu, aku langsung menyabet tangan Zac lagi untuk menggandengnya dengan erat.

Setelah sampai di garasi, kami pun langsung memasuki mobil dan segera bergegas berangkat agar tidak kemalaman.

ADOPTED: Love Me, Then.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang