📍20

1.7K 216 3
                                    

Jimin tatap jengah sobat bangsatnya.

Kim Taehyung tampak kehilangan warasnya. Kendati tingkah polah harian gila sudah biasa. Namun hari ini segaris berbeda.

Segaris senyum tak lepas terbingkai kotak di bibirnya. Torehkan sederet rasa salah paham. Kepada pengunjung lain yang melintas meja. Disangka beri senyuman tampan pada mereka. Nyatanya hanya sedang memasuki mode kurang waras semata.

“Tae, berhenti senyum-senyum bisa? Geli, bangsat.”

Taehyung beralih tatap Jimin di hadapan. Sunggingkan cengiran kotak. Minta digampar rasanya.

“Gue kangen Jungkook, Bangsat.” Tutur Taehyung dengan begitu manis.

Tangan mungil Jimin sibuk memotong daging di piring. Dengan pisau dan garpu di masing-masing genggaman. Memutar mata jengah setelah melahap satu iris daging.

“Sana. Ketemu. Selesai.”

Cengiran kotak kembali bersemi di wajah Taehyung. Pemuda itu anggukkan kepala setuju.

“Iya. Selesai makan gue kesana.”

Jika bertanya ada kelanjutan apa selepas kecupan manis malam itu, tidak ada. Satu minggu terhambur seperti biasa. Antar-jemput sesuai jadwal lantas menutup hari dengan panggilan malam.

Bertemu di luar itu pun enggan. Keduanya kompak daya gunakan waktu untuk urusan ujian akhir yang menyapa. Gamang akan kata adiktif menghampiri ketika larutkan detik bersama.

Terutama untuk pemuda Kim. Sangat mungkin baginya tukar waktu belajar bersama untuk sekadar kagumi paras manis Jungkook. 

Taehyung sadari batasan.

Jungkook pun cuma-cuma beri pengertian.

Total seminggu alihkan fokus pada ujian menjadi putusan verbal. Toh, bukan kuras habis frekuensi tatap muka.

Dan hari ini merupakan penghujung. Kim Taehyung akan culik Jeon Jungkook untuk malam ini. Setelah mundur dua hari jadwal pemuda Jeon. Menjadi satu minggu dua hari masa ujian.

Maklum. Beda angkatan, beda pula jurusan.

Tuntaskan kudapan, Taehyung melesat pergi. Kediaman keluarga Jeon menjadi tujuan. Dengan pemuda Park mengatai ‘bucin’ sebagai doa penghantar.

Rubicon hitam ditempatkan pada lokasi biasa. Langkah-langkah ringan menghantarkan Taehyung menuju pintu utama. Menekan bel dengan rindu meletup di relung dada.

Lho? Kak Tae?”

Itu suara si manis menyapa. Halus sangat buai pendengaran.

Kepala menyembul dari celah daun pintu. Diikuti penampakan seluruh tubuh; sukses mematik senyum Taehyung.

“Selamat malam, Manis. Rapi–mau pergi?”

Sepasang hazel Taehyung menyipit. Pindai penampilan Jungkook tanpa celah. Kenakan kaos dan jeans sewarna arang. Dibalut oleh jaket jeans cerah.

Sederhana.

Namun telak tarik keluar aura manis pemuda Jeon.

Jungkook beri anggukan. “Acara kelas. Semacam perayaan ujian selesai. Kak Tae, ada perlu?”

Perasaan kecewa ada di sudut sana. Buru-buru ditepis Taehyung dengan senyum menawan.

Yah, salah Taehyung tak beri kabar.

“Niat mau culik kamu. Ternyata sudah kabur duluan.” Tangan Taehyung terulur. Usak surai gelap Jungkook gemas. “Kakak antar?”

Jungkook tampak ragu. Dan Taehyung tau perasaan bersalah merayap merasuki pemuda Jeon.

Ey, jangan sungkan. Ayo?”

Dan Jungkook tak mempunyai pilihan selain mengiyakan.

Usai ucap pamit kepada Papa dan Mama Jeon, keduanya beranjak pergi.

“Tujuan kemana?” tanya Taehyung dari balik roda kemudi.

Jungkook posisikan diri. Melingkari tubuhnya dengan sabuk pengaman.

“Resto GoGo di pusat kota.”

Dahi Taehyung terlukis kerutan. Mengernyit coba pastikan. “Yang terkenal karena bir dan iga?”

Jungkook beri anggukan. Membenarkan ucapan Taehyung.

“Kamu akan minum-minum, Kook?”

“Tentu. Anak-anak sengaja pilih lokasi untuk minum.”

Dehaman Taehyung menggantung sebagai jawaban. Pemuda Kim menjalankan rubicon hitam. Melenggang di tengah padatnya jalanan malam. Percakapan ringan menjadi suguhan. Tanyakan kabar otak selepas ujian, juga lempar candaan.

Lima belas menit total waktu diperlukan. Taehyung menyejajarkan rubicon dengan kendaraan lainnya.

Thanks, Kak.” Ucap Jungkook dengan senyuman.

Taehyung lagi-lagi hanya berdeham.

Kemudian ikuti pemuda Jeon keluar kendaraan. Mengekor di belakang seolah diundang.

“Kak?”

Langkah lamban pemuda Jeon terhenti. Berbalik memutar tubuh; dapati segaris senyum menawan.

“Ikut turun kenapa? Ada perlu?”

Taehyung mengangguk mantap. “Ada. Dampingi kamu lebih tepatnya.”

Raut muka Jungkook mengerut lucu. Suarakan protes melalui mimik wajah.

“Bukan anak kecil, lho, akunya. Nggak perlu didampingi segala.”

“Tau, kok. Sudah legal, bukan?” Taehyung umbar afeksi melalui sebuah senyuman. “Tapi kalau mabuk kayak bocah. Bahaya.”

Dahi Jungkook mengernyit. Bingung. “Bahaya? Kenapa?”

Tangan Taehyung bergerak menangkup kedua pipi gembil Jungkook. Menariknya kuat buat sang empu mengaduh.

“Dasar. Kamu kalau mabuk hilang sadar. Kalau kenapa-kenapa gimana, heum?”

Aaww–Kak lepasss.”

Jungkook meronta dalam tangkupan tangan Taehyung. Pemuda Kim hanya terkekeh puas; pandangi raut gemas Jungkook. Kemudian menepuk pelan kedua pipi gembil pemuda Jeon. Sebelum bersarang anteng disana.

“Kakak ikut, oke? Nggak bakal satu meja. Tenang saja.” Dalih Taehyung berusaha meyakinkan.

Jungkook mendengus pelan. “Cih, berlagak perhatian. Memang Kak Tae siapa?”

Awh. Pertanyaan gamblang Jungkook menohok sangat di ulu hati. Sedetik buat jantung Taehyung lalaikan tugasnya. Perasaan berontak ingin utarakan. Apa daya rasionalitas sanggup redam supaya tak meledak.

Cukup sadar diri Kim Taehyung. Bukan melarang, hanya pantau semata. Jaminan status sekarang tentu tak dapat cegah Jungkook hadiri acara kelas. Meski hati menolak keras presensi Jungkook di perhelatan malam ini.

Namun sekali lagi, Taehyung siapa?

Nyatanya hanya satu dari sekian banyak bucin Jeon Jungkook semata.

Jadi seperti biasa, senyum kotak merupakan pertahanan. Tersemat dengan begitu menawan di wajah nan tampan.

“Bukan masalah siapa, tapi khawatir tak ada salah, bukan? Memang kamu berharap kakak pegang status apa, heum?”

Giliran Jungkook dibuat bungkam. Mengalihkan pandang dari sepasang hazel memikat. Telapak Taehyung yang menangkup penuh kedua pipi dienyahkan; salah satu bentuk pelarian.

Pemuda Jeon lekas beranjak. Meninggalkan Taehyung beserta seutas rasa lega. Lampu hijau sepertinya.

Taehyung lantas mengekor dari kejauhan.

Risiko romansa lintas jurusan. Kuasa ikut campur kegiatan kelas pun tak ada. Padahal patroli harus terus dijaga. Nekat sedikit tampaknya tak apa.




Aloha?
Mau pamit jarang update untuk sebulan ke depan
Sibuk urus event ini itu
Cih, sok sibuk
Anyway, terima kasih sudah baca
💜

Love, JK  [ TaeKook ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang