O.O3

321 45 4
                                    

"Ayo menikah."

Tidak. Seongwoo tidak sedang berhalusinasi ataupun salah mendengar. Kalimat yang selama ini Seongwoo nantikan memang baru saja terucap dari bibir Minhyun.

Kalimat luar biasa yang seumur hidup Seongwoo amat sangat ia nantikan. Bahkan dari mereka masih dibangku taman kanak-kanak. Celetuk-celetukan seperti itu sering sekali Seongwoo ucapkan. Seongwoo memang sangat memuja seorang Hwang Minhyun. Satu-satunya orang yang ia harapkan bersama dengannya kelak sampai akhir hidupnya hanyalah Minhyun.

"Minhyunie, jika sudah besar nanti berjanjilah untuk menikah denganku? Seperti ibu dan ayah."

Seongwoo kecil saat itu tengah duduk diayunan yang tidak begitu besar. Ukurannya hanya cukup untuk anak-anak seumuran mereka. Sedang Minhyun masih setia mendorong tubuh Seongwoo mengayun dibelakangnya.

"Tentu saja aku akan menikahimu. Aku hanya akan mengenalmu sepanjang hidupku. Sampai aku mati nanti." Minhyun menjawabnya riang sambil terus mendorong tubuh Seongwoo.

"Tidak. Kau tidak boleh mati. Kau harus menemaniku." Seongwoo kecil mulai panik mendengar kata 'mati' dari orang yang paling ia sayangi itu.

"Tapi semua orang akan mati, Seongwoo-ya."

Minhyun kecil menghentikan kegiatannya. Ia memposisikan dirinya dihadapan Seongwoo. Dan Seongwoo kecil dengan cepat meraih tangan Minhyun, menggenggamnya erat. Amat sangat erat.

"Kalau begitu, aku yang akan mati duluan!" Celetusnya membuat Minhyun kecil mengerucutkan bibirnya.

"Tidak. Kau harus menemaniku!" Minhyun kecil menggelengkan kepalanya.

"Kaupun juga harus menemaniku." Seongwoo melepas genggaman tangan mereka, ia menautkan dua tangannya didada lalu memandang langit yang cukup cerah sore itu.

"Tuhan. Jangan biarkan Minhyunku pergi lebih dulu. Seongwoo ingin dia terus menemani Seongwoo. Seongwoo ingin dia terus menjaga Seongwoo. Seongwoo tidak ingin sendirian. Seongwoo takut sendirian."

Minhyun terus menatap Seongwoo yang sedang berdoa pada Tuhan. Hingga suatu tekad muncul dibenak seorang anak kecil saat itu juga.

'Kau tidak akan pernah sendirian, Seongwoo-ya. Aku akan menemanimu sampai aku mati."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Seongwoo dan Minhyun kecil sudah menjadi dua orang pria dewasa dengan karir yang cukup bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Seongwoo dan Minhyun kecil sudah menjadi dua orang pria dewasa dengan karir yang cukup bagus. Bukan cukup, bahkan sangat bagus. Dan seiring berjalannya waktu mereka juga tau jika apa yang terjadi diantara mereka adalah kesalahan. Cinta macam apa ini? Hubungan macam apa yang sebenarnya sedang mereka jalani? Tapi sungguh, semua sudah terlambat untuk dihentikan. Bahkan ayah dan ibu mereka saja sudah menyerah meyakinkan keduanya saat mereka masih sekolah dulu. Karena Minhyun memilih tidak ingin membuat kedua orang tuanya merasa malu, ia memutuskan meninggalkan rumah dan tinggal sendiri disebuah apartemen yang cukup mewah begitu ia selesai menyelesaikan studinya di universitas. Padahal orang tua Minhyun tidak pernah menentang lagi mengenai hubungannya dengan Seongwoo. Mereka sudah mendukung keputusan yang diambil Minhyun. Berbeda dengan Seongwoo. Ia tinggal seorang sendiri bukan karena meninggalkan rumah, namun karena orang tuanya yang sudah tiada lagi didunia ini.

"Hey. Apa yang kau lamunkan?" Minhyun mencolek hidung Seongwoo guna membangunkan lelaki manis itu dari pikirannya.

"Tidak. Aku hanya teringat masa kecil kita. Kau menepati janjimu, Minhyunie. Kau menepatinya." Seongwoo tersenyum haru. Hingga tanpa terasa bulir bening dari mata indah Seongwoo membasahi pipinya.

Minhyun memposisikan dirinya dihadapan Seongwoo yang masih duduk ditepi kasur sambil terus menatapnya. Minhyun belutut dihadapan kekasih manisnya. Menempelkan bokongnya pada tumitnya, guna mensejajarkan wajah keduanya. Satu tangannya digunakan untuk menggenggam tangan Seongwoo dan tangan yang lain digunakannya untuk menangkup satu pipi kekasih manisnya itu.

"Kau hidupku, Seongwoo-ya. Janji yang aku ucap dulu bukanlah sebuah janji untukku. Tapi itu adalah sebuah tujuan. Tujuan hidupku. Dan tujuan hidupku adalah kau." Minhyun menjeda kalimatnya sebentar. Menatap lurus iris cokelat Seongwoo.

"....apapun yang aku lakukan sampai saat ini hanya karenamu. Dan semua yang aku dapat sampai detik ini juga hanya untukmu. Tidak ada lagi sesuatu didunia ini yang paling kuinginkan selain dirimu, Seongwoo-ya."

Manik Minhyun amat sangat teduh saat itu. Hingga ntah mengapa Seongwoo terus meneteskan bulir beningnya tanpa ia sadari. Kalimat demi kalimat Minhyun benar-benar membuatnya bahagia. Bahkan lebih dari kata bahagia.

"Minhyunie, kau pun tau bagaimana hidupku bergantung padamu. Mungkin aku bisa saja mengatakan aku bisa melakukan segalanya sendirian. Tapi tidak. Aku tidak sekuat itu untuk melakukannya seorang diri. Aku terus saja membutuhkanmu. Bahkan mengingat wajahmu saja sudah menjadi kekuatanku."

Minhyun tersenyum mendengar penuturan Seongwoo. Perasaan mereka memang masih sama. Bahkan bertambah setiap detiknya. Bertahun-tahun mereka menjalin hubungan, bahkan tidak sedetikpun dari mereka yang merasa jenuh. Ntah kekuatan apa yang mereka miliki hingga dapat mempertahankan perasaan mereka tetap pada tempatnya.

Minhyun merogoh saku coatnya, mengambil sebuah kotak merah kecil dari sana.

Minhyun merogoh saku coatnya, mengambil sebuah kotak merah kecil dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seongwoo-ya, Would you marry me?"

Seongwoo semakin meneteskan air matanya yang tak terbendung sejak tadi. Ia tidak menyangka hari ini akan datang juga. Dimana Minhyun memintanya untuk menjadi pengantinnya.

Minhyun memang sudah merencanakan ini sejak ia tau Seongwoo mendapat libur dan memutuskan untuk berlibur. Ini semua juga atas usulan sekretarisnya. Minhyun memang kerap kali memberitahukan kepada sekretarisnya tentang hal-hal berbau Seongwoo.

Anggukan Seongwoo pertanda bahwa lelaki manis itu setuju untuk menikah dengan Minhyun.










- TBC -
****

Garing yaaaaa? Hnggggg. . . .
Ga ngerti sebenernya ini nulis apaan. But- enjoy it, readers! ♡

Seperti biasa, vomentnya ditunggu yaaaaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ENDLESS [ONGHWANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang