Bab 35

5.2K 228 8
                                    

Rintik hujan menemani malam....

Malam yang dingin, seperti hati seseorang yang kini tengah berkutat dengan laptop dan laporannya.

Jam menunjukkan pukul 8

Bagus... Sepertinya dia akan lembur. Entah tapi seakan itu seperti hal baru baginya, padahal ia sudah sering lembur.

Desiran itu lagi...
Hatinya tidak tenang selepas pulang dari rumahnya tadi, ia seperti mencemaskan dan mengkhawatirkan sesuatu. Karena diselimuti perasaan itu, ia mengakhiri pekerjaannya, dan memilih melesat pulang untuk menenangkan sedikit hatinya.

Walau dia tidak tau apa yang membuatnya khawatir tapi entah rumah lebih membuatnya sedikit nyaman dan lebih ia pilih untuk dituju.

Ia menerobos rintikan hujan yang jatuh.

💧💧💧

Jordhan menghembuskan nafas gusar, pemandangan pertama yang ia lihat saat memasuki rumah adalah mamanya, Raihana.

Raihana yang melihat Jordhan hanya tersenyum manis dan lega, ia pun menghampiri putranya.

"Sayang sudah pulang... "

"Ya. "

Jordhan meneliti rumah ada yang kurang.

"Ma... Humaira mana?" entah, Menyebut nama itu membuat hatinya tambah berdesir hebat. Dan tunggu kenapa dia bertanya sedemikian rupa? Jordhan hendak menjelaskan namun Raihana terburu menyahut sambil tersenyum lebar namun agak sendu.

"Humaira tadi merasa pusing, jadi mama menyuruhnya tidur setelah sholat isya' " jelas Raihana

Jordhan terkatup. Begitu ya...

Ada rasa ingin segera menengok keadaannya. Namun ia masih dibuat bertanya tentang hatinya yang masih saja tidak enak, dan semakin tidak enak saja saat berada dirumah.

"Ma Jordhan mau keatas dulu" ucap Jordhan seraya bergegas naik ketangga rumah, Raihana mengangguk lalu ia masuk kekamarnya.

Ceklek...

Huuuuuft....

Jordhan menghela nafas lega saat memasuki kamarnya. Dan tak lupa ia mendapati Humaira tertidur dengan pulasnya bak putri tidur, begitu damai dan sedikit pucat. Sunggingan tipis terukir disudut bibir Jordhan.

Posisi tidur Humaira seperti dalam dongeng Snowhite.  Seperti menunggu seorang pangeran atau pemburu datang untuk membangunkannya dengan ciuman ajaibnya. Jordhan melangkah menghampiri, dengan pelan.

Ditatapnya lekat-lekat wajah Humaira yang polos nan lucu saat tidur itu, tangan Jordhan tergerak untuk mengelus pipi chubby dan merahnya, rasa lega langsung menerobos hatinya, sayangnya Jordhan tak menyadari hal itu, lalu beralih ia kepunggung tangan Humaira mengelusnya.

Jordhan jadi teringat tadi Humaira terluka, dilihatnya jari kiri Humaira yang terbalut plester.

"Ceroboh!" gumam Jordhan sambil tersenyum meledek. Ekspresi baru! Ekspresi yang tidak akan pernah dilihat orang, ekpresi yang tidak pernah ditunjukan, dan ekpresi yang tidak akan ada siapa pun yang tau, kecuali! Allah yang maha tau. Ck!

Saat melihat luka tatapannya beralih pada pergelangan tangan Humaira.

"Gelang lusuh pun masih dipakai!" komen Jordhan pada gelang merah yang melingkar pada pergelangan tangan Humaira. Warna merah yang memudar, dan tak lupa juga terlihat sangat rapuh, seperti jika ditarik sedikit saja maka akan putus. Maklum saja... Gelang itu kan sudah dipakainya bertahun-tahun.

Anna Uhibukka Fillah [masaREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang