Izin pertama

7 0 0
                                    

Sudah ku ceritakan dari atas sana. Jika hobinya adalah berolahraga, terutama voli. Dia pemain voli yang handal menurutku. Pagi itu dia tidak masuk kerja. Kata paman dia ada pertandingan bola voli, jadi dia izin tidak masuk hari ini.

“Kok tumben kak Faisal belum berangkat ya” gumamku sambil membuka toko pagi itu.
Dan tida-tiba paman memberitahu semua orang yang ada didalam toko, aku, kak Sani, dan kak Tiara.

“ Faisal izin tidak masuk, hari ini banyak pesanan, kalian harus kerja ekstra dan tetap semangat.”

“Kemana dia paman?” Kak Sani menanyakan alasan kak Faisal tidak berangkat.

“Dia bilang ada pertandingan voli pagi ini. Jadi dia izin tidak masuk. Yah... sebagai pemilik toko paman bisa apa, dia juga kan belum pernah mengambil libur selama dia bekerja disini.” Kata paman.

Aku sempat berfikir, mengapa dia tidak memberitahuku tentang kepergiannya pagi ini. Dia sangat suka sekali voli. Tapi tanpa dia sadari banyak hal yang membuatku cemburu dengan si voli itu. Dia tidak ada waktu untukku, dia tidak sempat mengabariku bahkan ucapan selamat pagi saja tidak terdengar pagi ini. Aku berusaha memakluminya, mungkin dia sibuk sekali, dia kan seorang olahragawan yang sangat professional. Aku akan membuat diriku mengerti.

Pagi hari tak ada dirinya di toko, terasa biasa walau separuh hatiku tidak bisa menerimanya.
Aku masih saja memikirkan tentang apakah tidak sebaiknya dia memberitahuku dulu jika ingin melakukan sesuatu. Tapi fikiran itu berkelahi dengan fikiranku yang lain mungkin aku bukan segalanya sehingga dia tidak memberitahuku tentang semua yang ingin dan tak ingin dia lakukan.

“Fat, si Faisal memangnya ada pertandingan dimana?, kok sampai-sampai izin tidak masuk?.” Kak Tiara bertanya kepadaku.

“Kok Tanya aku?.”

“Kamu kan kekasihnya....”

“Jika aku kekasihnya, apakah aku harus tahu segala tentangnya?.”

“Iya dong!.”

“Sayangnya aku tidak tahu, dan tidak diberi tahu.”
“Tragiss!.”

“Sesakit itu memangnya Fat?.” Kak Sani memotong pembicaraanku dengan kak Tiara. Dia berkata begitu karena raut wajahku muram. Aku kesal.

“Tidak sakit, tapi merasa bukan apa-apa.”

“Kok bisa?.” Kak Sani

“Iya lah. Bayangkan saja. Wanita mana yang tidak akan marah jika kekasihnya pergi kemana saja tidak tahu.”

“Sabar lah.... mungkin dia sibuk Fat.”

“Untung aku bukan wanita yang langsung mencurigai.”

“Memangnya mau curiga?”

“Ya nanti saja lah jika dia benar-benar mencurigakan, hahaha.”

“Ih dasar Fatiya, galau saja masih bisa tertawa dia.”

“siapa dulu lah... aku.. Haha.”

Aku bahagia meski tak ada dirinya disisiku. Aku punya banyak teman yang bisa membuatku menyembunyikan banyak rasa curiga di hatiku.
Aku adalah seseorang yang pandai menyembunyikan perasaan. Itu kata nenekku suatu hari. Aku iyakan saja. Semoga apa yang dikatakan nenek itu akan benar-benar terjadi di kehidupanku. Agar aku bisa selalu tersenyum walau sebenarnya aku tak ingin menebar senyum.

Setidaknya tidak banyak orang tahu bagaimana raut wajahku ketika aku sedang patah hati. Mereka hanya akan mengingat wajah sumringahku saja.

Pasti akan ku lakukan.

Dan hari itu sampai sore, sampai malam, dia tidak memberiku sebuah kabar yang pasti.
Dia dimana, bersama siapa, sedang apa, aku tidak tahu semua itu. Karena dia tidak memberitahuku bagagaimana keadaannya.

Aku frustasi malam itu. Ini lucu, tapi aku ceritakan pada kalian wahai pembaca yang pintar.

Aku frustasi malam itu. Coba saja, perempuan mana yang tidak khawatir, perempuan mana yang tidak patah hatinya jika  sang pujaan hatinya tidak ada kabar. Mau dibilang berlebihan. Terserah, yang penting aku mencintainya dan aku tidak ingin dia melukai diriku, aku juga tidak rela jika dia dimiliki perempuan lain. Aku tidak rela.

Aku ingin  bertanya pada kalian sang pendamba cinta. Apakah sebuah kabar penting untuk kalian?.

Sudah ku duga pasti jawabannya iya.

Seseorang yang sedang sangat mencintai, apalagi seorang perempuan, pasti dia akan memerlukan sesuatu yang bernama kabar dari kekasihnya.
Ku rasa ini cukup normal. Malam itu aku frustasi. Aku gila. Aku dibutakan oleh kabarnya. Aku bodoh.

Saat ini, hal yang paling membuatku cukup menyesal pada malam itu adalah. Aku membuat diriku terpuruk, aku membuat diriku takut kehilangan cinta. Aku menyesal malam itu. Aku cukup menyesal.

"Kamu Berhasil"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang