Tak terasa hari yang dinantinya telah tiba. Barang-barangnya telah dikirim ke Seoul, hanya tinggal beberapa koper yang akan ia bawa. Hanbin melihat sekilas angka di tanggalan yang sudah ia lingkari sejak lama. Hari kepindahannya, bukan. Tapi kembalinya. Hanbin menyeret kopernya keluar menuju taxi yang telah menunggu.
Sesampainya di bandara, ia segera menyelesaikan administrasi dan menunggu keberangkatan. Hanbin menepati janjinya, ia mengirim pesan kepada Bobby.
To: Kimbab
Pesawatku segera take off 15 menit lagiFrom: Kimbab
Kau menepati janjimu
Safe flight 🐦Hanbin tersenyum membaca pesan Bobby kemudian mengatur ponselnya dalam mode airplane. Sekali lagi ia sadar bahwa seorang Kim Jiwon adalah orang yang berarti untuknya. Obviously, he's fit perfectly to be his other half.
****
Tepat 30 menit setelah ia menerima pesan Hanbin, Bobby menyambar jaket dan kunci mobilnya meninggalkan studio.
"Mau kemana?!"
"Menjemput Hanbin"
"Kau berhalusinasi?"
"Aku sungguhan. Sampai nanti" Bobby berlari dengan semangat.
Sesampainya di bandara ia segera menuju gate kedatangan. Pesawat dari Jeju baru saja landing. Bobby menunggu Hanbin keluar dari sana, ia tak sabar untuk bertemu Hanbin secepatnya.
Bobby menunggu dengan ekspresi tak dapat dibaca. Senang tentu saja, gugup jelas, takut mungkin. Takut jika Hanbin menolak bertemu dengannya dan malah menghindar. Dari kejauhan Bobby melihat Hanbin berjalan diantara menumpang lainnya.
Sungguh rasanya hati Bobby ingin loncat dari tempatnya saking senangnya. Dia begitu bahagia setelah melihat Hanbin untuk sekian lama. Senyumnya terukir begitu lebar seakan mampu menjelaskan bagaimana perasaannya
"KIM HANBIN!!" Hanbin menoleh saat seseorang memanggil namanya. Dia menemukan Bobby yang berlari ke arahnya. Hanbin sempat kaget, tapi kemudian tersenyum dan melambaikan tangan. Jujur ia senang sekali, Bobby ada disini untuknya bahkan ketika Hanbin tak memintanya untuk menjemput.
"Ku bilang tak perlu menjemputku"
"Aku begitu merindukanmu, mau bagaimana lagi" jawab Bobby sambil merangkul pundak Hanbin. Hanbin membalasnya dengan memberikan sebuah pelukan singkat.
"Kau berubah terlalu menjijikan sekarang"
"Hahaha, entahlah sedikit keju tidak buruk"
"Bagiku itu buruk" Bobby kemudian menyentil dahi Hanbin
"Apa kau sudah makan?"
"Sudah sebelum berangkat"
"Padahal aku ingin lunch time denganmu"
"Aku ingin pulang dan membereskan barangku. Kau ada jadwal malam nanti?"
"Tidak, aku bahkan tidak ke studio malam ini. Kenapa?"
"Midnight-car ride terdengar okay"
"Bilang saja kau ingin menghabiskan malam denganku" Bobby dan Hanbin begitu bahagia, hubungan mereka kembali seperti sebelumnya. Walaupun kesalah pahaman diantara mereka belum diluruskan, mereka memutuskan untuk tak menjadi egois dan memakluminya. Terkadang memilih diam dan mengalah bukan pilihan yang buruk dalam sebuah hubungan. Tak perlu egois meminta penjelasan jika tanpanya semua bisa lebih baik. Setidaknya untuk saat ini.
Bobby membantu Hanbin mengangkat koper ke apartemen barunya yang lebih dekat dengan kantor penerbitnya. Bobby juga membantu Hanbin menata barangnya sebelum pulang.
"Nanti malam jadi?" Tanya Bobby begitu sampai di daun pintu.
"Jika aku tak terlalu lelah, akan ku telpon"
"Boleh aku begadang untuk menanti panggilanmu?"
"Jangan, kau nanti sakit."
"Tapi aku ingin berharap banyak"
"Akan kuusahakan" setelah itu Hanbin mengecil singkat bibir Hanbin sebelum masuk lift. Di dalam lift ia merenung, ada satu pertanyaan yang berputar di otaknya. Karena bayangan Minjung yang mendatangi apartemennya 2 hari lalu masih membebaninya.
"Tak apakan jika tetap seperti ini?"
****
Hanbin terbangun setelah tidur siangnya, ia kelelahan setelah menata apartemennya walaupun dibantu oleh Bobby. Sebentar lagi jam makan malam, ia ingat belum membeli persediaan bahan makanan. Akan butuh waktu lama untuk berbelanja kemudian memasak untuk makan malam. Hanbin memutuskan untuk makan malam di luar. Ia ingat belum memberi kabar Jinhwan, akan seru jika mengejutkan Jinhwan akan kedatangannya. Cukup lama sebelum panggilannya diangkat oleh Jinhwan
"Yak!! Kim Hanbin ini sungguh kau?"
"Tentu saja kau pikir siapa?"
"Aku sudah membaca suratmu, kapan kau akan kembali ke Seoul?"
"Aku sudah ada di Seoul, aku ingin makan malam denganmu"
"Yak!! Kau tetap saja kurang ajar. Setidaknya telpon aku jika kau kembali ke Seoul. Aku menyesal sudah mengkhawatirkanmu"
"Hehehe maaf hyung, sebagai permintaan maaf akan kutraktir sesukamu malam ini. Kau masih di kantor?"
"Ya sedang beres-beres. Sebentar lagi pulang"
"Kutunggu di stasiun bawah tanah dekat kantor"
"Baiklah, 10 menit aku sampai"
Hanbin segera menyambar jaket dan dompetnya. Ia merasa bersalah sudah membuat Jinhwan khawatir, pasti lucu jika melihat hyung kecilnya itu memarahinya dengan tampang imutnya. Sesampainya di halte, Hanbin melihat Jinhwan dari kejauhan
"JINHWAN HYUNG!!" Hanbin berlari menuju Jinhwan lalu memeluknya. Jinhwan bukannya membalas ia justru menendang kaki Hanbin dan memukulinya.
"Kemana saja kau bodoh, kau tahu aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Sejak menemukanmu di apartemenmu lalu kau tiba-tiba pergi. Rasanya aku mau gila"
"Auhh.. sebegitu cintanya kau padaku? Hehehe sebagai permintaan maafku akan kutraktir apapun kau malam ini"
"Akan kupastikan kau bangkrut malam ini"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Time, Love, and Death [DoubleB] Bobby X Hanbin
FanfictionAku menulis untuk Waktu Aku menulis untuk Cinta Aku menulis untuk Kematian Aku tak mengharap sebuah balasan tapi akan ku cari sebuah jawaban Started on 20/07/2018