Happy reading!
"Apakah dia masih mengingatmu?" pertanyaan dari Harry menyadarkanku dari alam lamunan.
"Sepertinya tidak, apa yang bisa diingat oleh seorang gadis berusia delapan tahun selain nama mainan dan tokoh kartun yang dia suka?" aku menjawab dengan tatapan mata yang kosong tanpa arti, satu kalimat yang tadi Harry utarakan cukup menggoyahkan ketenanganku.
Apa benar paman Andrew berniat demikian? Ia akan menjodohkan anaknya denganku.
Aku berusaha menepis prasangka itu dan mengingat kembali tujuan utamaku ke sini.
"Jadi untuk apa kau memintaku datang kemari? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?"
"Satu bulan lagi akan ada acara makan malam di rumah orang tuaku, perayaan ulang tahun pernikahan mereka, sebenarnya aku malas mengikuti acara seperti ini, tapi mereka yang memaksaku untuk ikut."
"Lalu kenapa kau mengatakannya sekarang? Acara itu masih lama!"
Kulihat Harry berkacak pinggang. "Karena aku tahu kau selalu mengutamakan pekerjaanmu dibanding kehidupanmu sendiri! Jadi lebih baik aku mengatakannya lebih dulu sebelum jadwalmu penuh dengan kesibukanmu yang membosankan itu."
Aku mengangguk pelan, "Aku akan berusaha untuk datang."
"Aku tidak menerima penolakan! Kau harus datang! Dasar workaholic!"
"Bagaimana denganmu? Apa kau sudah menyatakan perasaanmu padanya?" aku bertanya, berusaha mengalihkan topik pembicaraannya yang terus menyudutkanku.
Aku tahu Harry menyukai salah satu pekerja di Supermarket miliknya sendiri. Namanya Laura—ku lihat perempuan itu sedang sibuk melayani pembeli tanpa kenal lelah, ia tetap bekerja hingga tempat ini tutup.
Dari cerita yang ku dengar dari Harry, itu semua Laura lakukan karena ia adalah anak tertua dan satu-satunya harapan dari keluarga mereka.
Harry sendiri mulai menarik perhatian Laura dengan menawarkan bantuan pada keluarganya, sayangnya tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Laura. Harry sampai merasa khawatir dan takut, jika tawaran berupa bantuan saja ditolak apalagi cintanya?
Aku tersenyum ketika membayangkan betapa anehnya jika Harry menyatakan perasaanya pada Laura, mungkin pria itu akan gugup setengah mati.
Cinta memang buta ketika seorang bos menyukai bawahannya sendiri.
Sesaat Harry memutar tubuhnya ke belakang, mengamati Laura yang giat bekerja. "I don't know, aku terlalu takut untuk mengatakan itu dengannya."
Aku melipatkan kedua tanganku di depan dada, "Apa lagi yang kau tunggu? Cepat katakan padanya sebelum ada orang yang mengambilnya darimu."
"Akan ku coba! Semoga akhirnya nanti tidak mengecewakan."
"Okay, aku ingin menyusul Petra. Semoga beruntung!" seruku menepuk sebelah pundaknya.
Baru sekali aku melangkah, tiba-tiba saja Harry mencekal pergelangan tanganku.
"Ada apa?"
"Kau juga harus melakukannya, aku menantangmu untuk membawa seorang perempuan saat acara makan malam nanti... " ucapnya serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert Husband
RomanceSetelah 10 tahun tidak bertemu, Dimas tidak mengira jika Petra yang pernah ia temui saat kecil itu kini menjelma jadi seorang gadis berparas cantik yang berhasil meruntuhkan pertahanannya, Dimas seakan tenggelam dalam pesona gadis berusia 19 tahun i...