15. [Back: Destiny]

404 60 9
                                    

Warning!

-o0o-

Tidak ada yang bisa mereka dengar selain deru nafas mereka sendiri, seluruh tubuhnya membeku tak dapat bergerak seperti sesuatu sedang menahannya untuk tetap disana. Jarak diantara mereka mempermudah kedua pasangan itu saling mengamati satu sama lain, tak ada suara atau sapaan hai diantara mereka. Mulut mereka pun seakan membisu, sulit berbicara.

Keduanya masih menikmati dan mencoba mengartikan apa dari tatapan lawannya. Jarak semakin mengikis saat Taehyung mencoba mendekat, namun langkahnya terhenti begitu Yoora memalingkan wajah dan memutuskan kontak mata diantara mereka.

Pandangan Yoora sudah memburam akibat airmata yang penuh dipelupuk matanya. Ia benar-benar tidak kuat jika harus berhadapan dengan Taehyung, seluruh pertahanannya bisa runtuh hanya dengar suaranya saja. Sebisa mungkin, Yoora menahan airmatanya agar tak jatuh. Sejenak, Wanita itu menghela napas. Kemudian, menatap Taehyung lagi.

“Bagaimana kabarmu? Apakah semuanya baik-baik saja?” Taehyung menghancurkan keheningan diantara mereka. Sejujurnya, mulut Taehyung sudah gatal ingin berbicara dan bertanya keadaan Wanita dihadapannya. Tak berbeda dengan Yoora, Taehyung sama terkejutnya ketika mereka dipertemukan lagi. Dan Pria itu sangat senang, Ia seperti mendapatkan sedikit harapan dihidupnya.

“Ya. Semuanya baik,” ucap Yoora pelan. Kini kepalanya tertunduk menatap lantai, entah kenapa Yoora merasakan sesak begitu Ia mengingat kejadian Hasung yang saat itu ingin menemui Taehyung. “Tapi—tidak dengan kakakku.”

Baru saja Taehyung membuka mulut, ingin bertanya. Namun, harus menutupnya lagi saat Yoora melanjutkan ucapannya lagi.

“Kakakku meninggal ketika dia ingin menemuimu.”

Tak ada yang Taehyung tunjukkan, selain ekspresi pura-pura terkejutnya.

“Dihari kita bertemu.”

Taehyung menelan salivanya sekali teguk. Pria itu tau bagaimana perasaan Yoora saat ini, ingin sekali Taehyung memeluknya lalu menenangkannya. Tapi, tak bisa. Seluruh tubuhnya seakan sulit sekali digerakkan. Ia hanya bisa memandang Yoora yang sedang menahan tangis.

“Aku turut berduka.” Sahut Taehyung lemah. “Maaf, aku tidak datang saat itu. Aku—“

“Tidak masalah.” Yoora memotong ucapan Taehyung. Wanita itu tersenyum—namun penuh luka—lantas mengangguk meyakinkan Taehyung bahwa semuanya sudah baik-baik saja. “Lagipula semuanya sudah berlalu. Aku tidak menyalahkan siapapun disini, semua sudah takdir bukan? Termasuk pertemuan kita sekarang.”

Benar. Ini semua sudah takdir, bukan karena kesengajaan. Taehyung pun senang saat Yoora mengatakan pertemuan mereka takdir tanpa mengumpat lagi.

“Baiklah, ayo duduk.” Yoora menunjuk bangku yang daritadi sudah siap untuk diduduki.

Taehyung mengangkat sebelah alisnya, menatap kursi dan Yoora secara bergantian. “Kau?”

“Iyaa. Aku sudah mewujudkan mimpiku,” kini Yoora tersenyum tulus, berbeda dengan tadi. Jika berbicara soal pekerjaannya, maka Ia akan sangat bangga dan menceritakannya dengan senang hati. “Hair and makeup artist.”

“Dan aku rasa aku juga akan mewujudkan mimpiku.” Taehyung ikut tersenyum mengingat apa yang dulu pernah mereka bicarakan.

“Menjadi Artist?” tanya Yoora.

Taehyung menggeleng cepat. “Bukan, tapi mendandaniku. Aku yang jadi artisnya, kau ingat?”

Yoora tak langsung menjawab. Wanita itu berpikir sejenak untuk mengingat ucapan Taehyung. Dan—ya! Yoora ingat. Apa yang dikatakan Taehyung benar, Ia akan mewujudkan perkataan Taehyung saat itu. Yaampun, Tuhan mengabulkan doa Taehyung sepertinya. Tapi—kenapa disaat mereka sudah berpisah?

BETWEEN YOU AND ME [US] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang