Plakk...
"MAMA..." teriak anak laki-laki itu. Ia segera berlari menuruni setiap anak tangga untuk menemui mama-nya yang baru saja ditampar oleh pria berbadan tegap namun berdiri dengan sempoyongan.
"Mama, mama gak papa ma? Sakit ya ma? Pipi mama merah, bibir mama juga berdarah. Hikss hikss." anak laki-laki itu kini tengah memeluk Rahmi- sang mama. Dengan air mata yang tak dapat ditahan karena melihat keadaan mama-nya yang begitu kacau.
"Mama gak papa sayang, kamu naik lagi ya keatas. Mama mau ngomong dulu sama papa, ya?" Rahmi berusaha keras membujuk putranya, ia juga berusaha untuk tidak menunjukkan air mata dan menahan semua sakit yang dia rasakan saat ini. Dia malu dilihat dalam keadaan seperti ini oleh putra kecil nya, walau dia tahu putranya sudah paham dengan apa yang sudah terjadi.
Tanpa menghiraukan perkataan sang mama, Geozi Givano anak laki-laki yang sudah berumur 10 tahun ini berlari mendekati papa-nya yang sudah duduk di sofa dalam keadaan mabuk.
"Kenapa papa nampar mama? Kenapa papa jadi jahat sama mama? Kenapa papa selalu marahin mama? Aku benci sama papa. Aku benci." Geozi terus saja memarahi Thomas- sang papa dengan cara memukuli Thomas dengan mainan robot-robotannya sampai mainan itu rusak.
"Astaghfirullah. Ozi jangan sayang." teriak Rahmi.
"Ozi jangan." Rahmi terus saja memeluk Ozi dan menenangkannya. Sementara disisi lain Thomas mulai bangkit dari tempat duduknya dan..
Brughhh
Thomas mendorong Geozi dengan cukup keras hingga terlepas dari pelukan Rahmi. Dengan cepat kepala Geozi terbentur ke sudut meja yang terbuat dari kaca. Kini dia merasakan sakit di kepala yang luar biasa, matanya sulit dibuka, namun dia masih mendengar sekilas teriakan sekaligus tangisan sang mama yang terus saja memanggil namanya. Lalu semua gelap.
Plakkk...
Kini berganti. Rahmi yang menampar tepat di pipi kanan suami-nya itu.Tangannya bergerak begitu saja karena syok melihat apa yang Thomas kepada Geozi.
"Kamu gilaaaaaa! Kamu benar-benar gilaa Thomas. Geo itu anak kamu. Aku akan laporin kamu ke polisi hikss hikss." teriak Rahmi setelah itu berlalu dengan membawa putranya ke rumah sakit terdekat. Dia benar-benar merasa bersalah kepada putranya ini.
Sementara Thomas masih setia di dalam rumah. Dia kini mulai sadar kalau dia hampir atau mungkin saja sudah membunuh putranya sendiri. Di sisi lain ia merasa sangat menyesal, namun sisi lainnya berkata takut, karena mendengar nama penjara.
"Aku harus lari, iya, aku harus kabur dari kota ini." ajaknya pada diri sendiri. Memang setelah diam cukup lama, yang terlintas di dalam otak-nya hanya kabur karena tidak ingin di penjara.
⚡⚡⚡
"Papa.." senyum anak perempuan itu mengembang ketika melihat pria yang di tunggunya selama 3 pekan ini akhirnya pulang.
"BUNDA, CEPETAN BUN, PAPA PULANG, HOREEE..." teriaknya cukup keras untuk memanggil bunda-nya yang masih berada di lantai 2, sehingga membuat papa-nya tersenyum geli. Memang Justin- sang papa baru saja kembali dari london untuk mengurus perusahaannya.
Kiara Laurendya. Anak perempuan berusia 10 tahun yang hobi sekali makan dan menari. Memiliki mata bulat besar dan bola mata yang berwarna biru terang. Bukan memakai softlens, tapi itu memang keturunan dari keluarga papa-nya. Rambut yang berwarna cokelat pekat dan sedikit bergelombang di bagian bawahnya. Kulit yang terlihat putih bersih, dan hidung yang mancung namun kecil. Dia memang lebih mirip dengan Justin.
"Wahh... Anak papa makin cantik aja." Justin mengangkat Kiara dari kursi-nya lalu memeluk hangat sang putri.
"Iya dong, kan Kiara anak papa." balasnya manja.
"Ohh, jadi anak papa aja nih? Anak bunda enggak?" goda Dela- bundanya.
"Sini deh bun." Kiara menyuruh bunda-nya untuk lebih mendekat. "Bun, Kiara lagi rayu papa biar dikasih hadiah." bisik kiara, namun tetap saja masih bisa di dengar oleh justin karena kiara masih berada di pelukannya.
"Udah pintar rayu-rayu papa kamu ya." Justin mencubit pelan hidung putri-nya, karena gemas dengan kelakuannya barusan.
"Duh kedengeran ya pa? Hehehe..." tawa Kiara memecah.
"Yaudah deh, tapi papa bawa hadiah kan buat Kiara?" tanya-nya.
"Bawa dong, tadaaa..." Justin membawanya keluar untuk melihat banyak paper bag di dalam bagasi mobilnya.
"Wahh.. Kiara sayanggggg banget sama papa, sama mama juga." mereka semua berpelukan dengan bahagia.
"Turunun Kiara dong pa." pintanya kepada justin yang memang sedari tadi masih menggendong-nya.
Justin segera menurunkan Kiara ke kursi rodanya kembali. Iya. Walaupun wajah Kiara terlihat sempurna, namun tidak untuk kaki-nya. kiara adalah anak perempuan yang tetap terlihat ceria di atas kursi rodanya. Dan itu semua dia mulai sejak lima tahun lalu. Ketika kecelakaan fatal menimpa keluarga mereka saat kembali dari liburan-nya. Dan membuat Dela sempat koma selama 3 bulan, dan yang paling menyedihkan ketika melihat keadaan Kiara yang harus siap menerima kenyataan bahwa diri-nya tak akan bisa berjalan untuk selamanya. Awalnya Kiara memang berubah drastis, menjadi anak yang pemurung dan pendiam, hampir 2 tahun. Namun akhirnya dia kembali seperti Kiara yang dulu setelah bertemu dengan teman baru-nya yang sekarang menjadi sahabat-nya.
28 Juli 2018
💓Kim Jong In💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Keeping Promises
Teen FictionMaafkan aku yang kembali dengan membawa luka lagi. Aku tak berniat untuk membuatmu sedih. Aku hanya ingin mimpi kita terwujud kembali. Namun takdir tak bisa di ingkari. Tetaplah bahagia, aku melihatmu dari sini.