03. Hatiku sakit

31 4 0
                                    

Suasana kelas Kae ramai sekali karena beberapa siswa sedang asyik dengan dunianya sendiri. Para kaum hawa sedang membicarakan make up keluaran terbaru sedangkan kaum adam membicarakan hal-hal tentang dunia seputar bola. Namun tiba-tiba kelas itu berubah menjadi hening saat Kae memasuki kelas. Mereka melihat Kae seperti Kae seorang alien. Kae hanya menghela napasnya kasar sambil duduk di bangkunya.

"Kae, kok kayak bayi sih cara jalan lo" ucap salah seorang siswi yang suka memegang lolipop di tangannya.

"Bukan bayi kali Tak. Tapi nenek-nenek lansia" yang lain menimpali.

"Eh, lo receh banget sih nenek itu emang lansia tauk. Pemborosan kata nih" ujar lelaki berkacamata.

"Hallahh.. sama aja lah. Kaeleasha habis ngapain tuh kok jalannya kayak gitu?" goda seorang lelaki yang suka memakai hoodie kuning itu.

"Habis ena-ena kali" teman sebangku lelaki berhoodie kuning itu menimpali sambil cekikikan.

"Emangnya Kaeleasha bisa ena-ena apa? Buluk gitu siapa yang mau?" si hoodie kuning tertawa puas melihat reaksi Kae yang merasa ditelanjangi olehnya secara tidak langsung.

Sontak saja seluruh teman Kae tertawa dengan candaan cowok-cowok itu. Kae yang digoda seperti itu hanya bisa tersenyum kecut. Tidak berani melawan. Kae memilih diam dan menyumpal telinganya dengan earphone. Kepalanya ia tempelkan pada mejanya memulai untuk memejamkan matanya. Belum sempat Kae memejamkan mata tangannya ditarik oleh seseorang.

"Ikut" ucap cewek berambut blonde menarik lengan Kae kasar.

"Apaan sih. Gue gak mau" Kae menghempaskan tangan cewek rambut blonde dan membuat cewek itu terjerembab meja di sampingnya.

"Main kasar ya lo" dia berdiri dan merapikan rok nya. "Phi, seret dia keluar" cewek itu mengintruksi temannya untuk segera membawa Kae keluar kelas.

Teman-teman yang lain yang diam melihat kejadian yang dialami Kae dan tidak ada niatan untuk membantu Kae. Mereka kicep dengan kehadiran dua orang most wanted sekolah. 'plis tolongin gue' mata Kae mengatakan pada teman-temannya namun tak satu pun ada yang mengerti. Tibalah Kae di belakang sekolah SMA OGIH. Dua perempuan yang menyeret Kae langsung mendorong Kae ke depan hingga Kae jatuh tersungkur mencium paffing. Kae meringis menahan rasa sakit pada pantatnya.

"Aww.. Sakit ya?" Kae menoleh pada asal suara itu. "Uhh, kasihan banget sih. Sini gue bantu" Tessa mengulurkan tangannya untuk membantu Kae. Kae hanya diam di tempat dengan mata yang memerah.

"Ck. Lo daritadi diem aja sih. Gak punya mulut ya lo!" Tessa menjambak rambut Kae. "Gue udah peringatin lo kan supaya gak usah deket-deket Lexi" Tessa maju selangkah dan menginjak kaki kanan Kanya.

"Aaak.. Sakit Tessa" lirih Kae.

"Hahahaha. Sakit Kae? Iya? Lo bilang apa Kaeleasha?!" Tessa memperkuat jambakan dan injakannya pada Kae.

"Sakit Tes..sa" Kae sudah menangis, wajahnya sangat memerah menahan rasa sakit di pantat, kepala dan tangannya.

Tessa melepas jambakan dan injakannya. Kemudian ia mengambil sesuatu dari balik sakunya. Tessa melemparkan sebuah buku harian berwarna merah muda ke arah Kae dan menimpa wajah Kae. Kae menangis tersedu-sedu melihatnya.

"Gue udah baca semuanya. Ternyata lo busuk ya." Tessa tersenyum penuh aura iblis. Dia bersedekap. "Val, Phi. Mulai" Kanya mengintruksi Valeria dan Sophia dengan dagunya menunjuk ke salah satu paperbag warna hitam yang sudah ia sediakan sebelumnya.

"Ll llo mau apa?" tanya Kae ketakutan. Kae takut Tessa akan melakukan sesuatu lagi kepadanya.

"Gue mau bakar lo" Tessa tertawa keras memamerkan giginya yang rapi dan putih.

"Lo gila?!!" teriak Kae histeris. "Please Tessa gue beneran gak deketin Lexi."

"Oh ya? Terus gue percaya gitu? Gue liat kok kemarin lo nyamperin Lexi buat pulang bareng sama cowok gue"

"Itu gue.. gue"

"Gak usah banyak bacot deh lo. Val, Phi! Cepetan siram bensinnya!"

Valeria menyiram bensin 1 liter itu ke seluruh badan Kae. Sedangkan Sophia memegang korek api dan siap menyalakannya. Kae ketakutan setengah mati. Aroma bensin yang menyengat hidung Kae seakan membuat tubuh Kae sudah terbakar api padahal belum. Seluruh tubuhnya bergetar hebat menahan sakit luar biasa. Tessa tersenyum puas melihat keadaan Kae yang kacau. Tessa memang sudah gila dan semua itu karena Lexi juga Kae. Ada sesuatu diantara mereka bertiga sehingga benang merah yang sempat terurai kembali kusut.

"Tessa.." lirih Kae. Tessa mengangkat salah satu alisnya. "Seharusnya gue yang marah" Kae menatap tajam ke arah Tessa sambil mengepalkan tangannya. "Lo yang ngambil Lexi dari gue dulu"

"Apa lo bilang?" Tessa syok. Beraninya Kae mengatainya yang merebut Lexi dari Kae. "Gue udah suka Lexi dari dulu Kae asal lo tahu itu"

"Lantas kenapa lo gak terus terang sama gue? Kenapa lo diam-diam jalan dengan Lexi di belakang gue saat gue lagi sakit Mar?" ujar Kae menekankan kata Mar sambil tersenyum mengejek.

Tessa terkejut Kae memanggil nama yang sangat horror baginya. Tessa marah bukan kepalang. Dia maju menghampiri Kae dan menendang perut Kae. Kae merintih lantas ia terkekeh melihat Tessa yang heran. Wajah Tessa pucat melihat tingkah Kae yang langsung berubah 180º. Namun ia menutupinya dengan tetap bersikap angkuh.

"Kenapa wajah lo pucet Mar?" seringai Kae.

Lagi. Tessa takut jika Kae kembali menyebut nama itu lagi. Dadanya terasa sangat sesak Tessa tidak suka akan hal itu.

"Phia, nyalain korek apinya. Bakar" setelah berkata demikian Tessa melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu. Tessa menyeka air matanya dan menggantinya dengan senyum iblis. Yang Tessa pikirkan sekarang adalah Lexi. Dia ingin menemui kekasihnya itu.

Kaeleasha menatap kepergian Tessa sendu. Kae menginginkan Tessa kembali padanya seperti dulu. Namun rasanya sangat mustahil, Tessa adalah Tessa.

Ctazz..

Korek api telah dinyalakan oleh Sophia dan siap meluncur ke tubuh Kae. Kae hanya bisa pasrah. Keadaannya sangat tidak memungkinkan untuk kabur dari tempat itu. Mungkin inilah akhir dari hidup Kae. Kae ikhlas jika ia mati. Setidaknya ia akan tenang tanpa ada masalah yang silih berganti menjemput di hidupnya.

"Buruan lempar korek apinya Phia, keburu yang lain dateng" ujar Valeria tidak sabar dan gemas dengan Sophia. Sophia melempar korek api yang telah dinyalakannya ke tubuh Kae. Sebelum itu Kae mengucapkan sesuatu yang sangat minim untuk didengar sesorang namun cukup peka di telinga sesorang yang berarti di hidupnya.

Blam..

Semuanya hitam pekat. Kae sudah berakhir.

***

Terima kasih sudah mau baca. Kalian suka tidak? Ada yang benci dengan sikap Tessa?

Tenang-tenang, habis ini Tessa bakal author bawa ke roy kiyoshi supaya dapet karma ya hehehe..

Jangan lupa vote and comentnya ya!! 😍😍😍

Salam putrijawi adeknya Shawn M.

BEFORE AFTER MET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang