5

80 8 0
                                    

Yeri POV

Hari ini aku dan Ray mencari bahan makanan. Sepulang dari Cafe ia mengajakku berbelanja padahal aku sendiri tidak pernah berbelanja sekalipun.

Walaupun begitu aku ingin merasakan yang namanya belanja. Aku sangat senang ketika Ray mengizinkanku untuk memilih bahan makanan. Hitung-hitung sebagai rasa terimakasih karena ia sudah menemaniku untuk satu hari ini.

Biasanya yang membeli bahan makanan adalah Helena kakakku yang saat ini bekerja di Rumah Sakit. Saat ia pulang, ia yang selalu membawa belanjaan bahan makanan untukku jika semisal dirinya mendapatkan shift malam.

Kakakku bekerja sebagai suster dan dirinya selalu mendapatkan shift yang berbeda-beda setiap bulannya. Namun, dia tidak pernah lupa untuk selalu menyiapkan segala sesuatu dirumah.

Helena tidak pernah memberiku tugas berbelanja karena ia tau aku memiliki ingatan yang buruk. Tapi karena sering membantunya memasak aku jadi tau mana bahan makanan yang enak untuk dicoba.

"Yeri, gimana kalau kita beli bahan buat bulgogi?" tanya Ray padaku.

Aku berpikir sejenak, pria ini sepertinya suka sekali dengan daging. Pantas saja dia bilang sering membeli daging setiap berbelanja. Bagiku, daging sangatlah tidak baik jika dimakan setiap hari. Apalagi daging juga termasuk salah satu makanan yang mahal. Kakakku juga hanya memberi jika ada acara tertentu saja atau hari libur.

Tapi aku harus apa, aku tidak bisa mengubah kesukaan seseorang. Jika dipaksa mungkin dia tidak akan suka, tapi walaupun begitu aku juga memasukkan sayuran agar daging tidak jadi prioritas makanannya.

"Itu ide yang bagus. Yasudah kita cari bahannya."

Aku menarik tangannya dan kami mencari bahan makanan yang ia mau bersama. Aku senang bisa membantunya karena tidak setiap hari aku bisa melakukan hal yang sama kepada setiap orang.

"Yeri, kau tau banyak ya tentang makanan." Wajahku memerah mendegar pujiannya itu.

"Tidak juga, baru kali ini aku berbelanja di supermarket. Biasanya kakakku yang membeli bahan makanan buat dibawa rumah."

"Kakak? Kau punya kakak?" pria itu terlihat tidak percaya.

"Iya, Dia sekarang bekerja di Rumah Sakit. Nanti malam dia baru pulang." jelasku. Aku lupa jika aku tidak memberitahunya kalau aku memiliki saudara perempuan.

"Wah, kau beruntung punya kakak yang baik." jawab Ray membuatku malu. Tentu aku sangat beruntung memilikinya, karena dia satu-satunya yang ku punya saat ini.

Aku pun kembali fokus untuk mencari bahan makanan, mataku beralih ketika aku melihat seorang pria sedang bersembunyi dari salah satu rak makanan yang ada diujung. Ia seperti melihat ke arahku dan Ray.

Awalnya, aku mencoba untuk tidak mengacuhkanya, mungkin itu hanya pikiranku saja. Karena di sini banyak orang berbelanja jadinya pasti itu sebuah ketidaksengajaan. Namun tetap saja pria itu memperhatikan ke arah kami, aku mulai merasa curiga dengan itu.

Setiap kami berjalan, ia serasa mengikuti kami. Ia tidak secara langsung bersembunyi dibelakang tapi aku merasakannya. Tatapannya membuatku bergidik ngeri, aku takut dia penjahat dan bisa menyerang kapan saja.

Aku memperhatikan Ray yang masih sibuk memilih bahan makanan. Aku merasa tidak enak jika memberitahukannya disini. Apalagi dirinya terlihat antusias berbelanja.

Aku menarik lengan kemejanya. "Ray." panggilku. Pria itu menoleh sambil tersenyum.

"Ya? Ada apa?"

"Hm- aku rasa bahan makanan ini sudah cukup. Kita tidak perlu membeli banyak bahan, takutnya akan terbuang sia-sia jika kamu tidak memakannya semua." ucapku berdalih.

[V]amp's Prince 👑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang