Prolog

179 6 4
                                    

Aku duduk didepan meja rias selagi menunggu giliranku naik diatas panggung. "Setelah ini kau ada jadwal wawancara di salah satu talk show. Jadi, kau harus makan sekarang jika tidak ingin maag mu kambuh" kata Dita. Dita Dwi Pratiwi adalah sahabatku sejak SMA dan saat ini merangkap sebagai managerku.

"Nanti saja aku belum lapar" kataku. "Ya sudah kalau kau bilang begitu. Tapi awas saja kalau nanti kau sakit, aku tak mau disalahkan karena aku sudah memperingatkan mu" kata Dita sambil mengacungkan jarinya didepan mukaku.

"Iya iya, kau cerewet sekali" kataku, sedangkan Dita hanya mencibir. Oh iya, aku belum memperkenalkan diriku. Perkenalkan namaku Thee Sapphire, biasa dipanggil Thee (dibaca: Dee), nama yang cantik atau nama yang aneh? Baiklah lupakan. Saat ini aku berprofesi sebagai seorang entertainer, singkatnya aku bisa terkenal sampai sekarang ini karena sebuah ajang pencarian bakat yang ku ikuti sewaktu SMA dulu.

"Baiklah, lima menit lagi giliranmu" kata Dita yang sedang melihat jam tangannya. Aku hanya mengangguk dan menyesap jus jeruk yang ada didepanku.

"Baiklah, mari kita sambut Thee Sapphire" setelah sang host mengatakan itu, terdengar suara riuh tepuk tangan dari penonton. Aku pun bangkit dari duduk ku dan berjalan dari belakang panggung menuju atas panggung, setelah sampai diatas panggung aku memberikan senyum terbaikku kepada seluruh penonton dan aku pun mulai bernyanyi.

Setelah acara selasai, aku berada diatas mobil bersama Dita menuju sebuah acara talk show. Selama perjalanan pun hujan tak kunjung berhenti, tiba-tiba mobil pun perlahan berhenti "Kenapa berhenti, Wan?" Tanyaku kepada Wandi kru di salah satu stasiun televisi yang akan kudatangi saat ini.

"Kayaknya bannya bocor deh, mbak. Tunggu, saya liat dulu ya mbak" aku mengangguk, Wandi pun keluar dari mobil menggunakan payung. Dia kembali masuk kedalam mobil, "Maaf nih mbak, tapi kayaknya mbak harus nunggu mobil yang lain untuk jemput mbak deh" kata Wandi.

"Beneran bocor ya bannya?" Tanya Dita yang diangguki oleh Wandi. Aku melihat sekeliling dan melihat ada warung makan kecil dipinggir jalan tapi kelihatan bersih "Ya udah kalo gitu. Dit, kita ke warung itu yuk, laper nih" kataku menujuk warung makan itu. "Ayo kalo gitu. Wan, kalo mobilnya udah dateng bilang kami makan disana dulu ya" kata Dita kemudian.

"Iya, mbak" kata Wandi.

Aku dan Dita pun berjalan menggunakan payung menuju warung kecil itu. Sampainya didalam warung, aku pun mengedarkan pandangan, yang makan disini tidak terlalu banyak mungkin karena hujan, aku pun duduk di salah satu kursi kosong.

"Mau pesan apa, mbak?" Kudengar suara cowok, aku pun mendongak dan melihat seorang cowok yang berperawakan manis dengan mata yang menenangkan, hidung yang mancung, waaah ternyata cowok ini cakep juga. "Uh disini ada apa aja, mas?" Tanya Dita.

"Disini ada macem-macem mbak, ada nasi goreng, mi goreng, ada makanan seafood juga mbak" jelas cowok itu sambil menyerahkan dua buah menu. "Hm mas ini pelayan disini?" Tanya Dita, yah kenapa Dita malah kepo? "Saya sebenarnya pemilik warung ini, mbak" aku dan Dita pun mengangguk-ngangguk. "Kalo gitu saya pesan nasi goreng, minumnya jus jeruk anget aja" kataku.

"Samain aja mas" kata Dita. Si cowok cuma mengangguk dan mencatat pesanan "Kalau ada perlu apa-apa lagi, panggil saya Adrian" kami berdua (aku dan Dita) pun mengangguk. Setelah si Adrian itu pergi, Dita menyenggol lenganku "Cakep ya cowok yang tadi" kata Dita menaik-naikkan alisnya. "Kenapa? Naksir? Inget tunangan kamu, aku kasih tau Lian baru tau rasa kamu" kataku.

"Yeeee, aku kan cuma nanya sama kamu. Tapi beneran cakep, kan? Sayang banget dia jadi pengusaha kecil-kecilan, padahal tampangnya kan tampang artis gitu" kata Dita. "Biarin ajalah, kan bagus dia punya usaha sendiri gini" kataku. Baru aja Dita mau ngomong, tapi si Adrian udah dateng bawa makanan kami "Ini makanannya, mbak" kami berdua pun mengangguk, "Hm, mbak ini Thee Sapphire kan?" Tanya Adrian padaku.

"Iya, kenapa ya mas?" kataku. Wajah Adrian berubah sumringah "Waahh, tumben ada artis kayak mbak yang mau mampir di warung kecil kayak gini" katanya. Aku dan Dita tertawa mendengarnya. "Ah bisa aja kamu" kataku disela tawaku, dia lucu banget.

"Kapan-kapan kesini lagi ya mbak" kata Adrian. Aku pun tersenyum kepadanya "Pasti. Nanti deh aku nyanyi disini" kataku kemudian. Adrian langsung tersenyum lebar "Waah pasti tambah rame tuh warung saya mbak" katanya, aku hanya tertawa menanggapinya.

"Ya sudah mbak, silahkan dinikmati makanannya. Saya permisi mbak" katanya yang kuangguki. "Lucu" ucapku tanpa sadar. Dita langsung tertawa "Iya, dia polos jadinya lucu" aku hanya tersenyum mendengar Dita mengatakan itu.

Itulah kali pertama aku bertemu dengan Adrian yang polos, sopan, santun, dan... Manis menurutku. Dan entah sejak kapan aku pun mulai terbiasa dengan keberadaannya. Apakah itu yang dinamakan suka? Mungkin untuk saat ini terlalu cepat untuk menjawab itu. Biarlah waktu yang menjawab.

==========+++========

Hola epriwan, aku bikin cerita baru nih tapi masih coming soon sih, jadi gak tau lanjutnya kapan. Elaaah udah ada cerita baru aja padahal cerita yang lain belom completed wkwk. Tapi biarin dah, daripada ini ide disimpen mulu dalem otak, pusing kan saya jadinya waakss

Ya udah deh, moga suka sama ceritaku yang ini dan jangan lupa vomments yaaa;)

Kecup manis;*

EiDiePie

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THEE [{Coming Soon}]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang