Awal

4 0 0
                                    

Rania... lahir tahun 1980,  sedari kecil sangat lekat dengan panggilan hitam karena kulitnya yang cenderung gelap dibandingkan teman-teman sekampungnya yang hampir semuanya berkulit putih, hal itu dikarenakan dia campuran keturunan makassar dari pihak ibu yang kulitnya putih dan ayahnya yang kulit sawo matang typikal ambon. Selain kulitnya yang gelap, bentuk badannya sedari kecil selalu padat kadang disebut gode'. Meski tidak menyukai panggilan orang yang kadang tidak mengerti bahwa ucapannya telah melukai hati orang lain, namun Rania tetaplah pasrah, dan tidak mempermasalahkan, baginya sabar adalah lebih baik.

Rania sangat jarang bergaul dengan teman2 seusianya, karena sejak kecil orang sering meledeknya jelek kulit hitam dan badan gemuk, menurutnya teman-temannya hanya baik padanya jika ada maunya, jika sudah mendapatkan yang mereka mau, mereka akan meninggalkannya. Hal itulah yang membuat Riana lebih banyak menghabiskan diri dirumah, dan memikirkan hal yang lebih penting yakni belajar. Tidak heran, dia selalu mendapat peringkat terbaik disekolahnya.

Rania juga merasa beruntung, karena meskipun tinggal di kampung  kehidupan ekonomi keluarganya juga terhitung kelas menengah dikampungnya,. Rania sering mengingat bahwa jaman dulu waktu dia masih SD, orang-orang sering datang kerumahnya untuk menonton tv, karena dikampungnya masih sangat jarang orang yang memiliki tv.

 Tahun 1995

Saat itu usia Rania telah memasuki usia SMA, duduk dikelas 2 SMA, usaha meubel orang tuanyapun telah berkembang, dan untuk itu kedua orangtuanya akan membuka usaha di kota Kendari, sehingga harus meninggalkan Rania di Kab. Gowa

Setelah Magrib kebiasaan Rania dan keluarganya adalah makan malam bersama, mereka duduk dimeja bundar, dengan makanan khas masyarakat Makassar saat itu; nasi, ikan bolu yang dimasak dengan kuah kuning, sayur tumis kangkung kesukaan Rania dan tidak lupa sambal (cobek-cobek).

Ayah : Rania.. seminggu lagi mungkin ayah dan ibu harus ke Kendari untuk mulai membuka usaha disana, dan mungkin akan butuh waktu lama nak

Rania : Haruskah kesana ayah?

Ayah : Iya.. Nak.. supaya kita bisa punya uang untukmu nanti, teman-teman ayah banyak yang berhasil di Kendari

Rania : Trus nanti Rani dengan siapa ?

Ibu : Nanti kamu tinggal dengan paman kamu dikampung sebelah, kan enak kalau disana ada sepupu2mu, kalau mau kesekolah juga tinggal naik pete-pete (angkot) karena rumah paman kan pas dipinggir jalan raya, tidak seperti disini kamu harus jalan lebih dari 1 km untuk dapat pete-pete'.

Rania : Iya ibu, kalau memang sudah begitu keputusan ibu sama ayah.

Ibu : Nanti kamu bisa sekali-sekali kerumah, tuk bersih-bersih, jangan sampai rumah tidak dibersihkan ya nak.

Rania : Iya ibu..

Beberapa hari kemudian Rania diantarkan ayah dan ibunya tinggal di rumah keluarga paman dan bibinya yang memiliki anak 7 orang, hufft sungguh keluarga besar yang bagi Rani hanya anak semata wayang. Tidak lupa Rania membawa foto ayah dan ibunya untuk melepas rindunya.

Rania tidak pernah menyangka, bahwa jalan hidupnya akan berubah setelah ini, keluar dari kepompong yang










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kemurnian CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang