chapter 10

10.1K 473 21
                                    

Happy reading!

Petra pov

Ku lihat Dimas masih berdiri di depan pintu, entah apa yang sedang ia lakukan di sana, aku memutuskan tak mengacuhkannya dan mengeluarkan semua barang yang kubeli di supermarket dan memasukannya ke dalam kulkas.

Malam ini harga diriku dan Dimas akan di pertaruhkan, terdengar berlebihan memang, namun resiko yang akan didapat jika kalah dalam pertaruhan ini masih Dimas rahasiakan, itu cukup membuatku khawatir jika Dimas memberikan hukuman yang sulit.

Saat jam telah menunjukan waktu pukul delapan malam, aku mulai melakukan kegiatan memasak. Sementara Dimas yang baru keluar dari ruangannya memilih diam dan mengamatiku memasak. Ia duduk di meja makan sambil sesekali menatap ipad yang ada di pangkuannya.

"Butuh bantuan?"

Aku menggeleng, "aku bisa melakukannya sendiri."

"Kau yakin?"

"Yakin,"

Aku tidak lagi mendengar suara Dimas, sepertinya ia kembali disibukkan dengan pekerjaannya itu.

Setelah selesai membuat sausnya, aku lantas mengambil beberapa buah kentang dan wortel dari dalam kulkas, lalu memotongnya agar lebih tipis dan kecil.

Pikiranku yang kosong mendadak diisi oleh Ayah. Kenapa dia tidak menghubungiku lagi sejak tadi pagi? Biasanya dia selalu meluangkan waktu untuk menelponku atau sekadar mengirim pesan.

Ayah justru menanyai kabarku melalui dimas. Apa dia sudah melupakanku?

Tanpa sadar pisau tajam yang ku gunakan mengiris jariku sampai menimbulkan luka yang dalam. Aku merintih kesakitan.

Dalam sekejap Dimas berjalan cepat ke arahku, ia tampak panik. Napasnya memburu.

"Kau tidak apa-apa? Mana jarimu yang terluka? Kenapa kau bisa seceroboh ini, Petra? Pasti sedang melamun?" Dimas menyerangku dengan sederet pertanyaan yang menyudutkan.

Kepalaku tertunduk, aku tidak berani membalas tatapannya yang menyeramkan.

"Maafkan aku," suara Dimas melembut, laki-laki itu kemudian berlutut di depanku, kedua matanya memperhatikan luka yang basah oleh cairan berwarna merah itu.

Tanpa aba-aba Dimas langsung menempelkan bibirnya di permukaan jariku. Dimas mengisapnya lembut hingga terasa lebih sakit, namun tidak lama tergantikan oleh rasa hangat.

"Bagaimana sekarang?"

"Perih,"

"Kemarin," Dimas membawaku ke westafel sebelum meludahkan air liurnya yang tercampur dengan darahku, kemudian menyalakan air keran dan membiarkan jariku terkena air mengalir untuk beberapa saat.

•••

"Biar aku yang melanjutkannya, kau duduk saja." Titah Dimas bangkit dari duduknya.

Setelah menempelkan plester di jariku, Dimas mengantarku duduk ke sofa, ia lalu kembali melangkah ke dapur untuk melanjutkan kegiatan memasakku yang terhambat.

Aku sedikit terkejut begitu Dimas melepaskan kaosnya, ia asyik memanggang dua potong daging itu tanpa mengenakan pakaian, seakan tengah memamerkan tubuh berototnya yang dapat ku lihat jelas dari kejauhan.

Sejenak aku menggurutu, Dimas tak kenal malu menunjukannya di depanku yang baru ia kenal. Aku yang melihatnya saja merasa salah tingkah.

Apa ini cara Dimas agar wanita tertarik padanya?

Pervert HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang