"Shani , weleh malah diam di situ .. sini nak" panggil tante desy ibu shani memecah keheningan di meja makan
"Shani? Nama yg bagus" fikirku
Mama menyenggol lenganku yang sedari tadi melihat bidadari tanpa sayap itu akupun menoleh kedua adikku , oma dan mamaku raut wajah mereka tersenyum menggodaku sedangkan papa asik mengobrol dengan ayah shani . Shani pun bergegas turun menuju meja makan lalu pak irfan berdiri menyambut bidadari tak bersayapnya itu
"Nah wira kenalin ini bidadari tak bersayap yang om bilang tadi , ayo shan kenalan dulu ma anaknya temen papa"
"S-shani" ucapnya gugup
"wira" aku tersenyum padanya lalu kembali duduk setelah ku rasa cukup berkenalan
Malam itu menjadi malam yg panjang untukku jamuan makan malam berdurasi 3 jam berasa seminggu untukku . Om irfan lantas menyuruh shani mengajakku ngobrol
"Kak .. di belakang aja yuk ngobrolnya" tegur shani saat aku sedang bercanda dengan kedua adikku
"Ohh .. iya ayok" aku mengikuti langkah kakinya sampai halaman belakang rumahnya kami duduk di bangku yang terletak di pinggir kolam . Sekian menit tanpa ada yg membuka suara sampai akhirnya shani memulai pembicaraan.
"Kak nata" aku kaget mendengar panggilan shani untukku dia tersenyum sangat manis padaku
" yg manggil gue dengan nama nata kan cuma indira" aku kebingungan dengan shani yg tersenyum sangat manis padaku
"Kakak gak ingat sama aku , dulu waktu kecil kita sering main bareng"tanpa gugup sekalipun shani begitu lancar berbicara padaku ia juga mengenggam tanganku. Fikiranku kembali ke masa ketika aku masih kecil
Flashback
"Auwww sakitt" rintih gadis kecil yg terjatuh dr sepedanya
"Indira! kamu gapapa? ada yg luka? Mana yg sakit sini aku lihat" aku begitu mengkhawatirkan gadis kecilku ini
Setelah membersihkan lukanya dan memperban kakinya yg terluka , aku membantunya berdiri ia kesulitan berjalan
"Indira , kakak gendong aja yah? Kamu gak bisa jalan ini " gadis kecil itu menganggukkan kepalanya lalu mencoba menaikki punggungku
"Sepeda kita gimana kak" rintih indira saat menaiki punggungku
"Nanti aku minta kang asep dan okta bawain sepeda kita , kamu tenang aja ya" dan benar saja bagaikan tau akan di butuhkan kang asep dan okta lewat di tempat kami sekarang
"Kang asep! Okta!" Aku berteriak memanggil mereka , mereka menoleh dan menghampiriku
"Indira kenapa kak" okta cemas melihat teman sepermainannya merintih kesakitan
"Indira jatuh dari sepeda kakinya luka dan gak bisa jalan , tolong kamu dan kang asep bawain sepeda kita ya? " pintaku pada adik nomor duaku itu . Okta menanggukkan kepalanya lalu aku pergi meninggalkan mereka berdua untuk mengantar indira pulang
Di tengah perjalanan indira meminta di turunkan di saung bambu ia tak tega melihatku kesulitan bernafas karna menggendong dia di area perkebunan. ia mengelap keringatku dan memberikanku sebotol air mineral ukuran kecil di tas yg ia pakai sedari tadi
"Ini kak minum dulu" aku mengambil botol mineral itu lalu meminunya setelah itu aku mengatur nafasku kembali
"Maaf ya kak indira ngerepotin kakak" gadis kecil itu tertunduk tak enak hatiku padaku
"Gapapa kok ,udah yuk aku udah enakkan ayok kita pulang naik gih" aku membungkukkan badanku dan membiarkan indira menaiki punggungku . Sepanjang perjalanan kami di basahi oleh hujan aku ingin berteduh tapi indira tetap memaksa untuk terus berjalan aku tau dia selalu suka bermain hujan
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf!
De TodoMaafkan aku yg membuatmu masuk di kehidupanku .. Maafkan aku yg tak berdaya memilihmu di saat kau begitu menyayangiku Maafkan si pengecut ini!