"Taehyung, aku lapar." Taehyung yang baru saja pulang dari kantor mendecih pelan melihat Sooyoung kini berdiri menghampirinya yang sibuk melepas sepatu. Jika seperti ini, sudah di pastikan jiwa menyebalkan Sooyoung telah kembali. Pasti gendang telinganya akan dibuat tuli karena teriakan dari gadis yang sedang mengerucutkan bibirnya itu. Ingin memukulnya, tapi Taehyung menyadari jika di hadapannya kini adalah wanita. Bukan Park Jimin yang bisa ia jadikan bahan pukulan sewaktu-waktu.Taehyung merasa lega, akhirnya teman seapartemennya sudah kembali seperti biasa. Dan bisa dipastikan melepas sepatu saat ini adalah pekerjaan paling lama yang dilakukan Taehyung karena sibuk melempar pandang dengan gadis didepannya tanpa memperhatikan sesuatu dibawahnya.
"Kau itu bisa melepas sepatu tidak?!" gertak Sooyoung yang tadinya terus mengumbar senyum jadi jengkel sendiri melihat lelaki dihadapannya terlalu lama fokus padanya sampai lalai hanya dalam melakukan hal kecil.
"Jangan ceweret." Di bentak dulu baru berhasil, Taehyung bergegas lari ke kamar setelah berteriak meminta tolong pada Sooyoung agar meletakkan sepatu kerjanya pada rak."Ah, menyebalkan." Gerutu Sooyoung kesal. Meskipun begitu ia tetap melakukan apa yang di minta Taehyung. Walaupun berujung dengan mengomel karena rak sepatu sangatlah berantakan karena Taehyung yang terlalu sering berangkat ke kantor terburu-buru hingga membuat sepatu-sepatu itu terlihat tidak tertata rapi pada tempatnya.
_________________________
_____________________________________Suasana kedai tempat mereka biasa singgah hari ini memiliki begitu banyak pembeli. Jadi mau tak mau, Taehyung harus pergi mengantri bergabung dengan kerumunan orang yang sedang berdesakan memesan makanan setelah kalah dari sesi gunting batu kertas bersama Sooyoung.
Bibirnya komat kamit, bukan sedang merapalkan mantra. Lebih tepatnya ia sibuk melantunkan potongan-potongan lirik lagu yang ia sukai akhir-akhir ini. Berbekalkan sepasang headset terpasang di kedua telinganya, Sooyoung sesekali menoleh ke tempat Taehyung yang sibuk mengantri, menghitung berapa pelanggan lagi yang harus Taehyung lewati untuk makanan mereka berdua.
"Meomchun sigan sok jamdeun neoreul chajaga. Amuri makado gyeolguk neoui gyeotin geo. Gilgo gin yeohaengeul kkeutnae ijen doraga. Neoraneun jibeuro jigeum dasi way back home..."
Gerakan bibir yang Sooyoung lakukan saat tengah asyik menikmati musiknya, seperti menarik sesuatu dari dalam tubuh Taehyung yang sedari tadi tanpa sadar terus memperhatikannya dari tempat ia mengantri. Dalam benaknya merasa tentram, kekhawatiranya berangsur meredam mengamati Sooyoung duduk disalah satu meja tempat mereka pergi bersama untuk menikmati hidangan yang biasa mereka pesan ditempat itu. Walaupun kali ini lagi-lagi Taehyung yang harus membayar makanan, rasanya tidak masalah. Hitung-hitung juga untuk merayakan kemarin saat ia naik jabatan dan mendapat promosi. Karena Sooyoung pulang dengan kondisi yang menyedihkan jadi Taehyung diam saja dan membuatnya bersyukur mengetahui Sooyoung sembuh lebih cepat dari biasanya.
"Hey, kau itu ingin memesan tidak sih?!" Taehyung terhenyak mendengar suara protes dari arah belakang. Benar saja, ia terlalu hanyut dalam lamunan hingga membuatnya hampir lupa jika sedang berada dalam antrian memesan makanan. Bergegas ia memajukan langkahnya kembali fokus mengantri setelah merunduk sejenak meminta maaf pada mereka yang berdiri di belakang.
Untung Taehyung sabar, untung Taehyung dewasa, untung saja Taehyung tak secerewet Sooyoung. Tiga puluh menit mengantri itu waktu yang cukup lama. Berdesakan dengan banyak orang dengan aroma parfum yang berbeda-beda dan jujur saja membuat Taehyung sedikit pusing. Belum sampai disitu saja, saat kembali ke meja dimana Sooyoung menunggunya, gadis itu malah mengomel. Mengatakan kalau makanan yang dipesan Taehyung salah. Gadis itu ingin ayam tapi yang dibawa Taehyung malah daging babi. Sooyoung ingin soda tapi Taehyung membawa ekspresso.
"Kau ini bagaimana sih? Membuat selera makanku hilang saja. Aku sedang ingin makan ayam, Taehyung. Bukankah sudah kukatakan berulang kali tadi? Aku bosan menunggumu mengantri yang sangat lama. Sekarang malah begini. Ah, menjengkelkan sekali. Sepertinya memang tak ada hal yang benar-benar bisa kau lakukan. Huh." cerocos Sooyoung tanpa memberi jeda sedikitpun pada kalimat yang terlontar dari mulutnya.
"Stock ayam disini habis, Young. Makan seadanya saja, ya. Toh, aku yang bayar. Bukankah seharusnya kau menghargai seseorang yang sedang ingin berbuat baik?" Taehyung mencoba menarik kedua sudut bibirnya agar tersenyum meskipun dengan sedikit terpaksa. Takut-takut Sooyoung akan berteriak sampai memekakkan telinga seperti yang biasa dilakukan gadis itu saat di apartement mereka.
Ketakutan Taehyung ternyata malah menjadi jadi tatkala mengetahui raut wajah Sooyoung yang tiba-tiba saja memucat dengan tatapan mata kosong. Kenapa? Taehyung jadi merasa bersalah dan merasa seperti ada yang salah dalam kalimat yang ia ucapkan.
Pasalnya, raut wajah Sooyoung mendadak benar-benar berbeda. Padahal baru beberapa detik lalu gadis itu mengomelinya panjang lebar. Hal yang patutu saja jika Taehyung merasa menyesal. Memasang tampang kebingungan dan serba salah. Ia bahkan berjanji akan menjaga setiap perkataan yang keluar dari mulutnya.
"Sooyoung-ah. Apa.. Apa ucapanku menyinggung perasaanmu?" Tanya Taehyung dengan sangat hati-hati.
Benar aneh. Sooyoung mendongakkan kepalanya seperti menahan sesuatu agar tak mengalir dari pelupuk matanya. Taehyung melihat dengan jelas adanya titik-titik embun didalam netranya tadi. Taehyung dibuat kalang kabut akan hal tersebut.
"Kim Taehyung! Kau benar-benar bodoh! Ini tidak akan merubah pikiranku! Huh, aku pulang saja. Aku malas makan bersamamu." Sooyoung tak segan berucap kasar. Tanpa memperdulikan Taehyung yang seperti hampir terjungkal mendengar kalimat ketusnya, ia keluar dari kedai tersebut dengan terburu-buru. Meninggalkan tampang bodoh Taehyung seorang diri dengan dua menu makanan diatas meja.
"Apa dia sedang datang bulan? Kenapa dia semarah itu hanya karena aku salah memesan menu?" Taehyung mengendikkan bahu heran. Meskipun penasaran, ia tak segera menyusul Sooyoung yang sudah berlalu pergi begitu saja. Ia tahu Sooyoung tidak akan sudi berbicara dengannya saat dalam kondisi 'warning' seperti ini. Jadi ia memutuskan untuk tetap di tempat untuk menghabiskan makanan yang sudah ia pesan. Rasanya ia tak ingin menyia-nyiakan uang yang sudah ia keluarkan.
Dari awal Taehyung memang tak peduli. Sama sekali tak ingin tahu bagaimana kehidupan pribadi seorang Park Sooyoung. Namun seiring berjalannya waktu, semakin sering ia melihat perubahan sikap Sooyoung yang tak dapat di mengerti, Taehyung tergugah untuk tahu. Meskipun sampai sekarang ia masih belum mencapai tahap mengetahui banyak hal tentang Sooyoung, Taehyung selalu berusaha mendekatkan diri dengan gadis itu meskipun hanya berakhir dengan pertikaian atau adu mulut hebat sampai terkadang harus saling melempar barang karena sama-sama memiliki sikap keras kepala.
Setidaknya ia sudah memiliki pengetahuan cukup tentang rekan seapartementnya. Dimulai dari Sooyoung yang memiliki dua adik perempuan di kampung halaman, Sooyoung yang sangat menyukai ayam, Sooyoung yang cerewet, Sooyoung yang menyukai eskrim rasa mint, Sooyoung yang gemar menonton film, Sooyoung yang membenci hujan dan akan bertingkah aneh setelahnya. Namun, tetap saja. Taehyung tidak mengerti kesalahan apa yang ia buat sendiri sampai membuat Sooyoung marah besar.
"Apa yang salah dari diriku? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Amami
FanfictionIngin selalu bersama Taehyung. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun keadaannya.