Kentaro: Apa kau sudah tidur?Centana: Belum. Kau?
Kentaro: Aku tidak bisa tidur.
Centana: Kenapa?
Kentaro: Tidak ada apa-apa. Kau tidurlah dulu.
Centana: Jangan begadang. Jaga dirimu.
Kentaro: Aku sudah tahu.
Kentaro: Tidurlah.
Centana: Bye ...
Kentaro: Bye.
Centana memeluk ponselnya. Pipi wanita itu bersemu. Ia merasa seperti baru dilahirkan kembali dan menjelma seorang remaja yang baru mengenal cinta. Itu konyol. Centana merasa malu sendiri.
Sejak ciuman di malam itu, Kentaro jadi lebih sering menghubunginya secara diam-diam. Tentu saja diam-diam. Jika Tuan Adam dan Nyonya Linggar tahu akan hal ini, mereka pasti akan kecewa. Tetapi perasaan cinta Centana pada lelaki keturunan Jepang itu membuatnya membenarkan dirinya sendiri. Toh pernikahannya dengan Juna akan berakhir dua tahun lagi, bukan? Dalam pernihakan sandiwara semacam itu, tentu saja apa yang mereka berdua lakukan bukanlah sebuah perselingkuhan. Demikian pikiran wanita itu.
Ponsel itu kembali bergetar. Centana mengulas senyum bahagia. Ia merasa Kentaro pasti masih ingin berbicara dengannya walaupun sudah mengucapkan selamat tinggal untuk malam ini. Dengan cepat ia membuka WhatsApp. Sebuah pesan tanpa nama. Ia mengerutkan dahi. Siapa? batinnya.
Dilihatnya foto profil yang terpampang di sana. Seketika ia memekik dan bangkit terduduk dari tempat tidur.
Arjuna!
'Ngapain lelaki manja itu mengirimiku WhatsApp?!'
Centana menutup bibir dan melihat ke arah kedua putrinya yang sudah terlelap. Ia mengembus napas lega. Ia takut karena suara pekikannya, Gishel dan Kenjora akan terbangun.
Dengan ragu-ragu, Centana membuka pesan itu dan membacanya. "Apa dia itu sudah gila?" desisnya. Ia memutuskan untuk tidak membalas. Tapi sebelum ia membenamkan ponsel itu di bawah bantal, ia memberikan mengetikkan nama pada nomor Juna: BOM WAKTU.
Centana tertawa geli sendiri, lalu kembali rebah. Tetapi baru ingin memejam mata, ponsel itu bergetar lagi.
BOM WAKTU: Ke kamarku. SEKARANG!!!
Centana tidak mau mempedulikannya. Ia memutuskan akan mematikan ponsel silver itu. Tapi belum sempat dimatikan, ponsel pemberian Nyonya Linggar itu kembali bergetar dan bergetar. Beberapa chat masuk seketika.
BOM WAKTU: Ke kamarku. SEKARANG!!!
BOM WAKTU: Ke kamarku. SEKARANG!!!
BOM WAKTU: Ke kamarku. SEKARANG!!!
BOM WAKTU: Ke kamarku. SEKARANG!!! ATAU AKU AKAN MENDOBRAK PINTU KAMARMU!!!!!!
Centana membulatkan mata. Ancaman lelaki itu sudah pasti bukan main-main. Jika benar nanti Juna mendobrak pintu kamarnya, pasti anak-anak akan terbangun dan tangisan Kejora pecah menghirukkan seisi rumah itu. Tidak, tidak. Itu tidak boleh terjadi. Ia menjadi kesal. Dengan cepat Centana turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar anak-anaknya, berjalan menuju ke kamar Juna.
***
Ketukan pintu yang kasar dan nampak marah terdengar. Juna terkekeh-kekeh penuh kemenangan. Ia melempar ponselnya di atas bantal, lalu berjalan ke arah pintu. Rambutnya masih basah dan ia baru saja menyelesaikan ritual mandi malamnya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH: My Second Marriage (Buku Ready)
RomanceCentana, perempuan 30th yg memiliki trauma pada pernikahan, tiba-tiba harus dihadapkan dengan sebuah insiden mengejutkan. Ia terbangun dan mendapati dirinya telah menikah dengan seorang lelaki yang jauh lebih muda. Juna, lelaki 26 th, seorang player...