Airon- kuda besi kesayangan Devan- melaju seperti kura-kura menyusuri jalanan kota Bandung dengan terik yang membuat dahi Devan sedikit berkeringat. Saat ini Devan tidak mengenakan helm, sehingga jidat putih mulus nan sexy-nya itu terekspos dengan jelas. Poni Devan yang sedikit panjang tertiup semilir angin manja membuat kesan keren yang melekat di dirinya bertambah berkali-kali lipat. Beruntung saat ini dirinya tidak sedang berada di sekolah, jika iya, bisa-bisa fans alay binti lebaynya itu pasti bakal pingsan akibat ketampanannya yang hakiki.
Mata Devan sedikit menyipit, cowok itu terus menggerutu kesal dalam hati dengan pandangan yang terus menyisir setiap deretan toko yang berjejer rapi layaknya prajurit perang mencari sosok Aura dan Julian. Sebenarnya, Devan sendiri bingung mengapa ia harus repot-repot mencari Aura. Keinginan dari dalam dirinya lah yang terus memaksanya meski akal sehatnya terus berusaha melakukan kontradiksi.
"Sial, mereka ke mana sih?" Devan menggerutu kesal karena hampir 5 menit ia berputar-putar, batang hidung Aura maupun Julian belum juga terlihat.
Lelah, Devan memutuskan berhenti sejenak di kedai es kepal milo. Mata cokelat Devan menangkap sosok yang tak asing saat sedang mengantre. Ia menyipitkan matanya, menajamkan pandang agar dapat lebih jelas melihat sosok yang berdiri tak jauh darinya. Setelah yakin dengan penglihatannya, Devan segera berlari mengejar orang itu, melupakan tujuannya utamanya mencari Aura.
***
Di tempat lain, Aura dan Julian sedang menyantap ice cream. Tidak ada obrolan atau apa pun itu yang biasa dilakukan para pasangan kekasih kebanyakan. Hanya hening yang sedari tadi menguasai. Aura mulai bosan, ia memainkankan handphone-nya untuk mengusir kejenuhan.
"Bisa gak tuh hp lu simpan dulu?" tegur Julian tak suka.
Tanpa menjawab, Aura meletakkan ponselnya begitu saja. Ia lalu kembali memakan ice cream-nya dengan kesal. Akibatnya, ice cream yang Aura makan belepotan ke mana-mana.
"Lo jadi cewek jorok banget sih? Kayak bocah!" Bukannya bersikap romantis seperti kebanyakan cowok-cowok di dalam novel romance, Julian malah ngomel-ngomel kayak emak-emak komplek.
"Oke, sadar Au. Ini bukan kisah yang sering lo baca di novel, ini kisah hidup lo sendiri. Dengan tokoh cowok yang sedingin es balok," Aura menggerutu kesal di dalam hati.
"Sebenernya kamu ngapain sih ngajakin aku ke sini?" tanya Aura dengan nada yang ia usahakan selembut mungkin.
"Kangen wajah lo yang imut."
Jawaban yang keluar dari mulut Julian tak pernah Aura prediksi sebelumnya.
"Sumpah demi apa? Dia bilang gue imut?" batin Aura lagi.
Pipi Aura merah semerah merahnya. Julian yang melihat Aura yang salah tingkah langsung tersenyum lalu mengacak pelan rambut kekasihnya. Aura paling tidak suka jika ada yang memperlakukannya seperti itu, terlebih lagi jika itu Devan. Akan tetapi ini merupakan pengecualian, senyum Aura malah tercetak dengan sempurnanya saat Julian melakukan itu. Entahlah, bagi Aura yang tadi itu sangat romantis.
***
Devan masih terus mencari sosok cewek yang ia yakini sebagai seseorang dari masa lalunya. Cewek? Adakah cewek lain selain ketiga temannya itu? Rasa-rasanya kehidupan Devan itu dipenuhi cewek. Ya, entah sihir atau pelet apa yang ada dalam dirinya, sehingga hidupnya dikelilingi banyak cewek seperti itu. Devan sendiri menganggap itu sebagai musibah, terlahir sebagai cogan alias cowok ganteng itu bukan salahnya akan tetapi di kelilingi cewek-cewek alay dengan tingkat narsis yang bisa dibilang overdose itu bukanlah keinginannya. Devan berusaha keras mengusir parasit-parasit itu dengan bersikap dingin dan so, tetap saja itu tak berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devan (Slow Update)
Teen FictionNote: cerita ini akan selalu direvisi setiap saat. Devano Alexandra atau yang akrab disapa Devan merupakan most wanted di SMA Pelita. Orangnya dingin, dan juga biang onar. Dia memiliki 3 orang teman yang semuanya cewek. Devan yang terkenal dingin it...