"Ustadz jangan pergi!"
Adik-adiknya itu memeluknya erat. Ia juga tidak bisa membendung air matanya. Alif akan rindu dengan suara berisik bocah-bocah ini, celotehan mereka, canda tawa mereka, dan suara bacaan Al-Quran mereka.
"Insyaa Allah nanti kita ketemu lagi kok..."
Pak Salman yang melihat itu juga ikut menitikkan air matanya. Ia tidak pernah menyangka kalau muridnya itu baru sebentar disini dan akan pergi meninggalkan mereka sementara untuk jangka waktu yang cukup lama. Rasanya, baru kemarin ia bertemu Alif, seorang anak muda yang menghampirinya, bercerita banyak kepadanya, menjelaskan niat tulusnya untuk menjadi Hafizh Al-Quran.
"Besok pagi saya insyaa Allah berangkat pak."
"Iyaa Lif, hati-hati yaa... Saya selalu mendoakan yang terbaik untuk mu. Jangan lupa Allah, jangan lupa mushafnya. Saat perasaan mu merasa gak tenang, mulailah muroja'ah mu. Selalu basahi bibir mu dengan dzikir. Insyaa Allah kamu akan sukses disana."
Alif tersenyum matanya memerah. Ia dekap pak Salman erat-erat. Terdengar suara tangis tertahan. Ia tekan wajahnya yang berada di pundak pak Salman.
"Makasih banyak yaa Pak..."
_ _ _
"Maaf yaa Alif sering ngerepotin ibu..."
"Ndak Lif... Kamu anak kos ibu yang paling ibu sayang. Hati-hati disana. Jaga diri, jaga hati. Inget kampung halaman mu yaa."
"Iyaa ibu makasih yaa... Salam buat bapak sama Balqis."
Alif akan sangat merindukan warung angkringan itu. Tempat pertama ia bertemu Balqis. Tempat pertama ia makan siang saat di kota itu. Sepertinya Alif tetap tidak bisa bertemu dengan Balqis. Kopiah yang diberikan padanya waktu itu seolah memberikan isyarat untuk perpisahan. Ia pun menyadarinya. Karena setelah itu ia tak pernah melihat sosok gadis SMA itu lagi.
"Ingat Lif, jaga hati yaa disana."
Bu Maryam melontarkan kalimat itu dengan sebuah senyuman. Seakan kalimat itu adalah sebuah amanah yang harus ia turuti. Pikirannya selintas terbesit wajah Balqis. Segala ingatan tentang gadis itu menyelimuti pikirannya. Sebelum akhirnya ia ingat bahwa ada tujuan utama yang harus ia capai. 30 Juz.
_ _ _
"Sa aku pamit yaa. Besok pagi aku berangkat sama rombongan dari kampus ke bandaranya"
Tetap tidak ada balasan.
_ _ _
"Udah semua Lif? Gak ada yang ketinggalan?"
"Sabar kak aku cek dulu."
Kakak-kakak kosnya itu sibuk dengan mempersiapkan kepergian Alif. Terutama kak Arga. Secara rinci ia menanyakan Alif hal-hal penting yang harus ia bawa untuk beasiswanya ini.
Mereka bersama menuju gedung akademik kampus. Sambil berjalan kaki, mereka membawa barang-barang yang akan Alif bawa. Suara gesekan roda koper Alif yang dibawa oleh kak Fahri terdengar berisik sehingga membuat orang lain disekitar mereka memperhatikannya. Begitu juga dengan kak Arga, tangan kanan dan kirinnya menggenggam tas jinjing Alif. Sedangkan Alif sendiri hanya membawa satu ransel dipunggung nya.
Terlihat ramai mahasiswa rombongan beasiswa yang sudah berkumpul depan gedung akademik. Hanya satu bus yang akan mengantarkan mereka ke bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alif : Hafizh's Story
Teen Fiction🏅#1 in Motivasi novel (May 12, 2018) Popularitas semasa sekolah menengah membuat Alif hampir melupakan setiap juz yang sudah pernah ia hafal. Hingga akhirnya Alif memulai perjalanan rantaunya untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi. Disana...